Jumat, 29 September 2017

Tips Memilih Sepatu Anak

Malam ini semarang cukup sejuk karena hujan turun beberapa saat lalu. Dulu jaman saya SMP saya cukup stres jika malam turun hujan. Kenapa? Karena saya harus menempuh perjalanan kurang lebih selama 30 menit dengan berjalan kaki untuk sampai ke sekolah saya. Melewati areal persawahan dan jalan becek yang membuat alas kaki saya kotor ketika sampai sekolah. Jika musim hujan tiba, bertambah pula nestapa hati ini hihi. Berpayung daun ketika lupa membawa payung, membeli kantong plastik untuk melapisi tas yang tidak waterproof, memanggang (istilah ibu saya : nggarang) sepatu yang lembab. Duh-duh, indahnya masa-masa itu.

Sejak jaman kuliah saya memilih sepatu karet sebagai koleksi wajib alas kaki saya. Selain harganya terjangkau, mudah dikeringkan, dan bisa tetap menerjang air sepatu karet juga memiliki variasi lucu-lucu lho. Ciwik-ciwik kan suka sama namanya barang lucu kan? *kedip-kedip mata*. Untuk sekarang saya juga demikian. Selain memilih sepatu karet, saya juga memilih warna basic agar sepatu-sepatu saya bisa di mix-match kan dengan baju saya. Misal : black, navy, cream. Cukup mewakili semua baju-baju donk dengan tiga warna itu?

Nah selesai urusan alas kaki si emak, pindah lah tugas saya sebagai ibu negara untuk memilihkan alas kaki terbaik buat buah hati saya. Saya bukan tipe ibu fashionable, dan tipe praktis namun tetap ekonomis. Mengedepankan kebersihan, kenyamanan dan kerapian bagi saya cukup. Misalnya : kenapa anak saya selalu saya pakaikan piyama ketika sore hari, setelah mandi? Pikiran simpel saya karena dia hendak tidur. Ya, sekali pun saya mengajaknya jalan-jalan sore keliling komplek itu belum merubah pakem saya untuk merubah style anak saya. Kan suka ada ya ibu yang mendandani anaknya, dari atas sampai bawah setiap selesai mandi, walau pun tidak ada acara khusus (semisal : bepergian, arisan atau posyandu). Nah, tanpa bermaksud menjustifikasi orang itu, hanya saja saya bukan orang yang demikian.

Saya sering lho mendapat belas kasihan dari orang-orang karena tidak memakaikan alas kaki untuk si kecil. Tapi saya tidak terlalu ambil pusing soal itu. Alasan saya waktu itu adalah karena anak saya belum belajar jalan. Sekali pun ada istilah prewalker shoes, saya tidak repot membudget untuk membelikannya sepatu yang jatuhnya hanya akan bermanfaat sebagai aksesoris belaka. Dua kali saya membelikannya sepatu, tidak terlalu mahal sih tetapi jatuhnya mubadzir. Nah, jadi menurut saya kapan sih bu kita harus mulai memikirkan sepatu anak? Jawaban simpel saya adalah setelah ia belajar berjalan. Nah, dibawah ini saya akan menjabarkan beberapa pertimbangan membeli sepatu untuk buah hati saya. Monggo bisa disimak, siapa tau suatu saat bermanfaat :

★ Bahan

Bahan disini saya memilih yang ringan. Kualitas jahitan kuat, bahan kainnya tidak panas agar kaki si kecil tidak lembab. Sekali pun nanti harus dipakaikan kaos kaki.

★ Desain

Saya memilih desain seperti gambar dibawah (terbuka bagian depan) karena pertumbuhan kaki si kecil cukup cepat. Lebar bagian samping agar tetap nyaman dipakai. Pilih warna yang cukup netral agar bisa masuk jika dipasangkan dengan koleksi baju si kecil.

★ Harga

Ada keuntungan khusus yang bisa kita dapatkan dengan tidak buru-buru membelikan si kecil sepatu. Apakah itu? Kita bisa menyisihkan uang budget sepatu semenjak ia berusia enam bulan, misal Rp 20.000,-/bulan misalnya. Dimana pada saat itu mungkin orang lain akan berlomba-lomba membelikan sepatu hingga berpasang-pasang bagi si buah hati. Nyatanya itu hanya demi memenuhi hasrat belanja sang ibunda. Bagi saya alas kaki untuk buah hati sebelum berjalan adalah kaos kaki. Simpel ya? Memang. Nah, jadi ketika kelak membelikannya sepatu dengan sedikit merogoh kocek agak dalam tak masalah karena sudah saving money bu.

★ Merk

Penting nggak? Buat saya tidak terlalu penting asal ketiga syarat di atas terpenuhi.Ceritanya Si kecil mendapat 'lungsuran' sepatu dari tetangga. Merknya cukup komersil lho tetapi setelah saya bandingkan dengan yang baru saya beli, spesifikasinya cukup jauh ternyata. Balik lagi ya, bagi saya harga pun tak jadi masalah asalkan itu sesuai kantong saya. Kenyamanan bahan dan desainlah yang terpenting buat saya.

I think enough. Terimakasih bagi yang sudah berkenan mampir. Silakan tinggalkan jejak ya :)

Semarang, 29-09-207

Kamis, 28 September 2017

Kelebihan Kereta Api Yang Membuat Saya Enggan Berpaling

Duh, saya terlambat memenuhi #3DAYS1POST kali ini. Pasalnya semalam saya ketiduran, hp mati, dan saya lelah hahaha...
Sebagai hukuman atas ketidak konsekuenan saya terhadap apa yang sudah saya janjikan, maka saya menetapkan hukuman. What? Saya akan mengepost dua hari berturut-turut dan kembali pada aturan 3 hari 1 posting lagi. Semangat! *bawa pom-pom*

Untuk kali ini perkenankan si emak dzakir a.k.a saya sendiri bercerita sedikit alasan kenapa saya suka berkereta api. Baru dua kali sih perjalanan berdua, seringnya bertiga. Dan yang terakhir adalah kemarin pas pulang semarang. Jeng...jeng...ransel, travel bag, dan goody bag melengkapi perjalanan kami bersama kereta kamandaka - Purwokerto Semarang-. Simak ya mak :

1. Adanya Jalur Khusus
Sudah sering dengar ya kecelakaan di palang perlintasan kereta api. Rada serem gimana gitu dengernya. Sebagai pedistrian, atau pengguna jalan kita wajib hati-hati jika dekat rel atau palang pintu. Sebagai penumpang kereta kita diistemewakan karena jalur khusus membuat perjalanan kita nyaman, waktu tempuh lebih bisa diprediksi, dan tentu saja tidak macet. Kalau jalur busway bisa diserobot, maka kira-kira siapa yang berani menyerobot jalur kereta?

2. Tempat Duduk 2-2
Pelayanan transportasi darat dengan kereta api sangat pesat perkembangannya akhir-akhir ini. Two thumbs up buat pihak pengelola, semoga bisa diikuti oleh fasilitas layanan publik yang lain. Tempat duduk 2-2 baru saya nikmati kemarin, dimana space menjadi lebih lega. Sekali pun menggunakan kereta ekonomi jangan khawatir karena seat akan tetap 2-2.

3. Terdapat Lorong Yang Bisa Dimanfaatkan
Mengajak bayi yang sedang aktif belajar jalan, tentu lebih membutuhkan ruang gerak yang cukup luas. Karena itu saya memilih kereta api. Selain pemandangan yang kece abis, saya bisa memanfaatkan lorong untuk mengajak bayi saya berjalan-jalan. Baik saya gendong, atau saya titah untuk berjalan sendiri. Sangat bermanfaat, sekedar untuk melakukan streching bagi orang dewasa pun OK.

4. Tepat Waktu
Selain jadwak keberangkatan yang tepat waktu, waktu tempuh pun selalu diumumkan di awal. Hal ini membuat nyaman ketika akan menginfokan kepada pihak keluarga kapan kita akan sampai di stasiun akhir. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan suatu saat kereta terlambat, karena satu dua hal yang pasti urgensinya sangat tinggi.

5. Ekonomis
Kalau untuk hal satu ini relatif ya mak. Kalau mau ekonomis ya naik kereta ekonomi, pesan jauh-jauh hari dan pilih gerbong yang paling depan. Hehe, pengalaman banget ini mah. Tapi worth it kok mak, sekali naik eksekutif berasa gimana gitu *uhuk*. Menurut saya sih masih murah, dengan fasilitas segambreng itu.

6. Restorasi
Cukup menolong buat yang terburu-buru. Karena kepepet itu sering terjadi, maka sesekali boleh lah kita bisa manfaatkan restorasi. Hehe, saya pernah baca ulasan seorang teman tentang harga mi cup dan air mineral di kereta. Dia nggak setuju banget kenapa harganya jadi berlipat-lipat. Well, sesekali saja boleh ya mak. Kalau tiap hari naik kereta dan tiap hari kita jajan ya resiko ditanggung penumpang.

7. Powder Room
Eng ing eng, plis jangan dibandingin sama toilet mall yang biasa buat selfie ya mak. Sekedar mengosongkan kantong kemih alias BAK itu bikin plong lho. Duh kebelet pipis bakal aman kalau di kereta. Walau nggak nyaman-nyaman banget tapi menolong sekali.

8. Fasilitas Tiket Online
Booking tiket lewat aplikasi hand phone, bayar lewat m-banking, datang setengah jam sebelumnya, print tiket, beres deh. Mudah, cepat, simpel, aman, nyaman. Tempat duduk pun nggak bisa diserobot. Hati tenang, wajah berbinar karena bisa selonjoran kalau pas seat sebelah dan depannya kosong. Jaman canggih begini ojek aja online, apalagi beli tiket. Katanya bisa beli buat setahun lho, sedep ya. Iya sedep juga duitnya haha.

Fyi :
(-) Kemarin setelah di atas kereta nggak ada pengecekan tiket lagi seperti yang sudah-sudah. Yang ada hanya teguran buat seorang Bapak-bapak yang entah gimana caranya bisa beli tiket 8 seat, dan hanya terpakai 3 seat saja. Dan lagi si bapak-bapak dengan bebas berkelakar, berseru-seru, dan ujung-ujungnya kena penertiban. Jadi buat mak-mak yang kelebihan uang tetap bijak ya mak. Berapa yang berangkat, berapa tiket yang dibeli. Siapa tau ada penumpang lain yang bisa memanfaatkan kursi yang kita pesan tapi tidak kita tempati.

(-) Saya naik kereta Kamandaka start dari Purwokerto-Semarang. Kebetulan saya duduk di Bangku 3D Gerbong 1. Posisi mundur, dekat dengan jendela sisi out line (baca : sisi kiri). Nah, sekedar info ya yang biasanya pusing-pusing jika berjalan mundur maka jika kita berangkat dari Purwokerto maka pilih no Genap dan Abjad D. Jika ada penawaran seat maka manfaatkan itu ya mak. Nah, jika sebaliknya (Semarang Ke Purwokerto) maka pilih no Ganjil dengan huruf A. Jika ingin menikmati pemandangan sisi terluar kereta api.

Selamat berkereta api :)

Semarang, 28-09-2017.

Minggu, 24 September 2017

Memperkenalkan Dunia Literasi Sejak Dini

Semarang sore ini mendung temans, tadi siang bahkan sempat hujan dan di beberapa titik terdapat genangan. Btw, siang tadi saya dan duo macan (baca : mama cantik) mengadakan city tour dadakan. Ceileh, cuma semalam kami rencanakan dan alhamdulillah hari ini bisa juga kesampaian.

Nggak jauh sih, seputaran semarang saja dan mengunjungi teman semasa kuliah sebagai agenda utama. Nah, dua teman saya itu (whini dan ocha) suka sekali membaca dan menulis. Whini adalah seorang penulis, sedangkan ocha adalah seorang blogger. Saya? Hehe sedang memperjuangkan keduanya.

Saya mengagumi sosok whini yang bisa mengajarkan ke dua buah hatinya merasa happy dengan dunia literasi. Mereka asyik sekali bercerita tentang buku. Bahkan mereka girang dan riang ketika whini bilang akan mengajak mereka ke gramedia. Toko buku besar, begitu kata kedua putri si ibu mungil itu.

Saya mencoba meneladani sosok whini, turut mengenalkan dunia literasi kepada buah hati saya sejak dini. Salah satu caranya adalah dengan membacakan buku-buku bergambar kepada  buah hati saya, hampir setiap hari. Mencoba berkomunikasi dengannya melalui buku.

Saya memiliki program khusus yang sedang saya galakkan. Whats new? setiap bulan saya harus membeli setidaknya satu eksemplar buku khusus untuk buah hati saya. Tidak harus mahal kok, hanya kisaran 30 ribuan. Mungkin terkesan mahal dan berlebihan ya? Semoga sih tidak. 

Begini,  saya pikir dengan uang jajan Rp 1.000,-/hari, yang sekarang hanya bisa digunakan untuk membeli dua butir cilok bisa lho digunakan untuk membeli sebuah buku. Karena anak saya tidak jajan cilok, apalagi setiap hari. Bagaimana caranya? Ya uang Rp 1.000,- itu saya kumpulkan dan saya belikan buku di akhir bulan atau di awal bulan berikutnya.

Seringkali ya, kita merasa boros untuk membeli buku tetapi tidak untuk hal lain. Misal : jajan, makan di luar, membeli baju, hijab atau bahkan kosmetik. Karena apa? Tentu saja mind set. Buku itu hampir sama dengan investasi jangka panjang bagi saya. Sedangkan makanan dan jajan itu sekedar kebutuhan atau keinginan yang sementara.

Mari membaca, merubah dunia melalui mindset kita. Mari cintai dunia literasi, agar waktu luang menjadi lebih terisi. Mari mengajarkan anak-anak mencintai buku, agar kelak mereka mencintai pengetahuan dan ilmu.


Semarang, 24-09-2017

Rabu, 20 September 2017

Mengkomunikasikan Hobi Bersama Pasangan

Menikah bukan saja soal menyatukan visi dan misi, tetapi juga seluruh packaging yang ada dalam diri pasangan. Baik-buruknya, kurang-lebihnya, dan warna-warni lain yang membuat kehidupan rumah tangga menjadi lebih berwarna. Nah salah satu contoh yang akan saya bahas kali ini adalah menyikapi hobi pasangan.

Usia pernikahan saya hampir berjalan tiga tahun, dan saya adalah seorang istri. Nah kira-kira apa saja sih hobi pasangan -suami- yang sering sekali menjadi keluhan? Sepak bola, memancing, memelihara burung, mengkoleksi batu akik, sampai hobi-hobi lain yang mengharuskan pecintanya mengeluarkan uang yang tidak sedikit.

Apa sih yang membuat istri terkadang merasa kesal dengan hobi para suami? Saya ambil contoh real saja ya. Hobi suami saya adalah menonton film baik itu di bioskop, televisi berlangganan, maupun internet. Yang sering membuat saya kesal adalah beliau sering lupa waktu jika sudah menonton. Entah itu mandi, makan dan hal lain yang semestinya lebih diprioritaskan.

Bagaimana saya menyikapi dan mengkomunikasikannya? Pada awalnya saya memang kesal dan sedikit merajuk bahkan marah ketika lagi-lagi beliau menonton film. Tetapi lambat laun saya akhirnya mengerti dan mencoba melihat dari sudut pandangnya. Saya setuju beliau menjalankan hobinya asalkan tanggung jawabnya di rumah dan di kantor sudah clear. Bonusnya adalah saya akan menagih cerita tentang film yang sudah ia tonton. Yang akan saya dapatkan adalah binar mata ketika ia mencoba meretelling apa yang sudah ia tonton. Suami saya merasa lebih dihargai, itu yang dapat saya tangkap.

Yang sering menjadi ganjalan di hati para ibu adalah suami melancarkan aksinya tanpa mempedulikan kebutuhan keluarga dan kurang bisa bertanggung jawab terhadap hobinya. Hal itu lah yang sebetulnya dapat memicu pertengkaran atau sekedar memercikkan konflik. Misal : hobi memelihara burung tetapi membuang kotoran burung dengan sembarangan. Contoh lagi hobi merakit elektronik tetapi malas untuk merapikan alat-alat setelah selesai melakukan praktikum. Ada lagi? Silakan bisa di sebutkan ya.

Asalkan para suami memahami kebutuhan dan skala prioritas rasanya tak akan lagi kita menemukan status-status di media sosial yang mengeluhkan soal hobi suami yang 'antik'. Poin pertama adalah kita sebagai istri harus berani mengutarakan maksud dan tujuan kita secara baik. Harapannya para suami akan lebih bisa menerima input yang telah berusaha kita utarakan kepadanya. 

Selanjutnya adalah utarakan juga apakah yang selama ini menjadi ganjalan terhadap hobi suami yang dirasa tidak sepaham dengan kita. Dengan demikian hal yang kurang sreg itu dapat suami mengerti dan ke depannya bisa diperbaiki/ diminimalisir. Sehingga, suami tidak hanya menerima 'omelan' saja tetapi juga input positif dari kita para istri tercinta.

Nah dengan itu rasanya suami akan merasa lebih dimengerti. Setiap pasangan memiliki keunikan dan perbedaan masing-masing. Tidak perlu membanding-bandingkan satu dengan yang lain. Hal terindah adalah ketika kita tau kekurangan pasangan kita, tetapi kita mencoba menerimanya dengan segala kelebihan diri kita.

Semarang, 21-09-2017

Senin, 18 September 2017

Menjawab pertanyaan tentang Me Time

Hallo temans, how about your monday? Saya cukup bahagia hari ini pasalnya saya bisa tidur siang - atau pagi lebih tepatnya-. Mengingat semalam saya packing dan mengerjakan pekerjaan rumah sampai pukul dua dini. Akhirnya saya bisamenemani si kecil tidur dari pukul 09.00-11.00 (baca : modus), padahal biasanya begitu si kecil tidur saya 'memulai aksi'. Happy monday, have a sleppy day deh ya : buat saya.

Selama hampir dua bulan saya resmi menjadi single fighter dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Walau pun selama ada suami juga saya terbiasa dengan hal itu. Tetapi rasanya suami bisa saya perbantukan untuk sekedar menemani si kecil bermain jika beliau di rumah.

Saya harus belajar urusan per-gas-an (memasang gas) yang suka rewel tiba-tiba, mengatasi listrik anjlok, menangani anak sakit, sampai remeh-temeh lain. Pencapaian saya yang cukup berani adalah ketika saya kembali mencoba mengendarai sepeda motor bersama si kecil. Kenapa saya sangat mengapresiasi kembalinya saya menyetir? Karena pasca pindah ke Bandung Agustus 2015 saya sudah tak lagi menyetir kalau tidak mendesak.

Si kecil terkadang memiliki jam tidur yang tidak bisa diprediksi. Bisa setelah magrib sudah tidur, bisa sampai jam 10 malam. Hari ini saja pukul setengah 9 malam ini, dia masih sibuk minta saya menurunkan apa-apa yang tergantung di rumah, mencari cicak, minta dititah. Ada hanger, mukena, tas, gendongan dan pernak-pernik lain berserakan di lantai dan sekarang hal itu sudah saya anggap lumrah. Walaupun rasanya sudah serapi mungkin, tetap saja tak rapi-rapi.

Ada kalanya di malam hari,  sekedar membuat mi rebus saya bisa nikmati karena saya merasa membutuhkan me time. Seperti semalam saya menyantap seblak pukul 10, terpaksa melupakan diet sementara waktu. Sekedar membaca buku, atau konsen bertilawah. Sekedar mandi, bahkan -maaf- BAB. Me time buat saya mah receh, remeh dan nggak mahal kok.

Saya pernah menjadi istri bekerja -bukan ibu bekerja- ya, bahkan jam kerja saya bisa dikatakan 24 jam stand by. Saya bukan security lho by the way. Bergerak gesit, kesana-kemari, sebagai analis, debt collector, sekaligus eksekutor di sebuah lembaga instistusi perbankan. Rasanya jika boleh saya bandingkan, kok masih capek sekarang ya. Sekali pun sekarang saya belum bisa 'ngisi kantong', justru bikin kantong bolong. But saya menikmati peran saya.

Nah, untuk itu sebisa mungkin jika ada suami saya meminta beliau untuk bergantian menjaga si kecil. Ada dua tujuan sebetulnya, untuk bonding antara si ayah dan anak. Serta manfaat lainnya adalah saya bisa ber me time. Seperti yang sudah saya bilang bahwa me time itu tidak mahal, dan pada dasarnya adalah kebutuhan dasar. Jadi jangan biarkan diri kita stres akut karena merasa kurang me time ya :)

Sesekali coba pakai masker, luluran dan merawat diri. Boleh juga ngemil coklat, es krim atau makanan yang selalu jadi penghalang diet kita. Bisa juga dengan menabung untuk berbelanja baju, hijab atau buku yang kita idam-idamkan. Atau melakukan hal yang bersifat meng-entertain diri kita sendiri. Jadi bahagia itu pilihan, dan eksekutornya adalah diri kita sendiri bukan? Jadilah bahagia dengan hal simpel bernama -me time-.

Purwokerto, 18-09-2017

Jumat, 15 September 2017

Pisang Coklat Simpel

Memasak adalah salah satu poin yang menjadi nilai lebih seorang ibu rumah tangga. Akan tetapi seorang ibu tidak lantas menjadi spesial di semua bidang bukan? Memasak pintar, menjahit pintar, mengurus rumah pintar, mengurus anak dan suami pintar. In my opinion : kalau bisa segala hal mungkin iya, tapi kalau semuanya bisa sempurna rasanya ibu akan menjadi sosok yang tanpa cela. Dan itu bukan saya, orang lain mungkin iya.

Siang ini saya menyelesailan membuat cemilan yang cukup simpel - pisang coklat. Tapi tidak sesimpel kelihatannya. Karena ada bayi satu tahun yang berusaha mencari-cari perhatian saya ketika saya sedang asyik sendiri. Lalu, ketika saya berhasil menenangkannya saya berpamitan untuk kembali ke dapur dia pun menyusul dengan riang. Mencoba meraih-raih kompor letaknya memang bisa ia jangkau. Dan itu kembali membuat saya terhenti beberapa saat.

Sebetulnya saya membeli kulit lumpia (instan) di mamang sayur sejak kemarin. Namun karena banyak hal yang harus saya kerjakan baru siang tadi saya eksekusi. Wah, cukup membuat kulit lumpia menjadi keras dan akhirnya harus saya kukus sebentar agar kembali lembut dan bisa saya gulung. Bermodal kulit 10pcs seharga Rp 1.500,- pisang kepok 4pcs Rp 2.000,- serta meses dan minyak goreng yang memang sudah tersedia membuat saya cukup bahagia. Sekali pun itu saya nikmati sendiri.

Semua pasti sudah bisa membuatnya bukan? Tinggal memotong pisang menjadi beberapa bagian, lalu mengisikannya kedalam kulit, menaburi dengan meses, menggulungnya, merekatkannya dengan tepung yang diencerkan. Kemudian finishing, goreng dalam minyak panas. Fyi, minyak goreng menjadi kecoklatan dan ada endapan coklat dibawahnya. Saya kemudian menyaringnya agar minyak itu bisa saya gunakan kembali.

Saya termasuk orang yang akan memasak jika mood saya baik. Oleh karenanya saya selalu mengupayakan mood saya baik ketika memasak. Kalau sudah lelah, saya akan memutuskan membeli. Bukan karena tidak mencintai keluarga melalui masakan, tentu saja saya mengupayakan hal lain. Misalnya : membaca buku kemudian membagikan cerita kepada suami saya. Bermain bersama anak saya sebagai bayaran mahal karena tidak memasak. Iya, saya seremeh itu.

Tempo hari, saya kena bully di sebuah grup karena saya bertanya hal remeh -menempelkan tepung roti ke risoles-. Ada mbak-mbak yang kemudian menasehati saya panjang lebar di forum, dan saya hanya mengiyakannya. Bagi saya memasak hanya sebagian yang perlu saya perhatikan. Ada bagian lain yang perlu saya perhatikan misalnya kebersihan rumah, kesehatan saya dan anak mengingat kami hanya tinggal berdua. Jadi untuk memasak hal sesimpel piscok bagi saya itu tidak simpel. Memasak harian iya, dan yang utama untuk si kecil. Jikalau saya lapar dan terpaksa tidak memasak, maka warung sebelah rumah menjadi jurus pamungkas saya.

Hidup itu simpel, sesimpel membuat piscok. Tetapi terkadang sudut pandang yang membuatnya tak simpel. Pengen makan piscok anak masih kecil dan belum memahami komunikasi dua arah yang saya bangun? Belilah jika memang ada uang. Jikalau tidak maka tahanlah beberapa saat, dan saat malam tiba eksekusi. Itu akan menjadi hal yang membuat kita bilang "worth it lah...". Menjadi ibu tidak semudah melahap sepiring makanan bertabur cabe bagi pecinta pedas.

Ini semacam self healing karena beberapa hari ini saya cukup lelah dan merasa butuh mengeluarkan uneg-uneg saya. Maaf jikalau tulisan ini sama sekali tidak bermanfaat. Ini sebagai jejak rekam bahwa saya sedang berusaha menyalurkan emosi saya melalui sebuah tulisan. Dan ini saya tulis guna memenuhi #3DAYS1POST saya. Terimakasih sudah berkenan membaca.

Selasa, 12 September 2017

Antara Raisa, LCB dan Mbak Tari

Hai, apakah salah satu dari temans mengalami kebaperan akut belakangan ini? Hehe...saya cukup sedikit terselamatkan walau pun beranda stori IG pecah sama berita pernikahan Hamish-Raisa dan juga LCB-Engku Emran. Pasalnya apa? Alhamdulillah saya sudah menikah. Coba kalau belum, beuh pasti terpotek-potek hati ini.

Well kali ini saya pengen bahas tentang konsep make up yang disorot banget sama netizen. Kalau buat saya Raisa dan LCB termasuk seleb yang memang bisa saya bilang cantik dari sononya. So, nggak di make up pun bakalan cakep. Tau kan ya kata bebas bisa disematkan sama siapa aja? (1) orang kaya (2) orang cakep (3) orang gila. Untuk Raisa dan LCB masuk kategori 1 dan 2 so saya bakal bilang "orang cakep plus kaya mah bebas."

Ketika para netter sibuk komen Raisa kenapa ya di hari pernikahannya malah dandan biasa aja? Nggak manglingi? Dan jawabannya adalah karena memang itu request dari sang suami. Karena hamish meminta Raisa tampil seperti biasa, jangan sampai kelihatan berbeda sekali karena make up. Pilihan jatuh kepada kedua mempelai bukan? So what :) Raisa tetap memukau kok menurut saya. Simpel, elegan dan bahagia. Bertambah-tambah lah kecantikannya.

Nah, untuk LCB yang justru manglingi adalah ketika dia di touch up dengan kesan bold. Dan warnanya bukan LCB banget, begitu kata para netter. Alis tebal, make up agak pucat dan lisptik warna gelap. Cantik kan tapi? Tetep cantik kok menurut saya. Terlepas dari banyak yang kecewa atas make up LCB pada saat akad, saya yakin LCB tidak sembarangan dalam mengajukan konsep make up kepada MUAnya donk. So, biarlah LCB tampil beda -cantik- dengan caranya sendiri. Kita sebagai penikmat tak perlu lah banyak nyinyir seperti akun lambe-lambean.

Yang terakhir adalah salah satu sahabat saya yang menikah hampir bersamaan dengan kedua seleb diatas dan dia bisa 'disulap' secantik barbie ala-ala. Ketika saya tanyakan ke mbak tari -nama sahabat saya itu- dia cuma bilang pasrah sama MUAnya lho. Beuh, kebetulan yang luar biasa ya. Berarti mbak MUAnya memang memiliki sense of art yang tinggi. Mbak tari manglingi banget. Amazing.

Terlepas dari manglingi atau tidaknya si pengantin sebisa mungkin kita perlu berkomunikasi dengan pihak MUA. Ah, saya pernah mengalami kekecewaan karena hal tersebut. Saya sudah mengajukan konsep make up yang saya mau,but ditolak mentah-mentah sama MUAnya. Saya merasa tidak percaya diri lho ketika saya ber-make up di hari bahagia saya itu. Dan saya merasa ini bukan saya banget. But, semua tak bisa diulang. So buat temans yang belum dan akan menikah memilih MUA termasuk hal krusial yang harus dipertimbangkan baik-baik. Banyak mencari referensi dan selalu berkomunikasi dengan MUA pilihanmu agar kamu tak kecewa kelak. Menikah hanya sekali bukan? So jadilah cantik tapi dengan versimu dan jangan justru kehilangan something yang prinsipal.

Ditulis dalam rangka memenuhi target pribadi #3DAYS1POST

Purwokerto, 12-09-2017.