Sabtu, 22 Juli 2017

Tak memakai make up? Jangan lupakan 4 hal ini ya :)

Hai girls, pernahkah kalian ngerasa nggak pede karena nggak pakai make up? Pasti pernah donk. Unch-unch mari kita berhigh five dulu deh. Kalau saya pas jalan mah pede-pede aja, giliran liat hasil 'jepret asyik' nggak sesuai ekspektasi barulah nyadar. Kemana aura cantik saya? Kok nggak memancar? Bahkan memudar*xixi plis jangan muntah ya =D* Kalau kalian gimana?

Oke-oke, kenapa sih saya cukup pede tanpa make up? Wajah nggak cakep-cakep amat, malas make up pula. Ih, apa kata suami? Nah ini poin penting banget. Kata suami saya justru saya sangat 'mengundang tawa' kalau bermake up. Jadi saya tak terlalu ambil pusing soal ini. Mungkin belum menemukan warna dan gaya make up yang saya banget kali ya. Jadi it's no problemo.

Pengen nggak sih sesekali kece pakai make up walau tipis biar makin manis? Pengen banget lah. Tapi bukan sekarang saatnya. Pengennya sih saya les make up dulu, biar jatuhnya nggak bikin suami terkekeh pas saya praktek. Ayo pak suami, Bayarin! Modal dikit nape! *siap-siap dibalang bakwan*

Salah satu alasan saya menunda pembelian make up adalah karena saya sadar saya belum suka hal itu. Em, paket seserahan make up dari jaman 2015 bahkan jatuh expired begitu saja di tahun ini. Ngenes nggak? Banget lah! Masih tersegel pula! Tahu gitu mah mending saya kasih ke orang ya. Biar jadi amal jariyah saya. Tapi yasudah, toh nasi sudah jadi kerak gosong tak bisa lagi diselamatkan.

Oke, kenapa sih saya nyaman gitu aja walau tanpa make up? Pasti ada alasannya donk. Yup, ada empat item standar kecantikan ala kadarnya menurut saya. Dan nggak boleh terlewatkan. Why? Karena ini bukan make up, tapi produk perawatan. Saya lebih suka merawa daripada memoles atau menambah alias make up. Selain nggak ribet, juga memberikan efek jangka panjang. Apa aja sih empat item itu? Simak ya :)

1. Deodoran
Sejak kuliah saya memutuskan untuk memakai deodoran. Mengapa? karena kala itu saya merasa kurang nyaman dengan aroma alami yang saya hasilkan. Saya saja tak nyaman, bagaimana saya harus berdekatan dengan banyak teman? Jadi saya memutuskan deodoran adalah alat perang pertawa yang wajib saya miliki.

2. Lotion
Memakai hijab lantas enggan memakai lotion? Hal itu tak berlaku buat saya. Sekali pun kulit bersih karena tak terpapar langsung oleh sinar matahari, kulit saya menjadi kering dan kurang sehat. Jadi sekali pun hanya di rumah dan tak bepergian lotion cukup sering saya gunakan sehabis mandi.

3. Krim Wajah/Pelembab
Fungsinya hampir sama dengan lotion, hanya saja ini untuk wajah. Dulu ketika saya SMA, karena tak memiliki cukup uang, saya memakai lotion sekaligus untuk krim wajah. Hihi, please don't try at home. Alhamdulillah sekarang saya bisa membeli krim (siang dan malam), tinggal rajin atau nggak nih. Tidak harus mahal kok, yang penting aman dan cocok.

Sharing saja ya saya pernah melakukan perawatan di sebuah klinik kecantikan yang cukup ternama. Hal itu saya lakukan karena tuntutan pekerjaan dan hasutan teman =D. Hasilnya memang saya akui, cukup berbeda ; wajah saya menjadi lebih glowing. Tetapi kelemahannya adalah ketika saya terlambat konsultasi, dan membeli perlengkapan kecantikan di klinik tersebut, wajah saya menjadi lebih 'menuntut' dari sebelum saya melakukan perawatan.

Puncaknya adalah ketika saya memutuskan untuk berhenti melakukan perawatan. Kurang lebih sebulan wajah mulai bruntusan kecil, rasanya pedih dan gatal. Saya berpositif thinking bahwa itu proses detoksifikasi obat. Alhamdulillah, semenjak saat itu saya tidak lagi memakai skin care yang di keluarkan oleh klinik tertentu. Saya cukup puas dengan produk perawatan yang di jual bebas di pasaran. Mungkin tidak se-instan perawatan klinik, tetapi yang terpenting dompet dan kulit saya nyaman.

4. Lip Balm/ Lip Gloss
Berfungsi melembabkan kulit bibir yang notabene lebih sensitif dari area sekitar. Hehe, melihat sekarang teman-teman pada ngehits karena lipstick. Saya cukup puas dengan lip balm. Mungkin karena belum menemukan yang cocok, dari segiwarna dan merk. So, biarkan saya tetap jadi emak yang kurang warna dan cetar. Mempertahankan orisinalitas, asal kulit bibir terawat. Saya senang, suami tak menahan ledakan tawa.

Demikian teman-teman sharing saya kali ini. Bagaimana dengan keseharian kalian? Amunisi apa hayo yang tak boleh kalian siapkan sebelum ke medan perang? Silakan share ya :)

Rabu, 19 Juli 2017

Saya dan Ibu Mertua : Diskusi Tentang Anak

Kalau kata mba fitra wilis menulis baginya adalah salah satu cara menasihati diri, maka bagi saya menulis adalah salah satu cara untuk melakukan self healing. Topik kali kali rada apa ya, ah yasudahlah sebut saja topik laris manis. Yak, topik menantu perempuan dan ibu mertua adalah topik obrolan yang tak akan habis jika dibahas, melibatkan ego sesama perempuan, point of view dan kesamaan-kesamaan lain yang justru kadang menimbulkan percik-percik konflik yang rasanya mirip mojito *asem-asem seger dan bikin nagih* =D. Semoga ini bukan curhat yang bikin sebah ya, anggap saja ini adalah sharing. Dan saya akan senang sekali jika sharing ini bermanfaat.

Mbak santi helmy faishal adalah salah satu selebgram favorit saya karena beliau suka sekali berbagi mengenai ilmu pengasuhan anak. Beliau dan pasangan dikarunia buah hati di usia pernikahan mereka yang ke delapan tahun. Beliau dengan segala kelebihannya pun tak luput dari sorot mata mama mertua yang lebih senior dalam pengasuhan kala bertatap muka. Saya menyimpulkan demikian berdasarkan  sharing catatan seputar mudik dan kesibukan twins (delapan tahun menunggu Allah langsung kasih mereka dua putri cantik). Apalagi saya, dengan segala keterbatasan ilmu, waktu, dan kemampuan finansial tentu saja harus lebih tangguh dalam menjawab pertanyaan seputar anak ketika bertemu langsung dengan ibu mertua bukan? Dan ini contoh kasus yang baru-baru ini saya hadapi dan cara saya menyikapinya. Yuk, simak.

Kasus pertama : Saya mencoba memahami bahwa makan adalah salah satu kebutuhan dasar, pun demikian saya mengajarkan kepada baby saya. Saya membuat makan menjadi interaksi yang menyenangkan antara ibu dan anak. Saya berusaha menanamkan kepada baby saya bahwa nasi bukan satu-satunya makanan pokok. Sampai saat ini kalau saya sudah melihat dia memalingkan muka, saya menganggap bahwa dia sudah kenyang atau tak cocok dengan masakan yang saya buat meskipun baru beberapa suap. Saya pernah memaksa baby saya untuk menghabiskan makannya, walhasil beberapa hari dia justru tak mau membuka mulut. Jadi untuk saat ini saya tak mau lagi memaksanya membuka mulut untuk sekedar menghabiskan makanannya, toh masih ada saya yang jadi tempat pembuangan terakhir agar makanan tak mubadzir bukan? Terkesan santai dan slengekan ya? Memang. Fyi usia baby saya adalah 1tahun dengan berat badan 11.4kg.

Ibu : Duh-duh anakmu mbok dibikinkan apa gitu, minum susunya kok banter sekali, apa kamu makannya kurang banyak? Atau dia yang kurang gizi.

Saya : :) :) :) :) :):) :). Baca : senyum dan tarik nafas selalu, yang panjang sebelum menjawab. Demikian jawaban saya "in syaa Alloh nggak kurang gizi bu meskipun dzakir tidak makan makanan seperti teman-temannya(misal ikan salmon atau yang lain) yang memang bisa saya subtitusi dengan makanan lokal maka akan saya subtitusi jikalau harganya memang agak mahal. Semoga nutrisi dzakir tercukupi, begitu juga pertumbuhan dan kesehatannya bagus. Mohon doanya ya bu."

Kasus kedua : Saat itu kami sedang berjalan-jalan di suatu mall, dan tibalah saat jam makan siang dengan baby D pulas di gendongan saya.

Ibu : "Kamu kuat puasa kemarin? Ibu nggak pernah kuat puasa dan selalu nge-drop ketika menyusui sambil berpuasa."

Saya : "Alhamdulillah kuat puasa bu, hutang tujuh hari karena menstruasi. Alhamdulillah selama puasa saya dan dzakir juga bisa istirahat siang agak lama dengan tidur bersama. Aktivitas hanya saya balik saja menjadi malam hari."

Ibu : "Wah, tidur terus jangan-jangan dehidrasi."

Saya : :) :) :) :) *tinggal saya cek saja frekuensi pee sama poopnya, dan alhamdulillah baik-baik saja, hanya saja saya menambah porsi makan dzakir agar dia tetap merasa kenyang* - Itu adalah jawaban dalam hati saya mengingat posisi kami saat itu sedang berada di tempat makan. Dan saya tidak menyesal karena tidak menjawab pertanyaan beliau karena saya mengedepankan etika, menghindari menyebut BAB dan BAK di meja makan sekali pun dari bayi yang masih imut-imut tetep saja tabu bagi sebagian orang bukan?

Kasus ketiga : Kami memasuki sebuah counter baju ternama untuk baby, sebut saja namanya c*rt*r's dan *sk*sh. Saya sih sekedar sweeping, melihat price tag, dan stay calm aja karena sadar dompet. Dan pilihan saya tetap pada online shop! =D (olshop lover mana suaranya cakakakaka) Mbahti dzakir membelikan kaos untuk dzakir yang harganya cukup amazing menurut saya. Tapi Alhamdulillah dzakir jadi punya kaos branded walau kalau dipakai saya yakin takkan terlihat karena kaos itu terlalu biasa dengan harga segitu, lagi-lagi menurut saya ya. Begini kira-kira percakapan yang terjadi antara saya dan ibu.

Ibu : "Dulu sekali pun ibu nggak punya uang, ibu selalu membelikan baju bagus (baca : branded) untuk yoga dan dimas."

Saya : :) :) :)

Ibu : "Pas ulang tahun juga ibu dandanin macem-macem walau pun anaknya belum mudeng."

Saya : :) :) :)

Kenapa saya diam? Karena saat ini fokus saya bukan kepada brand baju buat anak saya. Saya fokus menabung agar tetap bisa berbelanja, makan layak 30hari, bayar kontrakan, bisa menabung, membeli mainan dan buku serta baju buat dzakir sekali pun tidak branded dan well karena saya belum bisa menghasilkan materi setiap bulannya. Sebetulnya ah, ada rasa yang tak bisa saya ungkapkan yang ah yasudahlah. Cukup ini saja yang saya bagikan, semoga bisa sedikit berbagi dan menjadi pembelajaran dalam bersikap.

Kasus keempat - the last : Pulang ke kampung halaman saya membawa serta mainan dzakir. Hal itu juga tak luput dari pengamatan ibu.

Ibu : "Mainan dzakir dikit ya, ayahnya dulu banyak sekali mainannya. Ada bebek-bebek karet yang biasa dibawa mandi (salah satu contoh yang beliau sebutkan). "

Saya "Oh, iya bu saya membelikan mainan yang saya rasa bisa menambah atau menstimulus motorik dzakir saja. Dan sekarang ini kalau beli di baby shop juga ada chart usia yang memperbolehkan dan tidak karena ada spare part kecil, atau bahan yang belum boleh digunakan untuk anak usia 3 tahun ke bawah. Dan setau saya bebek-bebekan termasuk yang bahannya kurang safe untuk anak seusia dzakir."

Ibu : "Oh dari jaman dulu juga ada, ibu kalau beli juga di baby shop. Beli lho yang bahan-bahan karet."

Saya : :) :) :)

Demikian ya sharing saya kali ini. Saya tahu saya bukan kompetitor bagi beliau. Saya juga sangat tahu saya adalah junior yang akan selalu dinilai. Dan semoga penilaian kepada saya suatu saat bisa membawa saya ke batas ambisi saya, seperti tagline dari sebuah bank kenamaan "Lampaui batas ambisimu". Tetap semangat menggalakkan diri, menjadi ibu baik tidak semudah mencari gorengan di tukang pecel. Menjadi ibu yang baik adalah menjadi pribadi yang baik, mengungkapkan sesuatu dengan cara baik, berkata baik, berprasangka baik, dan membagikan hal-hal baik. Stay humbble, keep struggle.

Minggu, 02 Juli 2017

Galau Tak Bisa Mudik? Semoga Tulisan Ini sedikit Menjawab

Lebaran masih terasa ya? iya banget kalau ditempat saya saat ini. Secara masih H+3 kan, rumah ber-14 berjejer yang ada orangnya cuma 3 butir *telor kali ah*. Sedih nggak bisa pulang kampung, nggak munafik iya lah. Mamang sayur belum aktif jualan lagi, toko-toko jarang yang udah buka, abang-abang jualan masih jarang yang lewat. Duh tambah nestapa hati ini. Tapi saya mencoba happy dengan berhaha hihi, sapa sana sini. Mau tahu kegiatan emak rempong satu ini dan jurus ampuh menangkal galau karena mupeng pengen mudik?Simak ya, cekidot =D

1. Bersyukur
Bukan mau menggurui atau sejenisnya tapi ini sih murni based on kelakuan penulis sendiri. Suka mengeluh dan membanding-bandingkan dengan semua derita ini #lebay. Mau adem ayem?kurangi mengeluh dan stop membanding-bandingkan. Hari pertama lebaran kami bertiga jalan-jalan keliling kota. Sepi, enak, nggak macet (secara lewat ring road). Masuk kota beuh mall yang masih anget-angetnya itu bikin antrian lumayan juga coy. Di tengah jalan kami bertemu dengan sebuah keluarga (sepertinya kakek nenek dan cucunya yang  kebetulan seusia dzakir) mereka duduk bertiga di pick up - bak terbuka padahal posisi rintik, mereka bisa bahagia dan tak mengeluh. Kenapa saya tidak? Ah Bersyukur itu mudah bukan? dimulai dari hal terkecil saja.

2. Sillaturrahim
Di tanah rantau ngga punya sanak saudara? Jadikan teman sebagai saudara, yup saudara sesama muslim. Kunjungi satu per satu tetangga dan teman kita yang berada satu kota dengan kita. Bonus bisa icip-icip cemilan di tiap rumah yang kita kunjungi hihi, bonus dari Allah jangan ditanya.




3. Bersih-bersih
Lebaran identik sekali dengan mudik dan kesan menunda pekerjaan rumah. Duh padahal sehabis muter-muter, badan pasti kerasa remuk kalau saya. So sebisa mungkin saya melakukan bersih-bersih seperti biasa. Hasilnya? Worth it lah. Ketika orang lain sibuk mencari laundry yang sudah buka, setidaknya saya tinggal nyetrika garapan cucian saya yang sudah kering.

4. Jalan-jalan
Memanfaatkan momentum lebaran untuk jalan-jalan adalah salah satu hal langka kalau kita tidak di tanah rantau. Acara open house, belum lagi menyambangi saudara yang bahkan sampai ke luar kota. Kapan lagi tanpa rasa bersalah ngider sejenak dan jalan-jalan sekedar menikmati lengangnya jalanan? Ya momen lebaran ini, kalau wisata kuliner tak bisa diandalkan mungkin ngadem di mall cukup menghibur. Fyi, di Purwokerto mall dibuka pukul 10.00 pas hari H lebaran lho. Kalau di tempat kalian gimana? :)

Tulisan yang terbengkalai karena sedikit hal yang dilebih-lebihkan sehingga membuatnya terasa berat, padahal kalau nggak di post juga ngendon doank di draft. Ish-ish kurang-kurangin deh tuh ngendonin tulisan di draft. Selamat lebaran ya teman-teman. Taqobalallahu minna wa minkum :)