Hai, apa kabar kakak cantik?yang ganteng nggak perlu disapa tar dikira saya kecentilan!!! =D. Kali ini saya kepengen nulis tentang gimana sih menanggapi bukan bereaksi dan apa maksudnya?kayanya berat deh bahasannya *emang, saya juga jadi ngantuk asli!!!* . Tidur aja yuk, kelarin dulu baru boleh tidur (ngomong sendiri di jawab sendiri). Ini sih berdasarkan kasus yang beberapa kali pernah saya alami jadi pure tidak melibatkan disiplin ilmu apa pun *kayanya sih dikit-dikit aja bakal diselipin teori-teori non phytaghoras tentunya sebagai hasil pertapaan saya selama beberapa tahun*. Yah, soalnya kapan lagi bisa pakai opini saya kalau nggak di blog ini (asal nggak ngawur dan menyinggung isu SARA) .
Seorang teman (baca : teman hidup) bercerita bahwa saat ini dia sedang mengalami dilema (ciyee, fansnya cherrybell *yang udah bubar* ya mas-nya? =P) dalam mengambil sikap dan dia kepengennya saya jawab pakai tulisan bukan lisan (biar lebih terkonsep katanya, plus nggak ngomel-ngomel bonusnya). Begini ceritanya : Biasa kan kalau di lingkungan (kantor, sekolah, kuliah deelel) selalu ada kelompok (kecil) tertentu yang terbentuk secara alamiah meskipun itu satu kelas, jurusan, atau divisi. Tetap aja ada satu dua hal membuat seseorang lebih nyaman dengan seseorang (lainnya). Jadi simpelnya sih temen sepermainan gitu (bukan geng-gengan lho ya). Usut punya usut salah satu anggota kelompok bermain (Nggak nyangka, orang usia pada mau kepala tiga juga masih punya kelompok bermain kaya PAUD =D) dari temen sepermainan Abang saya tiba-tiba dijauhi oleh teman lainnya hanya karena ada masalah intern dua anggota di dalam kelompok itu. Why?pasti ada sebabnya, cuma saya sensor (tiiiit). Nah, abang saya ini dilanda GeGaNa (Gelisah Galau Merana, yaudah sih bang goyang dumang aja) mau ikut-ikutan (nge-jauhin si do'i juga) apa nggak?
SAYA JAWAB YA ABANG SAYANG "JANGAN DIIKUTIN." (ini udah pakai tulisan paling gede lho abang, kalau masih kurang jelas plis deh, ganti kacamata ya kalau gajian :*)
SAYA JAWAB YA ABANG SAYANG "JANGAN DIIKUTIN." (ini udah pakai tulisan paling gede lho abang, kalau masih kurang jelas plis deh, ganti kacamata ya kalau gajian :*)
Kenapa?
1. Ketika kita memihak satu orang dan kita tidak betul-betul mengerti permasalahan kedua orang itu seperti apa maka kerugian tentu saja ada di pihak kita. Kehilangan satu teman.
2. List kebaikan dan keburukan teman yang kita benci itu, kalau banyakkkan baikknya dan kita tetep memutuskan untuk benci sama halnya kita yang bego'.
3. Nggak perlu jadi superhero, pun nggak perlu sejahat itu. Dibaikkin enak, dijahatin itu sama sekali nggak enak.
4. Nggak perlu takut dibenci temen yang lain gara2 nggak ikutan nge-benci satu orang yang dianggap salah melulu itu, toh pada akhirnya kamu bakal nilai sendiri gimana kualitas temen2 main kamu yag merasa paling benar sedunia itu.
5. Nggak perlu repot2 ngurusin orang lain, urusan sendiri aja nggak kelar2.
Begini ya mas, maafkeun saya nggak ada wise-nya sama sekali kali ini. Coba deh pahami judul tulisan saya ini. Belajarlah menanggapi, bukan berekasi. Itu bisa sangat luas artinya, bisa ditafsirkan dengan berbagai macam penjelasan dengan kata yang sangat amat bijak, yang tentunya bisa kita uraikan sendiri. Salam sayang penuh cinta dari teman (hidup)mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar