Sabtu, 02 April 2016

OPINI : 5 ALASAN YANG MEMBUAT KEBANYAKAN FULL TIME MOM KURANG PERCAYA DIRI

Assalamulaiakum Mom dan (calon) Mommy dimanapun kalian berada. Alhamdulillah semoga selalu diberikan kesempatan untuk selalu menebar kebaikan ya. Begini nih akhir-akhir ini saya lagi hectic pisan #entahapa hahaha, saya lagi demen banget ngamatin geliat emak-emak muda yang sedang mencari jati diri. Anyway ini simpulan saya pribadi sih ya, semoga nggak menyinggung dan emang nggak bermaksud menyinggung siapa pun. Berikut menurut pengamatan saya 5 alasan kenapa sih FTM itu jadi ngerasa rendah diri :



1.       Selalu menggunakan kata ganti “NGIJAH” atau “NGINEM” untuk pekerjaan rumah tangga.
Coba kita perhatikan sepuluh saja teman di kontak kita, bisa bbm, fb dan sosial media lainnya. Saya yakin mereka (para full time mom) lebih sering menggunakan istilah “nginem” atau “ ngijah” ketimbang istilah yang bisa lebih halus digunakan seperti   “menjalankan tugas ibu negara” untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga (mengepel, memasak, mencuci, menyetrika dan lain-lain). Kenapa sih pekerjaan rumah tangga membosankan? Karena kita tidak menikmatinya. Kenapa kita tidak menikmatinya? Karena kita merasa itu tidak dilihat dan secara langsung tidak menghasilkan gelimang materi. But, mari kita ingat-ingat apa sih manfaat jika rumah rapi, bersih dan tertata?siapa yang akan menikmatinya? Jawabnya adalah kita, suami, anak-anak. Pertama : kita akan memangkas biaya cleaner atau pengasuh. Kedua kita akan memastikan sendiri bahwa pekerjaan rumah sudah welldone. Dan ketiga kita bisa memiliki banyak waktu luang jika kita pandai mengatur waktu. Ini berkaitan dengan pelajaran bahasa Indonesia yaitu tentang istilah Ameliorasi yaitu memperindah ungkapan. Yaiyalah masa orang lain kita junjung tinggi, giliran kita ‘membanting harga diri sendiri’?  Jadi tidak ada istilah memperbudak diri (maaf) tetapi mengkaryakan diri di rumah. Mari kita buktikan sendiri deh adakah perbedaaanya atau tidak.

2.       Selalu berpikiran bahwa profesi Ibu Rumah Tangga tidak bisa menghasilkan pundi-pundi Rupiah.
Saya adalah seorang ex-marketer jadi mungkin bukan perkara yang terlalu sulit ketika pada akhirnya saya harus stay di rumah dan memutar otak agar  bagaimana caranya turut membantu suami menghasilkan uang untuk sekedar bisa membeli bedak sendiri. Nah, buat para newby  beralih profesi dari seorang pekerja kantoran menjadi seorang pekerja rumahan bukanlah perkara mudah. Saya akui sebulan pertama saya stay di rumah saya  mengalami stres cukup berat padahal saya baru berkarya tiga tahun saja, lalu bagaimana dengan ibu-ibu yang sudah mendarah daging atau sudah berpuluh-puluh tahun bekerja? Tentu saja hal ini jauh lebih berat. Usia masih terbilang produktif, ijazah tidak terpakai, kebutuhan semakin meningkat, dan tuntutan perkembangan zaman yang meminta kita selalu open minded dan berwawasan. Berlatar belakang itu semua saya akhirnya memutuskan untuk memulai sesuatu yang menghasilkan dari apa yang saya sukai terlebih dahulu. Sebetulnya saya sangat menyukai dunia fashion (menjahit, mendesain, memilih bahan serta memasarkan hingga produk saya sampai ke end user) tetapi karena alasan waktu dan ekonomi saya akhirnya memilih untuk berjualan baju secara online. Tidak jauh bukan dari hal yang saya sukai?Saya bisa mengidentifikasi bahan, menilai kualitas jahitan dan memberi saran kepada calon buyer ketika mereka akan membeli sesuatu di tempat saya. Nah, bagaimana dengan teman-teman sekalian? Kuncinya adalah carilah hal yang kita sukai dan itu bisa menghasilkan jadi kita tidak berfokus pada materi saja tetapi mendapatkan ilmu tambahan dari hasil belajar menekuni hobi kita. Mungkin hasilnya tidak banyak, tetapi ini satu step di depan orang yang sama sekali tidak berpenghasilan dan terus berkecil hati karena terus menerus bertanya darimana mendapatkan uang. Tidak melulu soal berjualan kok, jika kita memiliki hobi menulis dan membaca misalnya hal itu tentu saja bisa kita manfaatkan. Berapa banyak ibu-ibu yang sukses di dunia tulis-menulis bukan?Yuk, jadi salah satu di antara mereka. Hobi yang bisa mendatangkan hoki dan pundi-pundi Rupiah sendiri. Selamat mencoba.

3.       Lebih menyukai trend sesaat daripada sesuatu yang menjadi kebutuhan dan bermanfaat jangka panjang.
Apa sih maksud dari pernyataan diatas? Ijinkan terlebih dahulu saya bertanya ya. Berapa banyak sih ibu di rumah yang lebih suka menonton televisi daripada membaca? Berapa banyak ibu di rumah yang lebih suka membeli baju, sepatu, atau aksesoris lain demi mengikuti sebuah trend ketimbang menabung minimal Rp 2.000,00 per hari (Rp 60.000,00 per bulan) demi sebuah buku? Ini yang menjadi PR saya dan kita semua yang masih merasa demikian ya ibu-ibu. Tidak apa-apa menonton televisi asalkan tidak melulu soal sinetron terbaru yang menjadi target kita, pun tidak mengapa sesekali berbelanja (kosmetik, baju, sepatu dan aksesoris lain) karena memang kita juga membutuhkannya tetapi sangat disayangkan bukan kalau uang kita yang beratus-ratus ribu itu tidak sayang kita keluarkan demi sebuah baju tetapi hanya senilai 50-100 ribu saja kita langsung mengelak bahwa itu mahal untuk sebuah buku. Padahal manfaatnya jauh lebih besar mana? Banyak sekali ibu-ibu berpenampilan modis atau  istilahnya kece badai tetapi ketika diajak berdiskusi tentang sebuah disiplin ilmu populer justru terbengong-bengong, menganggap orang lain terlalu teoritis atau bahkan mencari pelarian ke hal yang kurang baik. Semoga kita bukan termasuk yang demikian ya ibu-ibu. Membaca tidak harus selalu dari buku kok, kalau toh kita lebih suka berselancar di dunia maya tidak masalah asalkan kita pandai dalam menyaring informasi. Pun ketika kita lebih menyukai tontonan televisi, misalnya kita bisa mengganti sinetron atau infotainment dengan tontonan yang lebih berisi berupa talkshow, kajian, atau acara yang bukan sekedar hiburan saja.

4.       Manajemen waktu yang kurang baik.
Disadari atau tidak waktu luang dan kesehatan adalah hal yang paling melenakan di dunia ini, benar kata sebuah hadits itu. Saya pun sering merasa terlena dengan banyaknya waktu yang saya miliki tapi kurang bisa saya manfaatkan dengan baik. Saya yakin seorang perempuan memiliki kecenderungan untuk bisa melakukan beberapa pekerjaan sekaligus dalam satu waktu atau lebih kita kenal dengan istilah multitasking. Ini merupakan suatu kelebihan namun jika tidak dikelola dengan baik maka kita sering kali menjadi tidak fokus, dan hasilnya tentu saja menjadi kurang maksimal. Karena banyaknya pekerjaan yang kita miliki setiap hari dan itu sudah menjadi rutinitas sehari-hari maka mungkin kebanyakan para ibu menjadi bosan dan tidak memandang itu sebagai sebuah pekerjaan yang ber-deadline. Coba saja kita membuat urutan pekerjaan setiap hari dengan disertai estimasi waktu yang harus dibutuhkan, kita tentu saja akan bekerja dengan lebih semangat karena pekerjaan rumah lain sudah menanti dan harus pula segera diselesaikan. Hal ini tentu saja akan membuat sisa waktu yang kita miliki lebih banyak sehingga kita memiliki waktu untuk ber-quality time bersama anak, atau sekedar mengambangkan hobi kita.


5.       Seringkali merasa kesepian walau tidak sendirian.

Kesepian dan kesendirian itu dekat sekali bukan? bagi seorang istri yang belum dikarunia buah hati itu tentulah menjadi sebuah ketakutan tersendiri bagi ibu-ibu karena hanya menunggu suami pulang kerja. Bagi yang sudah memiliki buah hati mungkin akan  lebih banyak direpotkan ketimbang waktu luangnya, namun itu mungkin justru menjadi sebuah hiburan tersendiri karena menyaksikan langsung perkembangan sang buah hati. Semoga menjadi ladang amal bagi ibu-ibu sekalian ya buat para ibu yang memutuskan karir menjadi full time mom . Saran buat para ibu yang belum begitu kerepotan dengan buah hati seperti saya adalah banyak mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bisa dilakukan sendiri dan bermanfaat. Agar pikiran kita tidak selalu melulu ingin kembali bekerja di luar rumah dan kita mendapatkan input positif untuk diri kita sendiri. Ya, jadi pengalihan pikiran itu sangat perlu ya ibu-ibu. Wajar kok kalau kita bosan di rumah karena tidak ada kegiatan yang bisa kita lakukan, kita juga bisa melakukan sosialisasi di lingkungan tetangga sekitar rumah untuk hal yang positif juga (jadi yang ada adalah kegiatan sharing bukan menggunjing). Misalhnya tetangga rumah kita memiliki keahlian dibidang pembuatan makanan, kita bisa mengamatinya. Bagaimana cara membuatnya, cara memasarkannya, serta cara packing-nya. Galilah sebanyak mungkin informasi yang kita butuhkan untuk bahan pembelajaran siapa tahu suatu saat kitalah yang akan menjadi rekanan usaha tetangga kita itu. 

MasyaAlloh rampung juga akhirnya tulisan ini. Semoga bermanfaat dan saya bisa kembali aktif menulis untuk sekedar berbagi info bermanfaat lain. Sekian, mohon maaf jika ada kesalahan atau hal lain yang kurang berkenan. Keep writing, stay blogging.

2 komentar:

  1. Kak Mentor saya sedang terjebak dalam situasi nan gawat penuh cinta :-D
    Entah kudu minum vitamin macam apa biar istiqomah...

    BalasHapus