Hallo, alhamdulilah ya nggak terasa saya sudah tinggal di semarang hampir tiga bulan. Beginilah rasa tinggal di bumi indah mertua hahaha. Banyak bersyukur karena punya mertua yang baik, OK? #nasihatbuatsaya
Well sebelum saya tinggal disini tetangga saya yang hubungan dengan mertuanya kurang 'anget', ngasih wejangan ke saya tanpa diminta. Ada lagi tetangga yang dengan keponya chat, enak dimana tinggal sendiri apa sama mertua. Etdah nasib seleb mah gini ya, IG dibajak. Kehidupan pribadi dikepoin xixixi.
Stop halu plis deh emaknya dzakir. Ini beberapa hal yang saya pelajari dari bumer saya ya. Sedikit saya bagi, siapa tau kapan lagi ada hal lain yang bisa saya bagi. Cekidot :
1. Ngulik Resep Masakan
Siapa yang penganut paham masakan ibu adalah masakan paling enak di dunia? Wkwkwk saya mah bukan. Saya bilang masakan ibu saya enak, tapi bukan yang paling enak di dunia. Kalau saya ngaku penganut paham itu nanti saya bohong dan jatuhnya dosa wkwk.
But asli ya, setelah saya kompare masakan ibu saya mertua saya enakan mertua saya. Ini bukan soal gimana-gimana ya bu. Kan niatnya emang saya lagi belajar masak jadi selain mbahnya segala bangsa alias mbah google, ibu mertua saya bisa saya jadikan guru masak di cooking class yang saya ikuti secara otodidak.
Beuh, dari mulai kecap-kecapan. Rempah-rempah sampai goreng lele biar kriuk. Dari mulai cara ngolah udang biar nggak amis dan bau sampahnya, sampai hasil olahannya. Banyak hal yang betul-betul saya pelajari dari beliau. Many thanks ibu, terimakasih sudah mau dibawelin sama menantu ibu yang masaknya cuma itu-itu aja.
2. Belajar Memiliki Keluarga Besar
Terbiasa dengan tiga anggota keluarga kemudian menjadi lima anggota, bahkan enam jikalau suami datang membuat saya harus lebih tangguh dalam 'manajemen cucian'. Salah satu alasan kenapanya adalah karena banyaknya cucian yang harus saya 'sulap' menjadi baju bersih siap pakai lagi. Wah, ini betul-betul harus dimanajemenkan secara profesional lho #plak. Kalau tidak gunung cucian tak pernah kenal kompromi, dan lagi saya tipe yang kurang suka melaundry kecuali untuk dry clean.
Jangan menunda mencuci selagi ada waktu luang toh tinggal cemplung bukan? Usahakan selalu pisahkan cucian yang harus di hand wash, atau boleh dicuci dengan mesin. Jangan lupa tanya juga kepada ibu mertua mengenai hal ini. Agar kita tidak membuat beliau sedih karena baju kesayangan beliau menjadi rusak karena salah prosedur.
Belajar hal lain adalah tentang berbagi makanan. Terbiasa makan sendiri dan nggak bagi-bagi harus membuat saya lebih mendisiplinkan perut dan tangan agar mereka selaras ketika memiliki keluarga besar. Berbagi itu indah kok, apalagi kalau ada indomie goreng #apasih. Yap, kalau misal masih lapar karena busui itu dikit-dikit lapar yasudah indomie gorenglah solusinya. Betul?
3. Belajar Menghandel Komplain
Capek-capek masak, nggak dimakan. Atau cuma diicip. Atau dimakan tapi tidak sepenuh hati alias dikritik dan dibandingkan dengan masakan warung. Jangan mutung ya buibu wkwkwk.
Ibu mertua saya itu termasuk pinter masak tapi sering sekali 'ditampar' sama kebiasaan bapak dan anak-anaknya yang suka jajan di luar lho. Nah, jangankan komplain soal rasa makanan, bolak-balik ngangetin makanan juga sering. Dari beliau saya juga akhirnya belajar kelak ketika saya harus menghadapi kritik dan konsistensi memasak untuk keluarga.
4. Belajar Ilmu Parenting Dan Ilmu Keluarga
Meskipun ibu mertua saya tidak suka membaca, pengalaman beliau dalam mengasuh tiga anak tentu saja pengalaman yang amazing to share dong. Dari beliau pula saya belajar bahwa menjadi ibu rumah tangga dengan pendidikan tinggi itu tidak akan merugi. Asal apa? Tidak melulu melihat pencapaian orang lain untuk terus kita jadikan standar.
Memang sih kalau boleh memilih kita tinggal dimana, kita tentu akan memilih tinggal di tempat lapang, mandiri dan cukup. Tetapi ketika kita dihadapkan pada posisi yang berkebalikan, jangan melulu mengeluh karena keadaan. Cari potensi yang bisa kita gali, cari ilmu yang bisa kita dapat dan cari berkah yang kita tidak tau dimana dan kapan ia akan menyertai.