Oke, Jumpa lagi dengan saya syalalala. Saya lagi ditinggal suami dinas ke Jakarta selama 2 hari, dan saya di daulat untuk berkeliling kota Bandung without him. Oh, its so big YES YES *i think*. InsyaAlloh besok deh semoga bukan cuma rencana saja (ikutan aamiinin yah plis :P ). Entahlah saat semua kemudahan ada di depan mata kenapa seolah kemalasan kian menghinggapi *wkwkwk*. Dulu pas jaman kuliah, kan serba pas-pasan tuh tapi jiwa petualang saya tu cetar membahana ngalahin bulu mata anti badainya syahrini. Beneran deh, tanya sama temen2 saya :D. Nah, sekarang saat semua kerasa semua tersedia (dalam arti cukup) saya justru enggan melanjutkan misi 'mbolang' saya ini.
Bandung adalah tempat impian saya tinggal. Beneran, sejak yah pokoknya sejak saat itu (rahasia). Kakak pertama saya tinggal di Jakarta, kakak kedua saya tinggal di Bekasi, dan saya terdampar di Bandung. Allah baik ya, DIA menjawab doa saya untuk cita-cita saya tinggal di kota nan sejuk, ramah dan cantik ini. Sejuk karena hawanya memang adem sekali, mungkin karena kondisi topografisnya (opo kuwi :D), di dukung pula Bandung memiliki banyak taman-taman yang hijau yang seger bener. Ramah karena disini orang marah saja alus pisan euy, kadang saya tidak bisa membedakan mereka sedang marah atau ngomong biasa ya karena roaming nasional, yes!. Kebayang dong pas lagi nggak marah gimana alusnya?. Kalau cantik, siapa sih yang nggak tau kalau bandung adalah pusat orang cantik, ya to?bukan berarti orang dari daerah lain (seperti saya) nggak cantik lho ya :D
Kemarin, adalah tahun baru Islam. Dan saya ada kesempatan jalan-jalan bersama suami karena si doi libur. Ya, kami selalu mengagendakan jalan hemat kecuali hobi nonton film di malam minggunya kumat. Kalau lagi nggak kumat bisa anteng sekali nonton di rumah sediain coklat panas atau buah seger aja. Sehabis dzuhur kami langsung nyatronin tempat makan yang sudah kami impi-impikan dari semalam. Apa?B.A.K.S.O Yey! makanan sejuta umat, saya suka sekali walaupun dia tidak begitu menyukainya dan akhirnya dia ngalah demi saya tentunya. Ahai, cinta deh :* (walau pun sampe sana dia keukeuh pesen mie ayam ceker) nah loh!!!. Dia nunjukkin ke saya tempat makan Bakso yang yo'i banget (kata dia, rasanya JAWA banget. Nampol katanya). Soalnya lidah kami sama-sama jawa, walau dia blaster jawa-madura :D.
Saya tunjukkin ya tempat makan kami yang sangat sederhana dan jawa banget ini. Kenapa saya bilang jawa banget?Karena pada saat bayar di kasir kami iseng ngomong jawa si teteh yang kami kira sundanese ternyata nyaut pake bahasa jawa juga. Ahai Boyolali punya ternyata, dan ternyata karyawan situ rata-rata adalah orang jawa juga. Seneng deh rasanya ketemu sodara di rantau *mulai melankolis*. Yup kami makan di BAKSO dan MIE AYAM LODAYA atau sering disebut BML seperti yang tertulis di seragam-seragam para karyawannya. Dimana letaknya?Jalan Veteran no3 persis sebelahan sama Jalan Van Den Venter No 1, Bandung (kayanya relokasi dari jalan Lodaya deh ya). Outlet Baksonya pas di pertigaan gitu kaya rumah model Hug ya?bener nggak nulisnya, ah sudahlah semoga mudeng. Nah bagi kamu pecinta Bakso patut dicoba deh ya. Begini penampakan labelya :
Gini list menunya, bisa dikatakan harganya cukup 'ramah' ya asal jangan keseringan. Ingat kantong dan kolesterol !!!
Menu unik, ini adalah bahan mi yang di goreng yang rasanya kriuk-kriuk, gurih dan tidak berminyak. Dilist dicantumkan dengan nama KRIUK :D (pengganti kerupuk)
Rekomended banget deh pokoknya. Nyaman buat nongkrong sama temen-temen atau pun keluarga. Hommy banget bangunannya (klasik kaya di galeri), toiletnya bersih, musholanya agak luas, ada taman hijaunya (walau sedikit, karena terbatasnya tempat sih ya), mas dan mbanya ramah2 seramah harganya. Kalau main di Bandung dan agak lama, boleh dicoba yah. Next trip, jeng-jeng. We must find TOBUCIL and KLABS :D. OK, lets Go!!! Disambung.....hari berikutnya (karena stadium kelelahan cukup akut sehingga tidak berpikir sejara jernih) ahahahai!
Setelah kenyang kami lanjut nyusurin jalanan kota Bandung yang lumayan HOT juga kalau nggak ketolong sama taman-taman kota yang banyak ditemukan di kota ini. Plus pohon-pohon tua (yang kadang-kadang bikin saya mikir ini kalau roboh gimana), but tertolong sekali deh beneran. Seenggaknya pohon itu ngurangin polusi walau jadinya banyak daun-daun di jalanan yang sering terlewatkan sama petugas kebersihan. Atau emang sengaja dibiarin biar jadi pupuk bisa juga kan?Yasudah, yuk lanjut. TOBUCIL : Toko, griya seni, sekaligus tempat kongkow para crafter ini cukup bikin saya penasaran dan exciting. Ya, karena review dari para blogger dan internet yang cukup menyedot rasa penasaran saya. Kayanya asyik gitu, banyak kegiatan, mengasah kemampuan otak kanan, dan menghasilkan pundi-pundi Rupiah sendiri pada akhirnya (ahahaha, olwes lah ya). But perjalanan kami ke sana tidaklah mudah. Demi apa?demikian.
Dimulai dari jalan van de venter, masuk ke natuna, dan balik lagi arah jalan Aceh muter lewat depan kantor suami yang letaknya di jalan Banda. Menyusuri jalan Merdeka, untuk sampai ke aceh dengan ruas yang berbeda karena disini kebanyakan one direction (bukan nama boyband lho ya :P). Tanya ke Aa' di tepi jalan, dikasih tau sok manggut-manggut. Dicari eh, balik ke jalan itu lagi lewat jalan-jalan yang namanya pulau-pulau seluruh Indonesia dan saya berasa jalan-jalan keliling Indonesia (baca : capeknya). Sambil terus nyemangatin suami yang udah hampir nyerah saya terus bertanya. Instruksinya kali ini agak jelas lho ya, " Oh Jalan Aceh kalo nomer 56 mah nggak daerah sini teh tapi deket sama jalan Banda, deket stopan (traffic light) Saparua." Hahahaha...kami tadi sudah muter-muter situ lho dan belum ketemu juga.
Dan jeng-jeng kami akhirnya nemu jalan Aceh nomor 62. Suami keukeuh bahwa penomoran jalan adalah maju, tanpa memastikan nomor di belakangnya. Dan saya hanya bisa manut (padahal feeling saya nggak), daripada dia mrengut (xixixi...suami piss). Sampailah kami yak, ke Jalan Merdeka lagi kali ini pakai acara muter dua kali. Belum sampai tujuh kali kaya thowaf saya sudah emosi karena dia nggak mau nurutin feeling saya. Saya tanya lagi di tepi jalan yang lebih dekat dengan Jalan Aceh nomor 62 tadi dan alhamdulillah sedikit dapat ilham. Yey, dari nomor 62 yang kebetulan kafe itu kami menyusuri dengan melawan arah (tanpa keyakinan yang berarti). Dan lagi-lagi kami terlalu jauh. Saya ngajak puter balik, suami kali ini yang ngalah tanya sama security klinik gigi deket situ. Dan yey, feeling saya bener pemirsa. Si Aa' security bilang "Iya teh depan hotel situ disusurin aja karena sini nomor 66, penomoran sini emang agak unik teh. Liat seberang sana nomornya gede-gede." Setelah mengucapkan terimakasih dan meninggalkan senyuman manis kami melalui satu traffic light dan tepat di depan hotel kami berjalan sangat pelan untuk kami betul-betul memastikan bahwa kami melihat dengan mata kepala sendiri.
Benar-benar frustasi dan kepengen pulang tapi tetep masih penasaran nggak enak, kaya nahan kentut tanpa kebelet pup aja (plis kali ini jangan dibayangin, jorok). Hampir mencapai traffic light berikutnya yang sedari tadi kami sudah lalui beberapa kali. Saya memutuskan turun dan jalan kaki. Suami saya bersorak nemu angka 54 di dinding sebuah rumah tua. MasyaAlloh seketika itu saya terharu, karena dia yang minus betul-betul memperhatikan detail nomor rumah yang jaraknya tidak kurang dari 10 meter demi siapa?demi saya pemirsa (;-( : the tears of joy). Saya jalan kaki, suami tetap naik motor dan saya menunggu dia sampe ke arah saya karena posisi harus muter sebelum traffic light. Begitu dia sampai (yang kayanya capek banget dari raut wajahnya) matanya langsung bersinar entah kenapa. Ternyata dia menemukan nomor 56 (lumayan kecil) di sebuah bangunan tua. Pada saat itu juga dia langsung bertanya apakah info yang saya terima di internet itu betul dengan melontarkan pertanyaan sambil meledek "Are you sure?" karena jujur saya pun ragu sesaat seketika itu.
Tanpa menimbang-nimbang (lagi) dan untuk mengobati rasa penasaran kami pun langsung memutuskan untuk masuk saja ke bangunan tua yang banyak ditumbuhi pohon besar dan rindang di depannya. Singit dan suwung (silakan translate ke bahasa jawa) :D. Setelah parkir, suami pun lantas manggut-manggut karena ke arah saya yang hanya mengekorinya dari jarak yang cukup jauh. Saya pun bergegas dan bersorak. Ya, alhamdulillah ternyata sampai juga kami ke TOBUCIL&KLABS. But, tunggu dulu ini jauh dari prediksi kami bukan tentang fisik bangunannya. Tetapi kepada apa yang sudah diceritakan kepada kami melalui internet. Disini sangat amat sederhana (tempatnya), tetapi luar biasa karya-karyanya. This is it salah satu penampakan fotonya ya. Next time insyaAlloh nulis tersendiri lebih detail tentang TOBUCIL&KLABS.
Dimulai dari jalan van de venter, masuk ke natuna, dan balik lagi arah jalan Aceh muter lewat depan kantor suami yang letaknya di jalan Banda. Menyusuri jalan Merdeka, untuk sampai ke aceh dengan ruas yang berbeda karena disini kebanyakan one direction (bukan nama boyband lho ya :P). Tanya ke Aa' di tepi jalan, dikasih tau sok manggut-manggut. Dicari eh, balik ke jalan itu lagi lewat jalan-jalan yang namanya pulau-pulau seluruh Indonesia dan saya berasa jalan-jalan keliling Indonesia (baca : capeknya). Sambil terus nyemangatin suami yang udah hampir nyerah saya terus bertanya. Instruksinya kali ini agak jelas lho ya, " Oh Jalan Aceh kalo nomer 56 mah nggak daerah sini teh tapi deket sama jalan Banda, deket stopan (traffic light) Saparua." Hahahaha...kami tadi sudah muter-muter situ lho dan belum ketemu juga.
Dan jeng-jeng kami akhirnya nemu jalan Aceh nomor 62. Suami keukeuh bahwa penomoran jalan adalah maju, tanpa memastikan nomor di belakangnya. Dan saya hanya bisa manut (padahal feeling saya nggak), daripada dia mrengut (xixixi...suami piss). Sampailah kami yak, ke Jalan Merdeka lagi kali ini pakai acara muter dua kali. Belum sampai tujuh kali kaya thowaf saya sudah emosi karena dia nggak mau nurutin feeling saya. Saya tanya lagi di tepi jalan yang lebih dekat dengan Jalan Aceh nomor 62 tadi dan alhamdulillah sedikit dapat ilham. Yey, dari nomor 62 yang kebetulan kafe itu kami menyusuri dengan melawan arah (tanpa keyakinan yang berarti). Dan lagi-lagi kami terlalu jauh. Saya ngajak puter balik, suami kali ini yang ngalah tanya sama security klinik gigi deket situ. Dan yey, feeling saya bener pemirsa. Si Aa' security bilang "Iya teh depan hotel situ disusurin aja karena sini nomor 66, penomoran sini emang agak unik teh. Liat seberang sana nomornya gede-gede." Setelah mengucapkan terimakasih dan meninggalkan senyuman manis kami melalui satu traffic light dan tepat di depan hotel kami berjalan sangat pelan untuk kami betul-betul memastikan bahwa kami melihat dengan mata kepala sendiri.
Benar-benar frustasi dan kepengen pulang tapi tetep masih penasaran nggak enak, kaya nahan kentut tanpa kebelet pup aja (plis kali ini jangan dibayangin, jorok). Hampir mencapai traffic light berikutnya yang sedari tadi kami sudah lalui beberapa kali. Saya memutuskan turun dan jalan kaki. Suami saya bersorak nemu angka 54 di dinding sebuah rumah tua. MasyaAlloh seketika itu saya terharu, karena dia yang minus betul-betul memperhatikan detail nomor rumah yang jaraknya tidak kurang dari 10 meter demi siapa?demi saya pemirsa (;-( : the tears of joy). Saya jalan kaki, suami tetap naik motor dan saya menunggu dia sampe ke arah saya karena posisi harus muter sebelum traffic light. Begitu dia sampai (yang kayanya capek banget dari raut wajahnya) matanya langsung bersinar entah kenapa. Ternyata dia menemukan nomor 56 (lumayan kecil) di sebuah bangunan tua. Pada saat itu juga dia langsung bertanya apakah info yang saya terima di internet itu betul dengan melontarkan pertanyaan sambil meledek "Are you sure?" karena jujur saya pun ragu sesaat seketika itu.
Tanpa menimbang-nimbang (lagi) dan untuk mengobati rasa penasaran kami pun langsung memutuskan untuk masuk saja ke bangunan tua yang banyak ditumbuhi pohon besar dan rindang di depannya. Singit dan suwung (silakan translate ke bahasa jawa) :D. Setelah parkir, suami pun lantas manggut-manggut karena ke arah saya yang hanya mengekorinya dari jarak yang cukup jauh. Saya pun bergegas dan bersorak. Ya, alhamdulillah ternyata sampai juga kami ke TOBUCIL&KLABS. But, tunggu dulu ini jauh dari prediksi kami bukan tentang fisik bangunannya. Tetapi kepada apa yang sudah diceritakan kepada kami melalui internet. Disini sangat amat sederhana (tempatnya), tetapi luar biasa karya-karyanya. This is it salah satu penampakan fotonya ya. Next time insyaAlloh nulis tersendiri lebih detail tentang TOBUCIL&KLABS.
Sekedar info dan ini bikin kami berdua ngakak tiada henti sepanjang jalan pulang, ternyata galeri ini tidak lebih dari 10 menit jika ditempuh dengan jalan kaki dari kantor suami saya. Puooool gonduknya, puooool puas ngetawain dia. See you on next post.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar