Kamis, 28 Desember 2017

Tinggal bersama mertua, ini dia beberapa manfaatnya.

Hallo, alhamdulilah ya nggak terasa saya sudah tinggal di semarang hampir tiga bulan. Beginilah rasa tinggal di bumi indah mertua hahaha. Banyak bersyukur karena punya mertua yang baik, OK? #nasihatbuatsaya

Well sebelum saya tinggal disini tetangga saya yang hubungan dengan mertuanya kurang 'anget', ngasih wejangan ke saya tanpa diminta. Ada lagi tetangga yang dengan keponya chat, enak dimana tinggal sendiri apa sama mertua. Etdah nasib seleb mah gini ya, IG dibajak. Kehidupan pribadi dikepoin xixixi.

Stop halu plis deh emaknya dzakir. Ini beberapa hal yang saya pelajari dari bumer saya ya. Sedikit saya bagi, siapa tau kapan lagi ada hal lain yang bisa saya bagi. Cekidot :

1. Ngulik Resep Masakan
Siapa yang penganut paham masakan ibu adalah masakan paling enak di dunia? Wkwkwk saya mah bukan. Saya bilang masakan ibu saya enak, tapi bukan yang paling enak di dunia. Kalau saya ngaku penganut paham itu nanti saya bohong dan jatuhnya dosa wkwk.

But asli ya, setelah saya kompare masakan ibu saya mertua saya enakan mertua saya. Ini bukan soal gimana-gimana ya bu. Kan niatnya emang saya lagi belajar masak jadi selain mbahnya segala bangsa alias mbah google, ibu mertua saya bisa saya jadikan guru masak di cooking class yang saya ikuti secara otodidak.

Beuh, dari mulai kecap-kecapan. Rempah-rempah sampai goreng lele biar kriuk. Dari mulai cara ngolah udang biar nggak amis dan bau sampahnya, sampai hasil olahannya. Banyak hal yang betul-betul saya pelajari dari beliau. Many thanks ibu, terimakasih sudah mau dibawelin sama menantu ibu yang masaknya cuma itu-itu aja.

2. Belajar Memiliki Keluarga Besar

Terbiasa dengan tiga anggota keluarga kemudian menjadi lima anggota, bahkan enam jikalau suami datang membuat saya harus lebih tangguh dalam 'manajemen cucian'. Salah satu alasan kenapanya adalah karena banyaknya cucian yang harus saya 'sulap' menjadi baju bersih siap pakai lagi. Wah, ini betul-betul harus dimanajemenkan secara profesional lho #plak. Kalau tidak gunung cucian tak pernah kenal kompromi, dan lagi saya tipe yang kurang suka melaundry kecuali untuk dry clean.

Jangan menunda mencuci selagi ada waktu luang toh tinggal cemplung bukan? Usahakan selalu pisahkan cucian yang harus di hand wash, atau boleh dicuci dengan mesin. Jangan lupa tanya juga kepada ibu mertua mengenai hal ini. Agar kita tidak membuat beliau sedih karena baju kesayangan beliau menjadi rusak karena salah prosedur.

Belajar hal lain adalah tentang berbagi makanan. Terbiasa makan sendiri dan nggak bagi-bagi harus membuat saya lebih mendisiplinkan perut dan tangan agar mereka selaras ketika memiliki keluarga besar. Berbagi itu indah kok, apalagi kalau ada indomie goreng #apasih. Yap, kalau misal masih lapar karena busui itu dikit-dikit lapar yasudah indomie gorenglah solusinya. Betul?

3. Belajar Menghandel Komplain

Capek-capek masak, nggak dimakan. Atau cuma diicip. Atau dimakan tapi tidak sepenuh hati alias dikritik dan dibandingkan dengan masakan warung. Jangan mutung ya buibu wkwkwk.

Ibu mertua saya itu termasuk pinter masak tapi sering sekali 'ditampar' sama kebiasaan bapak dan anak-anaknya yang suka jajan di luar lho. Nah, jangankan komplain soal rasa makanan, bolak-balik ngangetin makanan juga sering. Dari beliau saya juga akhirnya belajar kelak ketika saya harus menghadapi kritik dan konsistensi memasak untuk keluarga.

4. Belajar Ilmu Parenting Dan Ilmu Keluarga

Meskipun ibu mertua saya tidak suka membaca, pengalaman beliau dalam mengasuh tiga anak tentu saja pengalaman yang amazing to share dong. Dari beliau pula saya belajar bahwa menjadi ibu rumah tangga dengan pendidikan tinggi itu tidak akan merugi. Asal apa? Tidak melulu melihat pencapaian orang lain untuk terus kita jadikan standar.

Memang sih kalau boleh memilih kita tinggal dimana, kita tentu akan memilih tinggal di tempat lapang, mandiri dan cukup. Tetapi ketika kita dihadapkan pada posisi yang berkebalikan, jangan melulu mengeluh karena keadaan. Cari potensi yang bisa kita gali, cari ilmu yang bisa kita dapat dan cari berkah yang kita tidak tau dimana dan kapan ia akan menyertai.

Jumat, 17 November 2017

Tips Mencari Bacaan Asyik di Whatpad

Hallo teman, kalian pernah dengar kan istilah stereotipe kah? Hehe saya menemukan kembali istilah itu di whatpad lho. Saya ingat pernah mendapat mata kuliah tentang perilaku organisasi, yang notabene sangat teoritis, dan betul-betul membutuhkan banyak sekali literatur. Mungkin istilah stereotipe ini masuk dalam frame mata kuliah saya yang satu itu seharusnya.

Kali ini saya bukan mau sharing tentang stereotipe-nya, tapi tempat dimana saya menemukan istilah itu (kembali). Yap, whatpad atau 'platform orange' begitu orang kebanyakan menyebutnya. Satu dari sekian teman saya bilang "hari gini masih main whatpad?". Saya sih cuek aja, Selama saya enjoy why not? dan saya berpikir whatpad nggak seburuk itu kok. Kalau whatpad seburuk itu, mana ada akun penerbit mayor yang rela bikin akun disana coba. Nge-share novel yang mau di launching secara free, walau pun nggak kelar. Lumayan bisa icip duluan kan, Hahaha...

Nah buat kalian yang merasa selalu gagal nyari novel kece di whatpad. Saya mau bagi tips biar kalian bisa nemuin novel yang lumayan. Kenapa hanya lumayan? Karena novel di whatpad yang biasanya akan naik cetak, belum melalui proses editing jadi mungkin ada beberapa typo, kalimat tidak efektif dan faktor lain yang membuatnya menjadi 'kurang kece'. Tapi sudah layak terbit lho ya, buktinya banyak juga kok yang melakukan self publishing dan laku keras. Bagi saya sih masih OK, asalkan packaging ceritanya masuk akal dan nggak cuma jualan adegan 'ehem-ehem'. Ngerti kan maksud saya? Kalau nggak ngerti silakan japri saya, hihihi...okay lets check :

1. Masuk ke menu Home (icon rumah) dan klik rekomendasi.

Disitu biasanya akan muncul beberapa novel yang sedang in atau disebut dengan what's hot. Ikuti tanda tagar contoh : (#1 in chicklit). Ini bisa jadi salah satu opsi cara memilih novel yang cukup banyak pembacanya. Baca blurbnya terlebih dahulu, then kalau memang suka masukkan  saja novel itu ke library kalian. Kalau tidak cocok tinggal say good bye. Saya biasanya membaca setidaknya 3 bab baru memutuskan add to library atau tidak. Ada juga kok bacaan yang banyak pembacanya tapi saya nggak masukkan library, ya karena selera saja sih.

2. Cari akun seleb whatpad.

Bukan tanpa tujuan ya, biasanya para selebpad(begitu saya sebut mba kece di whatpad yang followernya sudah banyak dan produktif) akan memfollow akun-akun kece lain. Atau bisa juga para selebpad ini akan membuat reading list yang bisa kita intip, dan kita contek bacaannya. Jangan sungkan untuk sekedar nyontek bacaan para mba selebpad ini, karena bisa jadi selera bacaan kita sama dengan mereka lho.

3. Whatpad walking.

Bagi kalian yang sibuk, ini bisa dikerjakan pas lagi senggang ya. Saya biasanya melakukan ini ketika saya mau tidur, sekedar mencari bacaan buat tambahan library saya. Hehehe, emang sekurang kerjaan itu saya. Karena membaca buku sudah terlalu mainstream, dan bacaan yang sudah habis biasanya saya ngubek-ubek whatpad. Ini sih semacam lempar dadu ya, kalau 'bejo' ya nemu cerita bagus kalau nggak ya udah nggak saya ambil pusing.

4. Minta rekomendasi teman.

Akhirnya setelah kurang lebih enam bulan saya main di whatpad saya nemu partner juga. Siapa dia? Jeng...jeng my sister in law. Beda usia dengan saya sepuluh tahun sih, tapi saya dan dia sesekali colek-colekan kalau pas sharing bacaan. Seru juga lho, hehehe. Nah kalau kalian butuh teman atau sekedar referensi buat cari bacaan di whatpad sini boleh banget colek saya. Balik lagi ke selera sih ya, tapi saya nggak sesesat itu kok kalau ngasih rekomendasi jadi don't worry to much baby.

Akhirnya pecah telur juga sis, alusin aja shay hahaha. Setelah sekian bulan ngedekem dan aja aja alasannya. Nulis ya nulis aja, kalau banyak baca nggak nulis ntar takutnya jadi gampang kesemutan atau mudah emosi shay. Wis me luck. Semangat lagi :)

Kamis, 26 Oktober 2017

3 Tips Bermanfaat Membeli Cake Seleb Yang Kekinian

Saat ini, kemajuan bisnis kuliner menjadi 'ladang emas' bagi sebagian orang. Bagaimana tidak? Selain keuntungan yang cukup fantastis, perputaran uang dalam bisnis ini terbilang lebih cepat dibanding bisnis di bidang lain. Sebut saja pedagang mendoan. Di tempat tinggal saya, -Purwokerto- mendoan (mentah) dijual ecer Rp 250,-/slice. Katakanlah itu harga retail, menurut dugaan saya jika yang membeli sesama pedagang, dan akan dijual kembali harga belinya akan menjadi lebih murah. Nah, katakanlah harga pokok mendoan(matang)per slice adalah Rp 500,-, sedangkan harga jualnya bisa menjadi Rp 1.000,-. Maka keuntungan berjualan mendoan bagi seorang pedagang gorengan adalah kurang lebih 50% dari jumlah modalnya. Cukup menggiurkan ya?

Tak ketinggalan, para selebriti tanah air banyak yang 'melirik' bisnis di bidang kuliner. Sebut saja pasangan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, selain memiliki brand baju sendiri, pasangan ini juga memiliki jaringan resto bakmi yang memiliki beberapa cabang dan cukup populer. Belum lagi brand snack yang sudah masuk ke jaringan retail di Indonesia. Nah, baru-baru ini Gigi -panggilan Nagita Slavina- juga melaunching Gigieat Cake. Diikuti oleh seleb lain, sehingga cake-cake besutan seleb ini bertebaran bahkan hampir di seluruh pelosok tanah air. Baru-baru ini saya mencoba RoRu Cake milik Ruben Onsu dan cake milik Arief Muhammad, seorang blogger sekaligus aktor. Rasanya? Hehe...Ya gitu. Cuz cobain (sendiri) lah. Nah, biar ada kenang-kenangan, karena mencicipi kue seleb adalah moment yang cukup langka buat saya. Saya 'meramu' tiga tips ini agar para kuliner lover tidak lupa-lupa terhadap deskripsi dan rasanya. Selain  bisa berbagi pengalaman dengan para netter, juga tidak akan terlupakan begitu saja. Simak yuk gaes :

1. Jangan Berekspektasi Terlalu Tinggi

Yap, demam kue seleb membuat saya semacam mengalami 'fear of missing out' gitu deh. Apaan sih? itu lho takut dikatakan nggak kekinian. Demi apa coba? Lidah donk. Strategi marketingnya, gambarnya, antriannya membuai banget kan ya? Seolah-olah kalau nggak ikutan nyicip dunia ini akan berakhir, hahaha lebay.
But plis sebelum icip jangan berekpektasi terlalu tinggi karena lidah nggak bisa bohong kan? Nggak perlu jadi ahli pattieseri kok untuk komentar rasa kue. Kalau saya sih, rasanya masuk atau nggak. Itu aja, cukup.

2. Patungan
Hehehe...harus banget ya? Nggak kok. Ini berlaku buat emak irit macam saya. Katakanlah harga cake itu Rp 80.000,-/kota. Kalau belinya di luar kota, kita bisa kena jastip plus ongkir. Kalau hanya untuk membeli rasa penasaran biasanya nggak perlu makan banyak kan biar puas? Cukup icip sedulit, dan udah puas. Setuju? Jadi patungan adalah jalan bijak buat kamu yang penasaran terhadap rasa kue seleb yang kekinian namun peduli terhadap kantong.

3. Ceritakan/review di Media Sosial
Yang pertama, kita bisa menyajikan gambar as a kuliner reviewer. Kalau gambar yang disajikan oleh penjual/selebnya sendiri sudah pasti menarik karena tujuan mereka memang komersial. Nah, kita sebagai pemakai kamera biasa/ non pro bisa menyajikan real picture (seperti kata emak-emak fans olshop), "Real Pic donk Sis" =D. Dengan tidak ada maksud menjelelekkan ya mak tentu saja.

Yang kedua, kita bisa mendeskripsikan produk, menceritakan rasa secara objektif, boleh juga mencantumkan harga, size kue dan cara mendapatkan produk misal : by gojek atau jastip.

As a sample saya dapat satu potong cake kekinian dari adik saya. Ia membelinya melalui sebuah jastip di Jakarta. Kue kekinian itu adalah milik seorang youtuber, Arief Muhammad. Deskripsi kuenya ya : Paduan antara cake (mirip sponge cake, tapi lebih berat), potongan wafer, dan chocolate rice crispy. Jadi ada tiga lapis dalam satu gigit. Rasanya manis dan crunchy (seharusnya), karena saya mendapatkan ini sudah dalan kedaaan tidak utuh jadi melempem lah komponen yang seharusnya crunchuly itu. May be ini lebih enak dimakan langsung setelah order karena ada tekstur cruchy yang tidak harus kita pertahankan : layaknya sebuah hubungan :p

Semoga tiga tips tadi bisa membantu meredakan gundah gulanannya mak-mak semua karena ngidam cake kekinian. Selamat icip-icip, duh gratis apalagi hihihi. Jangan lupa reviewnya mak. Itu penting demi menyelamatkan lidah dan juga kantong emak yang lain tentu saja.

Jumat, 06 Oktober 2017

Tips Agar LDR/LDM Menjadi Lebih Berkesan

"||...Seandainya, jarak tiada berarti akan ku arungi ruang dan waktu dalam sekejap saja||
Seandainya sang waktu dapat mengerti, takkan ada rindu yang terus mengganggu|| Kau akan kembali bersamaku..." (LDR - Raisa)

Siapa yang masih terbawa perasaan (baper) melihat kemesraan babang hamish dan raisa? Hahaha...saya salah satunya. Belum tuntas kebaperan sama precious moment -nikahan- mereka. Ditambah harus menyimak foto dan video prewedding yang justru booming setelah mereka sah alias nikah. Dan lagi-lagi, beredar foto yang 'unch' banget ketika mereka honeymoon di eropa. Duh pothek hati emak.

By the way, kali ini saya pengen bahas soal LDR, eh LDM lebih tepatnya. LDM alias long distance married. Istilah ini saya pinjam dari owner label Ummu Balqis yang empunya akun instagram @baby_hijaber. LDR berakhir kandas saya pernah lho, curhat mak? Alhamdulillah, LDR yang terakhir sampai ke pelaminan. Bahkan setelah menikah sudah dua kali ini LDR-an, lebih tepatnya LDM-an.

Saya sih belum bisa dibilang pakar LDR atau pun LDM ya karena juga baru beberapa kali dan terhitung dalam waktu yang tidak lama. Saya yakin banyak para pejuang LDR/LDM yang jauh lebih mumpuni daripada saya. Tapi boleh ya kali ini saya share beberapa tips melewati LDR/LDM dengan gilang gemilang, cerah ceria dan cetar membahana. Yuk simak mak :

1. Berpikir Rasional
Namanya ciwik, hati melulu kan ya yang dipikirin. Sesekali coba yuk rasional. Pikir baik-baik tujuan LDR/LDMan itu untuk apa. Studi-kah, kerja kah atau sekedar happy-happy kah. Saya salut banget sama adik tingkat saya. Sebut saja namanya Jundi. Dia rela resign dari pekerjaan di Indonesia, demi membersamai sang istri (muth) yang menempuh studi di Inggris sana. Masyaa Alloh love you both dears. Barokalloh. Lho, kok jadi OOT? Nggak sih. Itu adalah contoh pemikiran rasional laki-laki menurut saya, mengingat waktu sang istri sedang hamil dan harus merantau, jauh pula.

2. Bertenggat Waktu
Hehehe, saya juga adalah 'korban' resign karena waktu itu pernah memutuskan mengikuti suami. Bukan sekedar emosi sesaat sih, banyak orang yang meyanyangkan tapi saya bawa happy saja. Pasalnya apa? Tidak ada yang tau dari kami sampai kapan LDMan kami itu berakhir. Karena suami terikat pekerjaan, saya pun demikian. So, kalau memang tenggat waktunya kurang jelas berapa lama harus LDR/LDMan yuk lah dikaji ulang atau betulan kalian sudah siap dengan segala konsekuensinya?

3. Komunikasi Lancar
Mak yang namanya komunikasi itu nggak harus tiap hari telponan, video call-an, saling berbalas pesan ketika berjauhan. Yang terpenting dari komunikasi adalah adanya kesadaran dari dua belah pihak untuk menginfokan 'whats the news?' Misal, hari ini saya melakukan sebuah kegiatan penting (misal : spa di salon hihi)boleh diinfokan kepada pak suami. Disertai bertanya kabar, dan atau info lain. Nah, jika respon dari si do'i slow, jangan langsung ngamuk, calm down aja lah. Mengingat suami saya itu tipe slow pula kalau urusan berbalas pesan, maka saya sudah jadi jagonya cooling down. Jago ciye, jago.

4. Jaga kepercayaan
Sosial media sekarang ini menjadi salah satu pintu untuk kita mencari teman, dan tanpa batas. Batas usia, gender, suku, agama, bahkan RAS. Sosmed bahkan menjadi ajang untuk mencari jodoh, dan yang tadi saya tonton di televisi cukup eng-ing-eng. Why? Menurut data pengadilan negeri bekasi, kasus perceraian beberapa tahun ini mengalami kenaikan, alasannya adalah salah satu dari para pelaku perceraian tersebut melakukan perselingkuhan via sosmed. Naudzubillah, semoga kita semua bisa menjaga diri ya mak. Aamiin.

5. Menekan Pengeluaran
Siap LDM harus siap menanggung istilah 'beda dapur'. Pengeluaran lebih banyak? Sudah pasti. Jadi be a wise dalam menggunakan uang ya mak. Atau memilih seperti saya, numpang di PIM residence alias Pondok Rumah Mertua haha..#becandainimah. Tapi betulan lho saya berusaha menekan budget semenjak LDM-an kali ini karena LDM-an dua tahun lalu saya masih berpenghasilan tetap, sedangkan saat ini tidak.

6. Quality Time
Jarang ketemu, sekalinya ketemu sama-sama lelah. Yang satu lelah di perjalanan pulang satunya lelah menjadi single fighter mengurus rumah dan anak. But quality time itu keharusan lho mak. Nggak harus jalan-jalan ke eropa, cukup ngeteh sembari nyemil pisang goreng sambil ngobrol berdua. Intinya harus sama-sama pengertian kalau satu pihak sedang lelah maka jangan memaksakan kehendak. Misal suami saya lelah, saya ngebet ngajak jalan-jalan. Jatuhnya malah nggak enjoy, satunya nggak enak, satunya manyun. Semoga sih saya tidak demikian, atau kalau demikian pun suami saya mengerti hihi.

Buat para pejuang LDR/LDM tetap semangat ya. Semoga akan ada rasa manis, ketika LDR/LDM sementara waktu ini kurang 'gurih' rasanya. Semua tidak akan terasa, jika kita menikmatinya. Ibarat makan indomie, makannya dikit-dikit sampai kuahnya tandas. Apa sih gueh? Ah sudah, happy Friday night.

Semarang, 06-10-2017.

Selasa, 03 Oktober 2017

Masa MpASI : Saya tak berani coba-coba

Masa MPasi kerap menjadi momok bagi sebagian ibu muda, begitu juga saya. Belum apa-apa para 'imud' a.k.a ibu muda ini sudah menduga-duga. Jangan-jangan nanti anak saya alergi, nggak doyan atau parahnya GTM. Padahal belum juga dijalani. Hehe, memang begitu kok bu. Ibarat kita masih kelas satu mencoba menerka-nerka ujian untuk kelas tiga. Hasilnya pasti tak terbayangkan bukan?

Perkenalkan saya adalah seorang ibu dari batita berusia 14 bulan. Anak saya cukup unik karena sesekali saja makan dengan sendok. Ya, selebihnya dia minta disuapi menggunakan tangan. Bahkan ketika dia makan dengan sayur. Mungkin orang berfikir,  nggak higienis, 'kemproh' dan lain sebagainya. Tapi saya pikir nggak apa-apa sih, toh dia belum makan bakso. Asalkan tangan saya dan dia bersih selama prosesi makan, why not? Tadinya betul-betul ketika dia melihat sendok, dia akan langsung geleng-geleng bahkan menangis. Alhamdulillah, sekarang sudah lebih kooperatif. Kadang mau, kadang hanya diminta sendoknya untuk mainan.

Sarapan, saya lebih suka memberinya cemilan berat semacam arem-arem, biskuit, kue atau buah. Untuk makan siang dan sore saya membuat menu yang sama. Sesekali dia makan makanan keluarga, tetapi saya lebih sering memasakkan sendiri untuknya karena makanan keluarga cenderung memiliki rasa yang lebih strong seperti pedas, beraroma tajam, dan lebih berbumbu. Untuk bumbunya masih minimalis, bawang merah-putih, garam, dan gula. Sesekali saya juga menggunakan minyak goreng, santan, dan kecap juga, walaupun hanya dalam porsi kecil.

Usia enam hingga delapan bulan dia hanya mengkonsumsi pisang lho. Kebayang nggak gimana paniknya saya ketika nggak ada pisang di tukang sayur? Sunpride Every Day lah jawabannya. Mudah dicari, dan terjamin. Hehe, ada pikiran nggak sih takut anaknya kurang gizi hanya karena mengkonsumsi pisang? Ada, tentu saja ada. Menginjak usia ke sembilan ia sudah mau makan nasi tim saring. Saya berpikir karena saya mengenalkannya pisang yang notabene manis, sehingga ketika beralih ke nasi tim pun tidak instan.

Setiap saya membuat makanan untuknya, saya selalu mencicipi makannya. Dan setelah berkali-kali percobaan. Saya lebih banyak mengkombinasikan menu makannya dengan jagung manis sebagai sumber makanan pokok, pengganti nasi. Saya juga sesekali memberinya kentang lumat atau mashed potato. Selain lebih mudah memasaknya, penggunaan jagung manis sebagai makanan pokok tidak memakan wartu terlalu lama. Hanya mengukus semua bahan, lalu melumatkannya diatas saringan. Saya sudah pernah dicoba memakai blender, tetapi dia tidak terlalu berselera. Selain itu rasanya pun tidak seenak ketika saya lumatkan secara manual. 

Saya mencoba Mengkombinasikan segala jenis sayur, tetapi saya hanya sedikit mencoba makanan yang tinggi potensi alergi untuk protein hewaninya. Saya memang tergolong ibu yang tidak kreatif, maafkan ibu ya nak. Duh kalau melihat bagaimana ibu-ibu bereksperimen dengan MPasinya rasanya pengen ikutan, tapi lagi-lagi saya hanya 'mencari aman'.

Menginjak usia sebelas bulan, saya menilai ia tidak terlalu lahap makan. Saya pikir mungkin mau tumbuh gigi, saya naikkan teksturnya tetap saja dia tak mau. Awalnya, ketika saya makan saya masukkan sedikit nasi ke dalam mulutnya, dan anehnya dia seolah menagih "mana jatah saya bu?" setiap ia habis mengunyah. Jadilah mulai usia sebelas bulan ia mengkonsumsi nasi lembek, dengan sayur dan lauk yang dikukus. Simpel ya? 

 Sebaiknya jangan terlalu stres ketika anak tidak mau makan sesuatu yang menurut kita baik. Memang sih capek, tetapi kalau dia lahap, kita juga puas bukan? Karena pada dasarnya ia hanya belum tau manfaat yang terkandung dalam makanan yang kita pilihkan untuknya. Kelak, ketika ia sudah bisa diajak komunikasi dua arah kita bisa mengajaknya untuk belajar memilih dan menyukai makanan sehat, setuju ya. Sejauh ini alhamdulillah anak saya tidak pernah mengalami GTM parah. Dan saya belum pernah memberinya bubur instan sekalipun dalam kondisi travelling, memang bukan suatu kebanggaan. Tetapi itu menjadi catatan perjalanan saya selama MPASI. Kuncinya hanya perlu bersabar dan terus mengganti menu makannya agar ia tidak bosan. Sama seperti kita yang makan nasi, sesekali kita juga ingin makan bakso bukan?

Semarang, 3 November 2017


Jumat, 29 September 2017

Tips Memilih Sepatu Anak

Malam ini semarang cukup sejuk karena hujan turun beberapa saat lalu. Dulu jaman saya SMP saya cukup stres jika malam turun hujan. Kenapa? Karena saya harus menempuh perjalanan kurang lebih selama 30 menit dengan berjalan kaki untuk sampai ke sekolah saya. Melewati areal persawahan dan jalan becek yang membuat alas kaki saya kotor ketika sampai sekolah. Jika musim hujan tiba, bertambah pula nestapa hati ini hihi. Berpayung daun ketika lupa membawa payung, membeli kantong plastik untuk melapisi tas yang tidak waterproof, memanggang (istilah ibu saya : nggarang) sepatu yang lembab. Duh-duh, indahnya masa-masa itu.

Sejak jaman kuliah saya memilih sepatu karet sebagai koleksi wajib alas kaki saya. Selain harganya terjangkau, mudah dikeringkan, dan bisa tetap menerjang air sepatu karet juga memiliki variasi lucu-lucu lho. Ciwik-ciwik kan suka sama namanya barang lucu kan? *kedip-kedip mata*. Untuk sekarang saya juga demikian. Selain memilih sepatu karet, saya juga memilih warna basic agar sepatu-sepatu saya bisa di mix-match kan dengan baju saya. Misal : black, navy, cream. Cukup mewakili semua baju-baju donk dengan tiga warna itu?

Nah selesai urusan alas kaki si emak, pindah lah tugas saya sebagai ibu negara untuk memilihkan alas kaki terbaik buat buah hati saya. Saya bukan tipe ibu fashionable, dan tipe praktis namun tetap ekonomis. Mengedepankan kebersihan, kenyamanan dan kerapian bagi saya cukup. Misalnya : kenapa anak saya selalu saya pakaikan piyama ketika sore hari, setelah mandi? Pikiran simpel saya karena dia hendak tidur. Ya, sekali pun saya mengajaknya jalan-jalan sore keliling komplek itu belum merubah pakem saya untuk merubah style anak saya. Kan suka ada ya ibu yang mendandani anaknya, dari atas sampai bawah setiap selesai mandi, walau pun tidak ada acara khusus (semisal : bepergian, arisan atau posyandu). Nah, tanpa bermaksud menjustifikasi orang itu, hanya saja saya bukan orang yang demikian.

Saya sering lho mendapat belas kasihan dari orang-orang karena tidak memakaikan alas kaki untuk si kecil. Tapi saya tidak terlalu ambil pusing soal itu. Alasan saya waktu itu adalah karena anak saya belum belajar jalan. Sekali pun ada istilah prewalker shoes, saya tidak repot membudget untuk membelikannya sepatu yang jatuhnya hanya akan bermanfaat sebagai aksesoris belaka. Dua kali saya membelikannya sepatu, tidak terlalu mahal sih tetapi jatuhnya mubadzir. Nah, jadi menurut saya kapan sih bu kita harus mulai memikirkan sepatu anak? Jawaban simpel saya adalah setelah ia belajar berjalan. Nah, dibawah ini saya akan menjabarkan beberapa pertimbangan membeli sepatu untuk buah hati saya. Monggo bisa disimak, siapa tau suatu saat bermanfaat :

★ Bahan

Bahan disini saya memilih yang ringan. Kualitas jahitan kuat, bahan kainnya tidak panas agar kaki si kecil tidak lembab. Sekali pun nanti harus dipakaikan kaos kaki.

★ Desain

Saya memilih desain seperti gambar dibawah (terbuka bagian depan) karena pertumbuhan kaki si kecil cukup cepat. Lebar bagian samping agar tetap nyaman dipakai. Pilih warna yang cukup netral agar bisa masuk jika dipasangkan dengan koleksi baju si kecil.

★ Harga

Ada keuntungan khusus yang bisa kita dapatkan dengan tidak buru-buru membelikan si kecil sepatu. Apakah itu? Kita bisa menyisihkan uang budget sepatu semenjak ia berusia enam bulan, misal Rp 20.000,-/bulan misalnya. Dimana pada saat itu mungkin orang lain akan berlomba-lomba membelikan sepatu hingga berpasang-pasang bagi si buah hati. Nyatanya itu hanya demi memenuhi hasrat belanja sang ibunda. Bagi saya alas kaki untuk buah hati sebelum berjalan adalah kaos kaki. Simpel ya? Memang. Nah, jadi ketika kelak membelikannya sepatu dengan sedikit merogoh kocek agak dalam tak masalah karena sudah saving money bu.

★ Merk

Penting nggak? Buat saya tidak terlalu penting asal ketiga syarat di atas terpenuhi.Ceritanya Si kecil mendapat 'lungsuran' sepatu dari tetangga. Merknya cukup komersil lho tetapi setelah saya bandingkan dengan yang baru saya beli, spesifikasinya cukup jauh ternyata. Balik lagi ya, bagi saya harga pun tak jadi masalah asalkan itu sesuai kantong saya. Kenyamanan bahan dan desainlah yang terpenting buat saya.

I think enough. Terimakasih bagi yang sudah berkenan mampir. Silakan tinggalkan jejak ya :)

Semarang, 29-09-207

Kamis, 28 September 2017

Kelebihan Kereta Api Yang Membuat Saya Enggan Berpaling

Duh, saya terlambat memenuhi #3DAYS1POST kali ini. Pasalnya semalam saya ketiduran, hp mati, dan saya lelah hahaha...
Sebagai hukuman atas ketidak konsekuenan saya terhadap apa yang sudah saya janjikan, maka saya menetapkan hukuman. What? Saya akan mengepost dua hari berturut-turut dan kembali pada aturan 3 hari 1 posting lagi. Semangat! *bawa pom-pom*

Untuk kali ini perkenankan si emak dzakir a.k.a saya sendiri bercerita sedikit alasan kenapa saya suka berkereta api. Baru dua kali sih perjalanan berdua, seringnya bertiga. Dan yang terakhir adalah kemarin pas pulang semarang. Jeng...jeng...ransel, travel bag, dan goody bag melengkapi perjalanan kami bersama kereta kamandaka - Purwokerto Semarang-. Simak ya mak :

1. Adanya Jalur Khusus
Sudah sering dengar ya kecelakaan di palang perlintasan kereta api. Rada serem gimana gitu dengernya. Sebagai pedistrian, atau pengguna jalan kita wajib hati-hati jika dekat rel atau palang pintu. Sebagai penumpang kereta kita diistemewakan karena jalur khusus membuat perjalanan kita nyaman, waktu tempuh lebih bisa diprediksi, dan tentu saja tidak macet. Kalau jalur busway bisa diserobot, maka kira-kira siapa yang berani menyerobot jalur kereta?

2. Tempat Duduk 2-2
Pelayanan transportasi darat dengan kereta api sangat pesat perkembangannya akhir-akhir ini. Two thumbs up buat pihak pengelola, semoga bisa diikuti oleh fasilitas layanan publik yang lain. Tempat duduk 2-2 baru saya nikmati kemarin, dimana space menjadi lebih lega. Sekali pun menggunakan kereta ekonomi jangan khawatir karena seat akan tetap 2-2.

3. Terdapat Lorong Yang Bisa Dimanfaatkan
Mengajak bayi yang sedang aktif belajar jalan, tentu lebih membutuhkan ruang gerak yang cukup luas. Karena itu saya memilih kereta api. Selain pemandangan yang kece abis, saya bisa memanfaatkan lorong untuk mengajak bayi saya berjalan-jalan. Baik saya gendong, atau saya titah untuk berjalan sendiri. Sangat bermanfaat, sekedar untuk melakukan streching bagi orang dewasa pun OK.

4. Tepat Waktu
Selain jadwak keberangkatan yang tepat waktu, waktu tempuh pun selalu diumumkan di awal. Hal ini membuat nyaman ketika akan menginfokan kepada pihak keluarga kapan kita akan sampai di stasiun akhir. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan suatu saat kereta terlambat, karena satu dua hal yang pasti urgensinya sangat tinggi.

5. Ekonomis
Kalau untuk hal satu ini relatif ya mak. Kalau mau ekonomis ya naik kereta ekonomi, pesan jauh-jauh hari dan pilih gerbong yang paling depan. Hehe, pengalaman banget ini mah. Tapi worth it kok mak, sekali naik eksekutif berasa gimana gitu *uhuk*. Menurut saya sih masih murah, dengan fasilitas segambreng itu.

6. Restorasi
Cukup menolong buat yang terburu-buru. Karena kepepet itu sering terjadi, maka sesekali boleh lah kita bisa manfaatkan restorasi. Hehe, saya pernah baca ulasan seorang teman tentang harga mi cup dan air mineral di kereta. Dia nggak setuju banget kenapa harganya jadi berlipat-lipat. Well, sesekali saja boleh ya mak. Kalau tiap hari naik kereta dan tiap hari kita jajan ya resiko ditanggung penumpang.

7. Powder Room
Eng ing eng, plis jangan dibandingin sama toilet mall yang biasa buat selfie ya mak. Sekedar mengosongkan kantong kemih alias BAK itu bikin plong lho. Duh kebelet pipis bakal aman kalau di kereta. Walau nggak nyaman-nyaman banget tapi menolong sekali.

8. Fasilitas Tiket Online
Booking tiket lewat aplikasi hand phone, bayar lewat m-banking, datang setengah jam sebelumnya, print tiket, beres deh. Mudah, cepat, simpel, aman, nyaman. Tempat duduk pun nggak bisa diserobot. Hati tenang, wajah berbinar karena bisa selonjoran kalau pas seat sebelah dan depannya kosong. Jaman canggih begini ojek aja online, apalagi beli tiket. Katanya bisa beli buat setahun lho, sedep ya. Iya sedep juga duitnya haha.

Fyi :
(-) Kemarin setelah di atas kereta nggak ada pengecekan tiket lagi seperti yang sudah-sudah. Yang ada hanya teguran buat seorang Bapak-bapak yang entah gimana caranya bisa beli tiket 8 seat, dan hanya terpakai 3 seat saja. Dan lagi si bapak-bapak dengan bebas berkelakar, berseru-seru, dan ujung-ujungnya kena penertiban. Jadi buat mak-mak yang kelebihan uang tetap bijak ya mak. Berapa yang berangkat, berapa tiket yang dibeli. Siapa tau ada penumpang lain yang bisa memanfaatkan kursi yang kita pesan tapi tidak kita tempati.

(-) Saya naik kereta Kamandaka start dari Purwokerto-Semarang. Kebetulan saya duduk di Bangku 3D Gerbong 1. Posisi mundur, dekat dengan jendela sisi out line (baca : sisi kiri). Nah, sekedar info ya yang biasanya pusing-pusing jika berjalan mundur maka jika kita berangkat dari Purwokerto maka pilih no Genap dan Abjad D. Jika ada penawaran seat maka manfaatkan itu ya mak. Nah, jika sebaliknya (Semarang Ke Purwokerto) maka pilih no Ganjil dengan huruf A. Jika ingin menikmati pemandangan sisi terluar kereta api.

Selamat berkereta api :)

Semarang, 28-09-2017.