Assalamulaiakum Mom dan (calon) Mommy dimanapun kalian berada. Alhamdulillah semoga selalu diberikan kesempatan untuk selalu menebar kebaikan ya. Begini nih akhir-akhir ini saya lagi hectic pisan #entahapa hahaha, saya lagi demen banget ngamatin geliat emak-emak muda yang sedang mencari jati diri. Anyway ini simpulan saya pribadi sih ya, semoga nggak menyinggung dan emang nggak bermaksud menyinggung siapa pun. Berikut menurut pengamatan saya 5 alasan kenapa sih FTM itu jadi ngerasa rendah diri :
1.
Selalu
menggunakan kata ganti “NGIJAH” atau “NGINEM” untuk pekerjaan rumah tangga.
Coba kita perhatikan sepuluh saja teman di kontak kita, bisa bbm, fb
dan sosial media lainnya. Saya yakin mereka (para full time mom) lebih sering
menggunakan istilah “nginem” atau “ ngijah” ketimbang istilah yang bisa lebih
halus digunakan seperti “menjalankan
tugas ibu negara” untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga (mengepel, memasak,
mencuci, menyetrika dan lain-lain). Kenapa sih pekerjaan rumah tangga
membosankan? Karena kita tidak menikmatinya. Kenapa kita tidak menikmatinya?
Karena kita merasa itu tidak dilihat dan secara langsung tidak menghasilkan
gelimang materi. But, mari kita ingat-ingat apa sih manfaat jika rumah rapi,
bersih dan tertata?siapa yang akan menikmatinya? Jawabnya adalah kita, suami,
anak-anak. Pertama : kita akan memangkas biaya cleaner atau pengasuh. Kedua kita akan memastikan sendiri bahwa
pekerjaan rumah sudah welldone. Dan
ketiga kita bisa memiliki banyak waktu luang jika kita pandai mengatur waktu.
Ini berkaitan dengan pelajaran bahasa Indonesia yaitu tentang istilah
Ameliorasi yaitu memperindah ungkapan. Yaiyalah masa orang lain kita junjung
tinggi, giliran kita ‘membanting harga diri sendiri’? Jadi tidak ada istilah memperbudak diri (maaf)
tetapi mengkaryakan diri di rumah. Mari kita buktikan sendiri deh adakah
perbedaaanya atau tidak.
2.
Selalu
berpikiran bahwa profesi Ibu Rumah Tangga tidak bisa menghasilkan pundi-pundi
Rupiah.
Saya adalah seorang ex-marketer
jadi mungkin bukan perkara yang terlalu sulit ketika pada akhirnya saya harus stay di rumah dan memutar otak agar bagaimana caranya turut membantu suami
menghasilkan uang untuk sekedar bisa membeli bedak sendiri. Nah, buat para newby beralih profesi dari seorang pekerja kantoran
menjadi seorang pekerja rumahan bukanlah perkara mudah. Saya akui sebulan
pertama saya stay di rumah saya
mengalami stres cukup berat padahal saya baru berkarya tiga tahun saja,
lalu bagaimana dengan ibu-ibu yang sudah mendarah daging atau sudah
berpuluh-puluh tahun bekerja? Tentu saja hal ini jauh lebih berat. Usia masih
terbilang produktif, ijazah tidak terpakai, kebutuhan semakin meningkat, dan
tuntutan perkembangan zaman yang meminta kita selalu open minded dan berwawasan. Berlatar belakang itu semua saya
akhirnya memutuskan untuk memulai sesuatu yang menghasilkan dari apa yang saya
sukai terlebih dahulu. Sebetulnya saya sangat menyukai dunia fashion (menjahit, mendesain, memilih
bahan serta memasarkan hingga produk saya sampai ke end user) tetapi karena alasan waktu dan ekonomi saya akhirnya
memilih untuk berjualan baju secara online. Tidak jauh bukan dari hal yang saya
sukai?Saya bisa mengidentifikasi bahan, menilai kualitas jahitan dan memberi
saran kepada calon buyer ketika
mereka akan membeli sesuatu di tempat saya. Nah, bagaimana dengan teman-teman
sekalian? Kuncinya adalah carilah hal yang kita sukai dan itu bisa menghasilkan
jadi kita tidak berfokus pada materi saja tetapi mendapatkan ilmu tambahan dari
hasil belajar menekuni hobi kita. Mungkin hasilnya tidak banyak, tetapi ini
satu step di depan orang yang sama
sekali tidak berpenghasilan dan terus berkecil hati karena terus menerus
bertanya darimana mendapatkan uang. Tidak melulu soal berjualan kok, jika kita
memiliki hobi menulis dan membaca misalnya hal itu tentu saja bisa kita
manfaatkan. Berapa banyak ibu-ibu yang sukses di dunia tulis-menulis bukan?Yuk,
jadi salah satu di antara mereka. Hobi yang bisa mendatangkan hoki dan
pundi-pundi Rupiah sendiri. Selamat mencoba.
3.
Lebih
menyukai trend sesaat daripada
sesuatu yang menjadi kebutuhan dan bermanfaat jangka panjang.
Apa sih maksud dari pernyataan diatas? Ijinkan terlebih dahulu saya
bertanya ya. Berapa banyak sih ibu di rumah yang lebih suka menonton televisi
daripada membaca? Berapa banyak ibu di rumah yang lebih suka membeli baju,
sepatu, atau aksesoris lain demi mengikuti sebuah trend ketimbang menabung minimal Rp 2.000,00 per hari (Rp 60.000,00
per bulan) demi sebuah buku? Ini yang menjadi PR saya dan kita semua yang masih
merasa demikian ya ibu-ibu. Tidak apa-apa menonton televisi asalkan tidak
melulu soal sinetron terbaru yang menjadi target kita, pun tidak mengapa
sesekali berbelanja (kosmetik, baju, sepatu dan aksesoris lain) karena memang
kita juga membutuhkannya tetapi sangat disayangkan bukan kalau uang kita yang
beratus-ratus ribu itu tidak sayang kita keluarkan demi sebuah baju tetapi
hanya senilai 50-100 ribu saja kita langsung mengelak bahwa itu mahal untuk
sebuah buku. Padahal manfaatnya jauh lebih besar mana? Banyak sekali ibu-ibu berpenampilan
modis atau istilahnya kece badai tetapi
ketika diajak berdiskusi tentang sebuah disiplin ilmu populer justru
terbengong-bengong, menganggap orang lain terlalu teoritis atau bahkan mencari
pelarian ke hal yang kurang baik. Semoga kita bukan termasuk yang demikian ya
ibu-ibu. Membaca tidak harus selalu dari buku kok, kalau toh kita lebih suka
berselancar di dunia maya tidak masalah asalkan kita pandai dalam menyaring
informasi. Pun ketika kita lebih menyukai tontonan televisi, misalnya kita bisa
mengganti sinetron atau infotainment dengan tontonan yang lebih berisi berupa talkshow, kajian, atau acara yang bukan
sekedar hiburan saja.
4.
Manajemen
waktu yang kurang baik.
Disadari atau tidak waktu luang dan kesehatan adalah hal yang paling
melenakan di dunia ini, benar kata sebuah hadits itu. Saya pun sering merasa
terlena dengan banyaknya waktu yang saya miliki tapi kurang bisa saya
manfaatkan dengan baik. Saya yakin seorang perempuan memiliki kecenderungan
untuk bisa melakukan beberapa pekerjaan sekaligus dalam satu waktu atau lebih
kita kenal dengan istilah multitasking.
Ini merupakan suatu kelebihan namun jika tidak dikelola dengan baik maka kita
sering kali menjadi tidak fokus, dan hasilnya tentu saja menjadi kurang
maksimal. Karena banyaknya pekerjaan yang kita miliki setiap hari dan itu sudah
menjadi rutinitas sehari-hari maka mungkin kebanyakan para ibu menjadi bosan
dan tidak memandang itu sebagai sebuah pekerjaan yang ber-deadline. Coba saja
kita membuat urutan pekerjaan setiap hari dengan disertai estimasi waktu yang
harus dibutuhkan, kita tentu saja akan bekerja dengan lebih semangat karena
pekerjaan rumah lain sudah menanti dan harus pula segera diselesaikan. Hal ini
tentu saja akan membuat sisa waktu yang kita miliki lebih banyak sehingga kita
memiliki waktu untuk ber-quality time
bersama anak, atau sekedar mengambangkan hobi kita.
5.
Seringkali
merasa kesepian walau tidak sendirian.
Kesepian dan kesendirian itu dekat sekali bukan? bagi seorang istri
yang belum dikarunia buah hati itu tentulah menjadi sebuah ketakutan tersendiri
bagi ibu-ibu karena hanya menunggu suami pulang kerja. Bagi yang sudah memiliki
buah hati mungkin akan lebih banyak direpotkan
ketimbang waktu luangnya, namun itu mungkin justru menjadi sebuah hiburan
tersendiri karena menyaksikan langsung perkembangan sang buah hati. Semoga
menjadi ladang amal bagi ibu-ibu sekalian ya buat para ibu yang memutuskan
karir menjadi full time mom . Saran buat para ibu yang
belum begitu kerepotan dengan buah hati seperti saya adalah banyak mengisi
waktu luang dengan kegiatan yang bisa dilakukan sendiri dan bermanfaat. Agar pikiran
kita tidak selalu melulu ingin kembali bekerja di luar rumah dan kita
mendapatkan input positif untuk diri kita sendiri. Ya, jadi pengalihan pikiran
itu sangat perlu ya ibu-ibu. Wajar kok kalau kita bosan di rumah karena tidak
ada kegiatan yang bisa kita lakukan, kita juga bisa melakukan sosialisasi di
lingkungan tetangga sekitar rumah untuk hal yang positif juga (jadi yang ada
adalah kegiatan sharing bukan
menggunjing). Misalhnya tetangga rumah kita memiliki keahlian dibidang
pembuatan makanan, kita bisa mengamatinya. Bagaimana cara membuatnya, cara
memasarkannya, serta cara packing-nya. Galilah sebanyak mungkin informasi yang
kita butuhkan untuk bahan pembelajaran siapa tahu suatu saat kitalah yang akan
menjadi rekanan usaha tetangga kita itu.
MasyaAlloh rampung juga akhirnya tulisan ini. Semoga bermanfaat dan saya bisa kembali aktif menulis untuk sekedar berbagi info bermanfaat lain. Sekian, mohon maaf jika ada kesalahan atau hal lain yang kurang berkenan. Keep writing, stay blogging.
Yeaayyy... akhirnya posting :P
BalasHapusKak Mentor saya sedang terjebak dalam situasi nan gawat penuh cinta :-D
BalasHapusEntah kudu minum vitamin macam apa biar istiqomah...