Menikah bukan saja soal menyatukan visi dan misi, tetapi juga seluruh packaging yang ada dalam diri pasangan. Baik-buruknya, kurang-lebihnya, dan warna-warni lain yang membuat kehidupan rumah tangga menjadi lebih berwarna. Nah salah satu contoh yang akan saya bahas kali ini adalah menyikapi hobi pasangan.
Usia pernikahan saya hampir berjalan tiga tahun, dan saya adalah seorang istri. Nah kira-kira apa saja sih hobi pasangan -suami- yang sering sekali menjadi keluhan? Sepak bola, memancing, memelihara burung, mengkoleksi batu akik, sampai hobi-hobi lain yang mengharuskan pecintanya mengeluarkan uang yang tidak sedikit.
Apa sih yang membuat istri terkadang merasa kesal dengan hobi para suami? Saya ambil contoh real saja ya. Hobi suami saya adalah menonton film baik itu di bioskop, televisi berlangganan, maupun internet. Yang sering membuat saya kesal adalah beliau sering lupa waktu jika sudah menonton. Entah itu mandi, makan dan hal lain yang semestinya lebih diprioritaskan.
Bagaimana saya menyikapi dan mengkomunikasikannya? Pada awalnya saya memang kesal dan sedikit merajuk bahkan marah ketika lagi-lagi beliau menonton film. Tetapi lambat laun saya akhirnya mengerti dan mencoba melihat dari sudut pandangnya. Saya setuju beliau menjalankan hobinya asalkan tanggung jawabnya di rumah dan di kantor sudah clear. Bonusnya adalah saya akan menagih cerita tentang film yang sudah ia tonton. Yang akan saya dapatkan adalah binar mata ketika ia mencoba meretelling apa yang sudah ia tonton. Suami saya merasa lebih dihargai, itu yang dapat saya tangkap.
Yang sering menjadi ganjalan di hati para ibu adalah suami melancarkan aksinya tanpa mempedulikan kebutuhan keluarga dan kurang bisa bertanggung jawab terhadap hobinya. Hal itu lah yang sebetulnya dapat memicu pertengkaran atau sekedar memercikkan konflik. Misal : hobi memelihara burung tetapi membuang kotoran burung dengan sembarangan. Contoh lagi hobi merakit elektronik tetapi malas untuk merapikan alat-alat setelah selesai melakukan praktikum. Ada lagi? Silakan bisa di sebutkan ya.
Asalkan para suami memahami kebutuhan dan skala prioritas rasanya tak akan lagi kita menemukan status-status di media sosial yang mengeluhkan soal hobi suami yang 'antik'. Poin pertama adalah kita sebagai istri harus berani mengutarakan maksud dan tujuan kita secara baik. Harapannya para suami akan lebih bisa menerima input yang telah berusaha kita utarakan kepadanya.
Selanjutnya adalah utarakan juga apakah yang selama ini menjadi ganjalan terhadap hobi suami yang dirasa tidak sepaham dengan kita. Dengan demikian hal yang kurang sreg itu dapat suami mengerti dan ke depannya bisa diperbaiki/ diminimalisir. Sehingga, suami tidak hanya menerima 'omelan' saja tetapi juga input positif dari kita para istri tercinta.
Nah dengan itu rasanya suami akan merasa lebih dimengerti. Setiap pasangan memiliki keunikan dan perbedaan masing-masing. Tidak perlu membanding-bandingkan satu dengan yang lain. Hal terindah adalah ketika kita tau kekurangan pasangan kita, tetapi kita mencoba menerimanya dengan segala kelebihan diri kita.
Semarang, 21-09-2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar