Sabtu, 24 Desember 2016

TRAVELLING WITH KIDDOS

Sabtu, 24 Desember 2016
Saya bangun seperti biasa, jam 02.30 lalu saya bersih-bersih sedapat mungkin agar rumah tak terlalu berantakan ketika saya pergi untuk beberapa hari ke depan. Well, saya adalah seorang ibu dari bayi berusia lima bulan.

Travelling bagi saya adalah hal yang teramat langka semenjak saya memiliki kesibukan baru yaitu mengasuh anak. Makan di luar pun mungkin terhitung sebulan sekali saja, biasanya sepulang dari si bayi imunisasi. Itu mengapa banyak orang yang mengatakan jikalau ada seorang ibu rumah tangga yang baru memiliki anak dan usia si anak belum genap satu tahun wajahnya akan terlihat pucat atau pias karena jarang piknik. Hihi masa sih?

Nah, sekarang ini sedang musim liburan, anak sekolah yang baru saja terima raport mendapat giliran libur sekolah. Perusahaan tertentu pun banyak yang memberikan libur kepada karyawannya. Alhamdulillah hal itu tidak berlaku bagi kantor suami saya. Akhir tahun justru saat-saat dimana ia harus melakulan 'dinas terbatas'. Lebih lama di kantor dan semakin jarang di rumah.

Oleh karena itulah saya diungsikan ke rumah ibu saya di Batang. Saya menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga jam dari Stasiun Purwokerto sampai stasiun Pekalongan. Mengapa Kereta api menjadi salah satu transportasi publik favorit bagi saya dan suami apalagi setelah punya si kecil? Hal ini tentu saja karena beberapa alasan yang in syaa Allah akan saya tuliskan pada postingan berikutnya.

Travelling bagi saya adalah sebuah perjalanan yang mengesankan. Nggak selalu harus jauh kok, dekat asal saya bisa menikmati justru malah efek pasca travellingnya nggak capek-capek banget. Nah bagaimana travellingmu akhir tahun ini?Semoga menyenangkan dan berkesan ya.

Travelling asyik saya kali ini adalah perpaduan antara support sekaligus challenge dari suami, keberanian dan percaya diri saya dan sikap kooperatif baby Dzakir tentu saja. Mengingat apa yang sudah saya lakukan selama tiga jam di kereta rasanya saya semakin percaya diri ketika membawa baby Dzakir turut serta dalam setiap petualangan saya. Sampai jumpa di postingan berikutnya ^^

Note : Latepost karena kepentok sinyal di kampung yang 'e' mulu, cuma dua strip dan nggak bisa hanya untuk sekedar nge-draft.

Rabu, 21 Desember 2016

COMOT GAMBAR DI SOSMED PUNYA TEMEN?IJIN APA NGGA HAYO?



Pemahaman saya jika sebuah gambar sudah diposting di sosial media maka secara tidak langsung gambar itu sudah menjadi milik umum. Hal itu saya alami baru-baru ini, sedikit curhat semoga menjadi nasihat buat diri saya. Em, saya adalah orang yang tidak bisa memotret dengan baik. Sebagus apa pun kamera handphone yang saya gunakan gambar yang saya hasilkan akan terlihat biasa, bahkan sering blur karena tangan saya goyang.

***
Gambar yang saya posting di sosial media sudah barang tentu itu adalah hasil jepretan terbaik versi saya #plisjanganprotes :-p. Entah itu gambar asbsurd atau gambar yang memiliki filosofi dan makna. Nah, beberapa waktu lalu saya kedapatan 'memergoki' seorang teman menggunakan gambar saya sebagai gambar di timeline di facebook #tsah. Tau kan ya timeline?iyah, gambar segede gaban yang ukurannya lebih besar dari gambar profile pemilik akun itu sendiri. Nyesek?Nggak, saya langsung tabayyun/konfirmasi kok. Saya mah gitu orangnya, blak-blakan dan segera butuh kejelasan layaknya sebuah hubungan :-D. Nah, nyeseknya justru setelah itu karena saya gagal mendapat konfirmasi dari beliau dan gambar itu tetap mejeng manis di timelinenya.  Tapi saya tetep positif thingking dan feeling kok. Kalau nggak gitu mana bisa saya nulis ini? *senyum manis lima jari*

***
Kemudian saya sharing hal tersebut kepada sohib sekaligus desainer blog saya ini. Dia menyarankan ada baiknya ketika kita upload photo diberi watermark. Supaya jika suatu saat ada yang menggunakan gambar tersebut, kita bisa mengklaimnya karena akan terlihat mana kala kita mengupload foto atau gambar tersebut dan ketika dia menggunakan gambar tersebut. Memang kita tidak sepenuhnya bisa menjaga apa yang kita miliki tetapi setidaknya kita juga harus berupaya menjaga dan melindungi apa yang menjadi aset kita, termasuk tulisan dan sebuah karya karena itu merupakan kekayaan intelektual bukan?

***

Nah, pelajaran pertama bagi saya kali ini adalah saya harus lebih hati-hati jika mengupload foto atau gambar ke sosial media. Kedua, saya harus belajar menggunakan aplikasi yang bisa saya gunakan untuk menyisipkan nama saya di foto atau gambar milik saya. Yang ketiga saya belajar untuk menghargai setiap karya anak manusia karenanya saya akan meminta ijin jika menggunakan sebuah gambar atau foto walau pun itu hanya sebatas menggunakan gambar atau foto tersebut sebagai display picture untuk BBM saya. Tidak ada salahnya untuk meminta ijin bukan?

***
"Setiap karya adalah otentik, ia tidak akan pernah serupa meskipun terlihat sama. Ketika kita bisa menikmatinya, kita juga harus bisa menghargainya." - Yuniasih Warjui

Salam ^^

Rabu, 14 Desember 2016

KISAH : CERITA BU YATI

Sebut saja namanya Bu Yati, beliau seumuran ibuku. Beliau meminta ijin kepadaku untuk menimang putraku ketika kami bertemu. Aku tersenyum dan mempersilakan. Di masa 'pensiunnya' beliau masih aktif menjaga lapak jus buah dan minuman milik warga perumahan. Lapak itu ada di depan minimarket tempatku berbelanja. Beliau bercerita bahwa beliau mempunyai cucuberusia 15 bulan dan meninggal dunia karena terserang diare.

***

Mulanya ibu yati bercerita tentang menantunya yang 'bandel' karena kekeuh meminta mengikuti suaminya-(anak bu Yati) hijrah ke ibu kota sedangkan si cucu masih batita (kurang lebih 15 bulan). Pada saat musim banjir melanda ibukota akhirnya si cucu terkena diare dan harus dilarikan ke rumah sakit. Tidak terlambat memang penangananya, tetapi kondisi si cucu tidak kunjung membaik dari hari ke hari. Akhirnya bu yati meminta si menantu membawa cucunya pulang dan di rawat di rumah sakit daerah setempat saja mengingat agar dekat dengan keluarga supaya ada yang membantu bergantian menjaga si cucu di rumah sakit.

***

Namun setelah didiagnosa lebih lanjut memang terdapat beberapa gangguan komplikasi yang mengakibatkan tidak membaiknya kondisi si cucu. Ditambah lagi menantunya dianggap tak menjaga si cucu dengan baik, karena cucunya sempat jatuh dari ranjang rumah sakit ketika menantunya ke toilet, padahal disitu ada adik dari menantu yang menjaga si cucu. Mungkin jika aku jadi bu yati juga akan 'meradang'. Kok bisa ya?sudah di jaga dua orang masih kurang hati-hati. Begitu mungkin kurang lebih istilahnya.

***

Ekspresi yang bisa ku baca dari bu yati tentu saja kecewa. Tapi dahiku sedikit mengkerut ketika beliau bilang "kenapa sih musti ngeyel nyusul suaminya padahal anak masih kecil?" - dengan ekapresi yang 'entah'. Ok, memang di kampungku banyak mba-mba yang sudah menikah dan tetap stay di kampung sementara suaminya mencari kerja di kota, entah itu di jakarta atau kota besar lain. Aku anggap itu mungkin sudah menjadi pilihan mereka dan aku tak berani berkomentar macam-macam. Seperti juga yang sekarang ini ku jalani, merawat sendiri buah hati tanpa pengawasan orang tua karena memang lebih merasa nyaman berada di dekat suami. Semoga orang tuaku dan mertuaku menghargai pilihanku.

***

Semua pilihan memang mengandung konsekuensi. Tak mengapa asalkan kita bisa mempertanggungjawabkan pilihan kita baik kepada keluarga maupun di depan hadapan sang Pencipta. Tapi alangkah sedih rasanya jika kita sudah merasa bersusah-payah memberikan yang terbaik, namun orang-orang terdekat masih saja menganggap peran kita tak seberapa? Dalam hal ini justru orang tua kita sendiri atau mertua. Atau malah lebih dalam lagi dianggap tak becus merawat buah hati? Bohong rasanya jika aku ada di kondisi mba tadi dan tidak kecewa. Justru bisa jadi dialah orang yang paling kecewa. Masih ditambah-tambah harus 'ngadem-ngademin' mertua yang masih saja muntab padahal bukan dia penyebab kematian anaknya. Ah, apalah-apalah sudah pasti.

***

Pantas saja ada seorang teman yang jadi berperilaku seolah memproteksi diri dari mertua dan orangtuanya. Bahkan seolah malas untuk sekedar mendengar komentar 'miring' dari kedua pihak terdekat yang seharusnya paling kita dengarkan. Mungkin memang ada penyebab yang aku tidak ketahui. Bersyukur sekali mempunyai orangtua dan mertua yang mengerti, rejeki non materi yang luar biasa memang. Tapi tak semua bisa merasakan dan mendapatkannya bukan?

***

Ketika aku pamit pulang. Bu Yati bertanya berapa usia putraku, berat badannya dan apakah dia sudah bisa tengkurap. Ku jawab sekian-sekian dan ku jawab belum untuk masalah tengkurap. Beliau mengangguk takzim, lalu berujar "Tak apa mba, tahap tumbuh kembang anak memang berbeda-beda. Kitalah yang harus bersabar dan tak terlalu risau mendengar apa kata orang." Aku mengangguk setuju. Dan dalam hati berujar "Andai saja ibu bisa mengerti kondisi menantu ibu seperti ibu menghibur saya alangkah bahagia hatinya." Dan aku bergegas pulang.

Jumat, 09 Desember 2016

FLASH FICTION : PULANG


Tidakkah aku rindu dengan kampung halaman?
Bohong jika aku jawab tidak. Hanya saja aku berusaha menahannya dengan banyak alasan. Biar ku simpan rinduku agar rasa ini pecah dan tak ada lagi dihatiku. Biar aku mendefinisikan ini sendiri. Pulang...

***

Aku mengingat betul siapa yang waktu itu memegang kuat dan dengan gerakan memelintir tanganku berusaha memblokade langkahku ketika hendak mencapai pintu keluar kelas. Aku juga belum bisa dibilang terlalu pikun untuk mengingat siapa yang memukul pahaku dengan tuding penunjuk papan tulis. Merah, panjang, sakit dan tentu saja membekas. Bukan saja di pahaku yang berbalut rok merah lusuh ala anak kelas dua sekolah dasar, tapi juga hatiku yang ngilu akibatnya.
Entah kenapa aku selalu jadi sasaran olok-olok. Ketika aku membalas dengan hal serupa maka lecutan itulah yang ku terima. Mungkin lecutan di paha itu sudah hilang sempurna, tapi bekas di hatiku nyatanya masih sempurna. Dua teman masa kecil itu, aku mengingatnya dan aku akan selalu mengingatnya.

***

Ah, sebetulnya aku malu, teramat malu malah. Tapi ketahuilah ini jadi salah satu alasan kenapa aku enggan menjejakkan kakiku kembali ke tempat itu, tanah kelahiranku. Dia adalah anak dari kalangan terhormat. Ta semenjak kecillah yang membuat aku tak begitu respec, dia berusaha mengintipku ketika aku sedang mengadakan 'ritual' di kamar mandi. Menjijikkan bukan? Sangat. Apakah aku sebegitu seronok dan moleknya padahal baru duduk di kelas empat sekolah dasar? Yang aku ingat di foto kenangan kelulusan sekolah dasar aku hanyalah gadis kecil memiliki badan kurus, berdada rata dan berkulit kusam. Tak ada menariknya sama sekali. Lalu kenapa bisa memikat mata laki-laki untuk mengeksplorasi diriku lebih dalam?  Entah, aku atas dasar kenyamanan aku memilih untuk tidak mau tau.

***

Aku baru memiliki surat ijin mengemudi di usia 24 tahun, aku bisa dan 'dipaksa' mengendarai sepeda motor sejak aku duduk di kelas 5 sekolah dasar. Iya aku mengaku salah, tak taat aturan lalu lintas. Harapan ayah dan ibuku waktu itu adalah aku bisa menebus obat untuk ayahku ke dukun kampung terdekat setiap tiga hari sekali. Di lain cerita sore itu aku membawa amanah untuk membeli makanan pengganjal perut, bakso. Hari itu mungkin tanah kubur ayahku masih merah. Aku mengendarai sepeda motor layaknya siput bahkan hingga hari ini pun aku selalu menjadi bahan tertawaan karena sangat pelannya aku ketika mengendarai sepeda motor, apalagi kalau berpenumpang. Tepat di turunan keluar kampung, dekat mushola. Ada seorang anak memotong jalanku dengan berlari ke arah mushola di seberang jalan. Aku bisa apa ketika tubuh kecil itu akhirnya limbung dan mengenai aspal karena dia menabrak motorku yang terus melaju karena jalanan menurun? Darah keluar dari pelipisnya. Saksi mata kuat mengatakan ia yang menabrakku dengan tubuh kecilnya. Tapi dunia ini memang tak adil, Tuhanlah yang maha adil. Jika sepeda dengan sepeda motor seberapa pun salah sepeda jika cidera maka sudah barang tentu sepeda motorlah yang harus ganti rugi. Apalagi ini dengan bocah. Tangisku pecah dan aku tak berani keluar rumah. Tetangga ramai berdatangan menanyakan perihal apa yang menimpaku sehingga tangisku sedemikian hebat. Keluarga pihak 'tertabrak' tak terima dan di depan mukaku beliau mengataiku. "Anjing!!!Mata kamu buta ya???" kalian tak perlu tau siapa yang mengucapkannya. Beliau adalah nenek si korban. Seratus ribu dikeluarkan ibuku untuk biaya pengobatan 'korban'ku. Ah, tahun 2001 bukankan nominal itu cukup besar? Aku tak mempermasalahkan nominal itu untuk saat ini. Yang aku tau ibuku sangat percaya bahwa aku hanya kalah posisi. "Ingat Nak, kamu sudah tak memiliki ayah. Jangan kau lawan kekuasaan keluarga itu dengan amarah. Biar ibu tebus saja. Biar Allah yang menyembuhkan luka kita." Aku, ingat bu. Aku sangat ingat perlakuan tak mengenakkan itu kepada keluarga kita. Maafkan putri kecilmu yang ceroboh ini. Salam takzim dari saya ya Bu Haji, semoga suatu saat ketika saya ada di posisi anda saya takkan pernah melakukan hal yang sama.

***
Ayahku memiliki keluarga yang cukup besar dan tinggal dikompleks yang berdekatan. Sebut saja Bu R yang dinikahi Pak C. Pihak Bu R inilah saudara jauh ayahku. Singkat cerita, terjadilah konflik antara keduanya. Posisi ayahku sudah meninggal saat itu. Ketika pak C dan Bu R bertikai, biasa terjadi KDRT. Intinya malam itu Bu R meminta barang semalam menginap di rumahku. Aku hanya tinggal berdua bersama ibu saat itu. Dengan berat hati ibu meluluskan karena ibuku tau jika pak C tau hal ini posisiku dan ibu sudah barang tentu takkan aman. Karena memang pak C memiliki posisi 'disegani' di kampungku. Untung tak kami terima, alih-alih menjaga hubungan saudara dari keluarga ayahku, cacian itu lagi-lagi ku terima sebagai kompensasi. Iya, waktu itu ibuku sedang ke pasar. Seperti biasa aku duduk sambil menjaga warung dan membaca buku. Tak ada salam dan ketuk pintu. Tiba-tiba Pak C masuk ke rumahku dan bertanya dimana ibuku berada (dengan nada luar biasa kasar). Alhamdulillah akulah yang terkena dampak dari 'menyembunyikan' bu R di rumahku. Alhamdulillah aku saja yang mendengarnya. "Kamu dan ibumu sama-sama anjing. bla...bla...bla..." Mengerikan jika aku harus mengingatnya kembali. Mulai saat itu aku berjanji akan menjadi seekor 'macan' betina yang harus melindungi ibuku.

***
Ada banyak hal 'indah' lain berlatar kampung halamanku yang jika ku ingat justru membuatku semakin kuat. Ibu maaf kelak aku ingin pulang, dan kembali (pulang) kesini bukan ke kampung halaman kita.

Selasa, 06 Desember 2016

FLASH FICTION : PERJALANAN

Di kereta Argo Wilis yang mengantarkanku pulang ke Surabaya mataku masih berkaca-kaca, sembap. Aku mengingat setiap jengkal peristiwa yang telah ku lewati bersama kekasihku. Lebih tepatnya mantan kekasihku, setelah sebulan lalu lelaki yang ku puja separuh jiwa itu memutuskan hubungan sepihak denganku. Dan yang membuat aku sangat tak terima adalah hanya melalui pesan singkat pemutusan hubungan itu terjadi. Teringat kata-kata kakak perempuanku : "Sudah yang dicinta itu akan kalah dengan yang selalu ada. Lelaki punya wewenang memilih dan kamu punya hak untuk menentukan. Kamu harus kuat. Lanjutkan saja studi atau carilah kekasih baru sesegera mungkin kamu bisa."

Kota Gudeg, Desember.

***

Risa, sahabatku menerimaku dengan wajah shock ketika aku bertandang ke rumahnya tepat sebulan setelah aku melakukan perjalanan dari Jogja. Kenapa sebegitu parahnya aku saat ini? Kulit menghitam dan kusam tak terawat, tak ia temukan lagi gairah di mataku. Seperti mayat hidup saja. Begitu penuturannya. "Aku tak butuh komentarmu Ris, aku cuma butuh tempat bersandar barang sehari dua hari. Karena jika aku tak ada teman menghabiskan waktu berlibur, pikiranku tentangnya masih dengan pongah merajai otakku."jawabku sambil meluruskan posisi kakiku yang kesemutan. Terimakasih untukmu dan keluargamu yang menerimaku dengan penuh cinta dan tangan terbuka. Ah, keluargamu begitu hangat dan baik.

Kota Ukir, Januari.

***

Sebulan kemudian aku memutuskan berlibur di sebuah kota kecil di jawa timur. Lumayan, walaupun hanya kota kabupaten tapi tak kalah dengan standar kota pada umumnya. Terdapat swalayan, dan toko buku grahamedia yang merajai jaringan toko buku di Indonesia. Fira paham betul, dia membiarkanku sibuk dengan aktivitasku di rumahnya. Hanya mojok, membaca buku dan mendengarkan musik bertempo up beat. Aku juga heran sejak kapan aku suka musik bertempo cepat. Kapan lagi aku bisa mendengarkannya dengan khidmat dan berlama-lama?kalau tidak ketika hatiku butuh direparasi.

Kota Salak, Februari.

***

Dan Maret, aku memutuskan untuk menyembuhkan luka dengan caraku sendiri. Aku menemui sosok itu di toko buku grahamedia. Sosok yang akhirnya membawaku ke pelaminan. Tak banyak bicara. Ia hanya bertanya. "Juni aku ulang tahun, apakah kamu bersedia menemaniku dinner bareng keluargaku?". Singkat, padat dan diplomatis. Ku anggukan kepala dengan mantap. Ya, aku mau.

Kota Lumpia, Maret.

***

Dan hari ini aku mengenangmu, semoga suatu saat aku akan bertemu denganmu dalam kondisiku yang jauh lebih baik seperti pengharapanku empat tahun lalu. Tak peduli seperti apa kondisimu. Iya, aku masih menyimpan kenangan kita dan aku telah memilih berdamai dengan itu semua.

Kota Mendoan, Desember.

OPINI : BELAJAR BIJAK DALAM BERTUTUR

Tau donk iklan minuman prebiotik yang ada sejak jaman baheula?Yakult, yes  apa jargonnya?cintai ususmu - minum yakult tiap hari. Good ya, cintai usus. Pokoknya kalo hal ihwal cinta-mencinta cepet banget connect lah ya. Apalagi udah sah,  belum sah aja pada sok cinta2an #nyindirdirisendirijamandulu. Tapi eh tapi ada sesuatu dalam diri kita yang musti kita cintai banget lho, apakah itu?lidah. Simak ceritaku yah.

***

Selang berapa pekan sepulang dari Rumah Sakit dalam rangka imunisasi si bayi kacang (baca : dzakirnut), terjadilah percakapan 'panas' antara ibu dan ayahnya.

Ayah : "Bu, Subhanalloh aku sebel banget ya pas si adek dibilang peyang sama itu ibu2." *sambil 1/2 mencak2*
Aku : (Ngebatin, kirain cuma aku aja yang denger waktu itu soalnya posisi si ayah antri resep dan aku yang duduk mangku dzakirnut di kursi tunggu). "Oh ayah denger juga toh?"
Ayah : "Lha ibu ngapain pas adek dibilang peyang sama ibu itu malah senyum, pake nawarin tempat duduk segala?"
Aku : "Lha terus aku musti gimana coba?"
Ayah : "Iya juga ya bu, eh tapi..."
Aku : "Lumrah kali sayang kaya gitu mah, kalo anak kita perfect secara fisik pun pasti ada aja komentar orang yang ngga suka atau emang udah dari sononya suka ngomentarin. Maklum aja yah, biasa isi dunia lengkap. Ngga seru kalo ngga ada yang begono."

-The End-

Pesan Moral :

♥ Buat Yang Dikritik
Kritik tentang hal fisik memang menyakitkan dan bikin nggak nyaman girls. Example : Gendut, jerawatan, pesek, peyang, item. But ini saatnya kita diuji, seberapa tangguh kita. Gadget lemot bisa di upgrade, komputer rusak bisa dibeli. Tapi kalo rasa percaya diri luntur susah balikinnya, So syukuri aja. Nanti pada saat kita udah berhasil (gendut>slim, jerawatan>mulus, kalo pesek kayanya susah kalo ngga oplas, peyang dan item pun berlaku hal sama) merubah diri kita jadi better kita bakal happy lho. Resep ampuhnya : Bersyukur dan No Baper. Ngga semua yang orang bilang ke kita itu pake mikir, jadi ngga usah mikir juga kalo yang ada mereka udah mulai bikin senewen.

♥Buat Tukang Kritik

1.  Kalo emang mo kritik gpp kok, sah dan dilindungi negara kan Indonesia demokratis #katanya. But, as yo know ya kritik atau lebih ke sifatnya ngejek itu melubangi hati orang lho girls. Hayo gimana coba kalo hati udah berlobang, susah sembuhnya lho buktinya Raisa sama Keenan tuh *mulai ngga nyambung*. Intinya ati2 banget kalo mau melancarkan aksi kritik.

2. Baiknya urusan fisik jangan jadi topik utama yah girls (bahas kekurangan pula), apalagi di SosMed. Karena apa?kita kan ngga tau itu posisi orang yang kita godain dengan kritik lagi bahagia apa berbunga2 salah2 dia lagi males dia bakalan sakit ati pake banget terus doain kita yang ngga2 gimana coba. Inget doa orang yang terdholimi makbul.

3. Sering2 ngaca and say "sudah lebih baikkah aku hari ini dibanding kemarin?" Cukup bandingkan diri sendiri tiap hari, secara  kualitas ya inget bukan fisik. Sebelum kritik plis mikir dulu, nyuruh orang lain ngga baper tapi kamu ngga mikir dulu tiap mo ngapa2in orang gimana euy. Sama aja boong.

4. Sampein secara personel lebih baik ^^ (ini kayanya paling waras dan simpe ya).

***

Cintai lidahmu, diam atau berkata baik.

Selasa, 29 November 2016

CURHAT : BELAJAR PEDULI


Tadi malem nyambung chat via bbm setelah aku colek salah seorang temen, tetangga desa, adik kelas sekaligus mantan rekan kerja via mesagge FB. Alhamdulillah kami menikah beriringan, selang beberapa hari saja. Setelah bertanya mengenai kabar akhirnya dia menanyakan hal ini juga.

"Kak udah punya anak?" tanyanya
"Alhamdulillah sudah dek."jawabku

Jujur aku ngga punya keberanian buat tanya balik. Karena aku tau kisahnya beberapa waktu lalu. Semoga dia diberi kesabaran dan ketangguhan yang lebih.

***

Aku mudah sekali bergaul, aku suka ngobrol ngalor ngidul bahkan dengan orang baru sekalipun. Di minimarket dekat tempatku tinggal ada seorang mba-mba yang baru saja melahirkan. Persis sama sehari dengan kelahiran putra pertamaku, Dzakir Nata Adikara.

Aku suka menyebut ivana, putri mba itu sebagai kembaran putraku. Dia bercerita bahwa Ivana tak lagi mau minum ASI  sama sekali setelah tiga hari tak diberi ASI olehnya. Memang Ivana minum susu formula sejak lahir, jadi di mix antara ASI dan Sufor. Aku hanya manggut-manggut sambil sharing ilmu semampuku bahwa memang begini dan begitu.

Ketika aku berbelanja pospak (baca : popok sekali pakai) Dzakir, dia bertanya apakah Dzakir pakai pospak sepanjang hari? Aku jawab iya. Ia dengan penuh pemakluman menghiburku, "nyatane ngasuh dewekan sih ya mba bapaknya jarang di rumah mandan ngurangin kumbahan semending" (nyatanya memang mengasuh anak sendiri ya mba, bapaknya jarang di rumah biar ngurangin cucian dikit). 

Dilain waktu, sepulang posyandu dan aku mampir minimarket dia menanyakan berapa berat Dzakir sekarang. Aku jawab sekian, dan dia ketawa ngakak karena beratnya terpaut jauh dengan putrinya. Aku meringis, dan berkata anakku cowok mba minumnya lebih banyak mungkin yah. Dan ayah ibunya memang 'big size' :-D.

Dan yang terakhir kami bahas adalah anaknya sudah bisa tengkurep. Aku mengucapkan selamat sembari minta doa semoga Dzakir segera menyusul bisa tengkurep. Dia menghiburku, "Ora popo mba urung 6 wulan ikih, dinikmatin baen lah yah. Wong bongsore kaya kuwe nyatane." (Gpp mba memang belum 6 bulan juga, dinikmati dulu. Karena memang bongsor anaknya). Begitu kami selalu menghibur satu sama lain dan saling mendoakan.

***
Bahwa sharing itu tidak selalu meminta pendapat dan komentar apapun. Terkadang seseorang hanya butuh didengarkan, dimengerti dan didoakan. Tanpa perlu banyak kata seperti "Sabar, aku tau apa yang kamu rasakan." (Padahal tak pernah sama sekali mengalami hal serupa).

Minggu, 27 November 2016

CURHAT : BAGI SAYA MENJADI FULL TIME MOM ADALAH SEBUAH PILIHAN


Mas Tere Liye is one of my favorite author. Beliau itu rasanya kalo bikin quotes selalu nampol kaya Ust. Felix, nyentil tapi bener.
Baru-baru ini baca quotes dari Mas Tere yang intinya gini : Kita hidup di tahun 2016, bukan jaman batu. Jadi kalo dikit2 kesindir, baper apalagi tersinggung mending jauh2 dari namanya SosMed.

Pagi ini aku baca status seorang teman yang masih stay di tempat aku kerja dulu, cukup bikin em...apalah2 pokoknya but aku inget2 kata Mas Tere Liye tadi. Dari situ aku mau bersikap stay cool aja, belajar menanggapi bukan bereaksi. Fyi yah, aku komen di statusnya lho cuma ngga keliatan yah (gini komenku : aku juga resign lho :-D) penting ya?nggak, yaudah abaikan! :-D

Emang yah belakangan ini  profesi Ibu Rumah Tangga sedikit diminati, digunjing iya apalagi kalau sekolah tinggi (ngga tau sekolahnya naik tangga kali ya :-P ) beuh kayanya dosa besar deh kalo cuma 'ngedekem' di rumah. Aku juga pada awalnya jujur ngga minat, but now Alhamdulillah aku lagi nikmatin banget yang namanya jadi IRT. Karena apa? Amanah.
Amanah paling besar, anak.

Aku ngga lagi peduli sama omongan miring dari mana pun, toh keluargaku insyaAllah support aku. Cuma bebenah terus aja memperbaiki kualitas dan kapasitas diri as a wife and mom tentunya. Ngga pengen eksis di luar?pengen lah, makanya tetep berSosMed ria, ikutan kajian (walau pun bisanya cuma kajian online). Ngga pengen punya penghasilan tetap? Buat aku sekarang bukan lagi penghasilan tetap prinsipnya, tapi tetap berpenghasilan. Emang hasilnya seberapa sih
dari lapak online kan sekarang udah menjamur tuh?Rizki kan Allah yang ngatur. InsyaAllah bakal sama kok kalo pun aku musti kerja di luar dengan gaji segambreng juga. Pinter2 aja ngatur duitnya.





Sabtu, 26 November 2016

CURHAT : ME TIME ALA SAYA

MasyaAlloh rindunya corat coret nggak jelas, mari kita mulai lagi *bawa pom2*. Ah, mungkin aku kurang ME TIME kali yah so pasti #telerkebanyakanwirawiridapursumurkasur. Yup beberapa waktu lalu sohibku sempat terperangah lho gegara aku bikin status Me Time dengan emotikon *nom-nom* (baca : makan). Haha gimana yah, bisa dibilang 'single fighter' sih sekarang jadi makan dengan khidmat aja momen langka.

Yup, semenjak melahirkan jarang banget bisa ngelakuin sesuatu yang biasa aku lakuin kaya nge-game #eaa udah uninstall yes!, santai2 sambil baca buku atau internetan sampe lupa waktu. Masak tetep donk wajibun ini mah. Oia pengen nulis lagi tapi dalam waktu sekali duduk (kata ocha) biar ngga males gitu tips dan triknya. Jadi ngga usah nulis materi yang berat2 tar bisa2 encok malah males nulis lagi.

Kali ini aku mau share urutan daily activity apa aja sih yang musti dilakuin 'single fighter' macam emak rempong kaya aku. Gini nih :

1. Utamakan lakuin sesuatu yang nggak bisa kita wakilin, example : makan, urusan 'belakang', shalat dll. Nyapu dkk bisa ntaran deh.

2. Kerjain dari hal basic dulu. Misal kita mau masak kudu belanja donk?Nah belanja plus bawa bayi itu gampang2 susah jadi belanja sepagi mungkin selagi si bapak masih ada di rumah biar jagain si adek bayi. Belanja seperlunya ngga usah muter2 kaya di mol wong cuma ditukang sayur hihu, dan usahain buat stok hingga keesokan paginya (buat sarapan).

3. Aku selalu masak duluan karena apa?actually aku butuh makan biar ASIku penuh. Jadi biasanya nyambi rendem2 baju aku masak duluan. Abis itu nyuci biar kebagian sinar matahari.

4. Hal2 yang bisa disambi sambil ngasuh baru deh aku kerjain belakangan. Kaya aplot gambar di olshopku, nyapu2, dan kerjaan yang sifatnya ngga Urgent banget. Semua sih urgent tapi ngga mungkin kan nyetrika sambil ngasuh bayi umur 4 bulan, yang ada malah ngga kelar2.

Udah gitu dulu deh, moga panjang umur next time nge-post lagi dengan materi yang ngga terlalu berat biar bisa istiqomah dulu. Karena sesungguhnya istiqomah itu lebih berat dari pada istirahat. See you here ^^

Sabtu, 02 April 2016

OPINI : 5 ALASAN YANG MEMBUAT KEBANYAKAN FULL TIME MOM KURANG PERCAYA DIRI

Assalamulaiakum Mom dan (calon) Mommy dimanapun kalian berada. Alhamdulillah semoga selalu diberikan kesempatan untuk selalu menebar kebaikan ya. Begini nih akhir-akhir ini saya lagi hectic pisan #entahapa hahaha, saya lagi demen banget ngamatin geliat emak-emak muda yang sedang mencari jati diri. Anyway ini simpulan saya pribadi sih ya, semoga nggak menyinggung dan emang nggak bermaksud menyinggung siapa pun. Berikut menurut pengamatan saya 5 alasan kenapa sih FTM itu jadi ngerasa rendah diri :



1.       Selalu menggunakan kata ganti “NGIJAH” atau “NGINEM” untuk pekerjaan rumah tangga.
Coba kita perhatikan sepuluh saja teman di kontak kita, bisa bbm, fb dan sosial media lainnya. Saya yakin mereka (para full time mom) lebih sering menggunakan istilah “nginem” atau “ ngijah” ketimbang istilah yang bisa lebih halus digunakan seperti   “menjalankan tugas ibu negara” untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga (mengepel, memasak, mencuci, menyetrika dan lain-lain). Kenapa sih pekerjaan rumah tangga membosankan? Karena kita tidak menikmatinya. Kenapa kita tidak menikmatinya? Karena kita merasa itu tidak dilihat dan secara langsung tidak menghasilkan gelimang materi. But, mari kita ingat-ingat apa sih manfaat jika rumah rapi, bersih dan tertata?siapa yang akan menikmatinya? Jawabnya adalah kita, suami, anak-anak. Pertama : kita akan memangkas biaya cleaner atau pengasuh. Kedua kita akan memastikan sendiri bahwa pekerjaan rumah sudah welldone. Dan ketiga kita bisa memiliki banyak waktu luang jika kita pandai mengatur waktu. Ini berkaitan dengan pelajaran bahasa Indonesia yaitu tentang istilah Ameliorasi yaitu memperindah ungkapan. Yaiyalah masa orang lain kita junjung tinggi, giliran kita ‘membanting harga diri sendiri’?  Jadi tidak ada istilah memperbudak diri (maaf) tetapi mengkaryakan diri di rumah. Mari kita buktikan sendiri deh adakah perbedaaanya atau tidak.

2.       Selalu berpikiran bahwa profesi Ibu Rumah Tangga tidak bisa menghasilkan pundi-pundi Rupiah.
Saya adalah seorang ex-marketer jadi mungkin bukan perkara yang terlalu sulit ketika pada akhirnya saya harus stay di rumah dan memutar otak agar  bagaimana caranya turut membantu suami menghasilkan uang untuk sekedar bisa membeli bedak sendiri. Nah, buat para newby  beralih profesi dari seorang pekerja kantoran menjadi seorang pekerja rumahan bukanlah perkara mudah. Saya akui sebulan pertama saya stay di rumah saya  mengalami stres cukup berat padahal saya baru berkarya tiga tahun saja, lalu bagaimana dengan ibu-ibu yang sudah mendarah daging atau sudah berpuluh-puluh tahun bekerja? Tentu saja hal ini jauh lebih berat. Usia masih terbilang produktif, ijazah tidak terpakai, kebutuhan semakin meningkat, dan tuntutan perkembangan zaman yang meminta kita selalu open minded dan berwawasan. Berlatar belakang itu semua saya akhirnya memutuskan untuk memulai sesuatu yang menghasilkan dari apa yang saya sukai terlebih dahulu. Sebetulnya saya sangat menyukai dunia fashion (menjahit, mendesain, memilih bahan serta memasarkan hingga produk saya sampai ke end user) tetapi karena alasan waktu dan ekonomi saya akhirnya memilih untuk berjualan baju secara online. Tidak jauh bukan dari hal yang saya sukai?Saya bisa mengidentifikasi bahan, menilai kualitas jahitan dan memberi saran kepada calon buyer ketika mereka akan membeli sesuatu di tempat saya. Nah, bagaimana dengan teman-teman sekalian? Kuncinya adalah carilah hal yang kita sukai dan itu bisa menghasilkan jadi kita tidak berfokus pada materi saja tetapi mendapatkan ilmu tambahan dari hasil belajar menekuni hobi kita. Mungkin hasilnya tidak banyak, tetapi ini satu step di depan orang yang sama sekali tidak berpenghasilan dan terus berkecil hati karena terus menerus bertanya darimana mendapatkan uang. Tidak melulu soal berjualan kok, jika kita memiliki hobi menulis dan membaca misalnya hal itu tentu saja bisa kita manfaatkan. Berapa banyak ibu-ibu yang sukses di dunia tulis-menulis bukan?Yuk, jadi salah satu di antara mereka. Hobi yang bisa mendatangkan hoki dan pundi-pundi Rupiah sendiri. Selamat mencoba.

3.       Lebih menyukai trend sesaat daripada sesuatu yang menjadi kebutuhan dan bermanfaat jangka panjang.
Apa sih maksud dari pernyataan diatas? Ijinkan terlebih dahulu saya bertanya ya. Berapa banyak sih ibu di rumah yang lebih suka menonton televisi daripada membaca? Berapa banyak ibu di rumah yang lebih suka membeli baju, sepatu, atau aksesoris lain demi mengikuti sebuah trend ketimbang menabung minimal Rp 2.000,00 per hari (Rp 60.000,00 per bulan) demi sebuah buku? Ini yang menjadi PR saya dan kita semua yang masih merasa demikian ya ibu-ibu. Tidak apa-apa menonton televisi asalkan tidak melulu soal sinetron terbaru yang menjadi target kita, pun tidak mengapa sesekali berbelanja (kosmetik, baju, sepatu dan aksesoris lain) karena memang kita juga membutuhkannya tetapi sangat disayangkan bukan kalau uang kita yang beratus-ratus ribu itu tidak sayang kita keluarkan demi sebuah baju tetapi hanya senilai 50-100 ribu saja kita langsung mengelak bahwa itu mahal untuk sebuah buku. Padahal manfaatnya jauh lebih besar mana? Banyak sekali ibu-ibu berpenampilan modis atau  istilahnya kece badai tetapi ketika diajak berdiskusi tentang sebuah disiplin ilmu populer justru terbengong-bengong, menganggap orang lain terlalu teoritis atau bahkan mencari pelarian ke hal yang kurang baik. Semoga kita bukan termasuk yang demikian ya ibu-ibu. Membaca tidak harus selalu dari buku kok, kalau toh kita lebih suka berselancar di dunia maya tidak masalah asalkan kita pandai dalam menyaring informasi. Pun ketika kita lebih menyukai tontonan televisi, misalnya kita bisa mengganti sinetron atau infotainment dengan tontonan yang lebih berisi berupa talkshow, kajian, atau acara yang bukan sekedar hiburan saja.

4.       Manajemen waktu yang kurang baik.
Disadari atau tidak waktu luang dan kesehatan adalah hal yang paling melenakan di dunia ini, benar kata sebuah hadits itu. Saya pun sering merasa terlena dengan banyaknya waktu yang saya miliki tapi kurang bisa saya manfaatkan dengan baik. Saya yakin seorang perempuan memiliki kecenderungan untuk bisa melakukan beberapa pekerjaan sekaligus dalam satu waktu atau lebih kita kenal dengan istilah multitasking. Ini merupakan suatu kelebihan namun jika tidak dikelola dengan baik maka kita sering kali menjadi tidak fokus, dan hasilnya tentu saja menjadi kurang maksimal. Karena banyaknya pekerjaan yang kita miliki setiap hari dan itu sudah menjadi rutinitas sehari-hari maka mungkin kebanyakan para ibu menjadi bosan dan tidak memandang itu sebagai sebuah pekerjaan yang ber-deadline. Coba saja kita membuat urutan pekerjaan setiap hari dengan disertai estimasi waktu yang harus dibutuhkan, kita tentu saja akan bekerja dengan lebih semangat karena pekerjaan rumah lain sudah menanti dan harus pula segera diselesaikan. Hal ini tentu saja akan membuat sisa waktu yang kita miliki lebih banyak sehingga kita memiliki waktu untuk ber-quality time bersama anak, atau sekedar mengambangkan hobi kita.


5.       Seringkali merasa kesepian walau tidak sendirian.

Kesepian dan kesendirian itu dekat sekali bukan? bagi seorang istri yang belum dikarunia buah hati itu tentulah menjadi sebuah ketakutan tersendiri bagi ibu-ibu karena hanya menunggu suami pulang kerja. Bagi yang sudah memiliki buah hati mungkin akan  lebih banyak direpotkan ketimbang waktu luangnya, namun itu mungkin justru menjadi sebuah hiburan tersendiri karena menyaksikan langsung perkembangan sang buah hati. Semoga menjadi ladang amal bagi ibu-ibu sekalian ya buat para ibu yang memutuskan karir menjadi full time mom . Saran buat para ibu yang belum begitu kerepotan dengan buah hati seperti saya adalah banyak mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bisa dilakukan sendiri dan bermanfaat. Agar pikiran kita tidak selalu melulu ingin kembali bekerja di luar rumah dan kita mendapatkan input positif untuk diri kita sendiri. Ya, jadi pengalihan pikiran itu sangat perlu ya ibu-ibu. Wajar kok kalau kita bosan di rumah karena tidak ada kegiatan yang bisa kita lakukan, kita juga bisa melakukan sosialisasi di lingkungan tetangga sekitar rumah untuk hal yang positif juga (jadi yang ada adalah kegiatan sharing bukan menggunjing). Misalhnya tetangga rumah kita memiliki keahlian dibidang pembuatan makanan, kita bisa mengamatinya. Bagaimana cara membuatnya, cara memasarkannya, serta cara packing-nya. Galilah sebanyak mungkin informasi yang kita butuhkan untuk bahan pembelajaran siapa tahu suatu saat kitalah yang akan menjadi rekanan usaha tetangga kita itu. 

MasyaAlloh rampung juga akhirnya tulisan ini. Semoga bermanfaat dan saya bisa kembali aktif menulis untuk sekedar berbagi info bermanfaat lain. Sekian, mohon maaf jika ada kesalahan atau hal lain yang kurang berkenan. Keep writing, stay blogging.

Rabu, 30 Maret 2016

OPINI : TEST IQ

Assalamu'alaikum shalihat, hari ini saya sedang membaca salah satu buku parenting yang ditulis oleh Ayah Edy. Buku ini berisi mengenai berbagai macam pertanyaan yang muncul dalam kehidupan kita, tentang cara menghadapi anak dan lingkungannya tentu saja. Nah, saya menemukan sebuah pertanyaan yang cukup menarik, yaitu tentang seberapa pentingkah test IQ dalam kehidupan kita?Ada yang menjawab penting, sangat penting, atau bahkan ada yang (berani) menjawab tidak penting. Nah, semua punya alasan dan latar belakang masing-masing tentu saja. Ternyata saat ini masih banyak orang tua yang begitu 'mengagung-agungkan' dan membayar mahal demi mengikuti test ini lho. Jika hasilnya bagus (sesuai harapan tentu saja, minimal hasilnya  normal maka orangtua akan sangat bahagia), lalu jika hasilnya tidak sesuai harapan bagaimana ya kira-kira?

Nah, boleh ya saya bercerita sedikit mengenai hasil belajar saya hari ini. Jadi asal-muasal test IQ ini muncul sejak jaman Perang Dunia I (sudah lama sekali ternyata ya), seorang psikolog berkebangsaan Perancis bernama Alfred Binet diminta oleh pemerintah di negeri itu untuk membuat sebuah tes guna menyeleksi calon tentara. Pada jaman dahulu belum  ditemukan hasil riset mengenai otak dan cara kerjanya sehingga dasar dari pengukuran kecerdasan didasarkan pada asumsi "Bell Curve" atau kurva yang berbentuk lonceng. Nah, tahu ya bentuk lonceng seperti apa?Ya, bentuk lonceng adalah mengerucut (semakin ke atas semakin kecil, dan melebar di bagian bawah). Dari bentuk lonceng inilah orang yang mengikuti test IQ digolongkan menjadi beberapa 'kasta'. Hasil dari test IQ ini tentu saja adalah golongan yang jika posisinya terletak semakin mengerucut (atau di posisi top) maka dia digolongkan sebagai orang yang memiliki kemampuan analisa di atas rata-rata. Semakin posisinya kebawah semakin menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan seseorang dinilai lebih rendah. Nah, ternyata populasi yang jauh lebih besar adalah posisi yang semakin ke bawah Lalu apakah orang-orang di posisi mayoritas ini dinyatakan sebagai seseorang (calon) gagal? atau justru sebaliknya?Mari kita pelajari dan buktikan sama-sama ya.

Saya termasuk dalam kategori ber-IQ rendah lho menurut hasil test IQ. Hehe...jangan heran atau malah ditertawakan ya. Saya sih ngerasa banget kalau saya tak mempunyai kemampuan analisis yang cukup bagus. Saya harus belajar ekstra keras demi sebuah nilai pada saat menempuh pendidikan. Simpelnya saya suka tontonan dan bacaan yang simpel. Saya suka FTV dan saya suka teenlit hingga saat ini. Mungkin itu ada hubungannya dengan kemampuan analisis nggak sih? Tapi itu tak membuat hati kecil saya semakin kecil kok. Banyak di luaran sana orang biasa seperti saya sukses dengan cara : Belajar banyak dari sedikit hal. Nah, saya akan mencobanya dan harus mencobanya sebagai alat uji apakah IQ itu penting, cukup penting, tidak penting,  atau sangat penting buat saya. Apakah kamu berani mencoba dan menganalisis dirimu sendiri?

#Latepost




Senin, 22 Februari 2016

RESEP OLOS TEGAL

Assalamu'alaikum dear, sehat kan ya? MasyaAlloh beberapa hari ini saya benar-benar kehilangan napsu makan. Tapi saya akalin dengan tetap ngemil sehat (makan buah dan cemilan home made) ketika perut saya mulai keroncongan. Entahlah mungkin ini hobi baru saya dan salah satu kewajiban saya ya, nguprek di dapur. Nah ini resep yang baru saya uji cobakan. Simak yuk :

Bahan :
(Adonan)
250 gram tepung terigu
100 gram tepung tapioka/aci/kanji/pati
Garam, merica bubuk, kaldu bubuk (jika suka) air secukupnya
2 batang seledri

(Isi)
3 lembar kol iris tipis
1 sosis ayam (opsional)
5 cabe rawit iris tipis
2 butir bawang putih, cincang halus
2sdm margarin/mentega untuk menumis
Garam, merica bubuk, kaldu bubuk(jika suka)

Minyak goreng untuk menggoreng (secukupnya)

Cara Membuat :
1. Campurkan tepung terigu, tepung tapioka, garam, kaldu bubuk, seledri dan masukkan air sedikit demi sedikit. Uleni hingga benar-benar kalis. 

2. Tumis bahan isian : masukkan margarin, bawang putih (tuggu hingga harum). Kemudian masukkan kol, sosis, cabe. Masukkan garam, gula, kaldu (bubuk). Koreksi rasa.
3. Setelah bahan kulit dan isian siap. Ambil bahan kulit pipihkan, isikan bahan isian dan bulatkan kembali. Dalam membuat adonan kulit sebaiknya jangan terlalu tebal agar pada saat digoreng bisa matang hingga merata.
4. Setelah adonan isi dan kulit habis. Goreng ke dalam minyak yang sudah terlebih dahulu dipanaskan. Nah, tunggu beberapa saat hingga olos mengapung. Warna tidak akan berubah kecoklatan ya dear. Memang putih, namun kulit luarnya saja yang sudah mengering.
5. Olos ready to serve. Dimakan begini saja sudah enak kok dear. Tetapi ini tidak direkomendasi untuk anak-anak ya. Karena pedasnya itu lho. Nah, jika memang ingin membuat khusus untuk anak-anak maka bisa dihilangkan cabenya atau boleh kok kalau misal menginginkan untuk mengurangi minyak kemudian merebusnya. Jadilah seperti cilok isi sayur dan sosis. Hidangkan selagi hangat buat teman minum teh.
Semoga bermanfaat. Keep writing, stay blogging. Wassalamu'alaikum ^^.


Jumat, 19 Februari 2016

Resep Peyek Ebi Sederhana


Assalamu'alaikum shalihat, baru bisa saya save and share ini resep peyek yang sudah saya praktekkan tempo hari. Karena saya harus bekerja bakti mencabut rumput dan lain sebagainya, sehingga urusan mengabadikan resep ini tersisihkan. Nah ini hasil gugling saya yang sudah saya praktekkan, silakan dicoba bila dirasa bermanfaat ya dear. Cekidot :

Bahan : 
250 gram tepung beras
100 gram ebi
3 butir bawang putih
1/2 sdt ketumbar
350 ml santan encer
Garam, penyedap (bila suka) secukupnya
Minyak untuk menggoreng secukupnya

Cara Membuat :
1. Haluskan bawang putih, ketumbar, dan garam.
2. Campurkan santan dan tepung beras ke dalam satu wadah, masukkan bumbu halus. Koreksi rasa.
3. Goreng ke dalam minyak yang sudah terlebih dahulu sudah dipanaskan.
4. Tiriskan, dan tunggu hingga betul-betul hawa panasnya menghilang kemudian masukkan ke dalam toples 
kedap udara.

Tips :
1. Goreng dengan minyak cukup panas dan hingga merendam peyek agar matang secara merata.
2. Dalam menggoreng sebaiknya tidak terlalu banyak memasukkan adonan, cukup 1 sendok sayur untuk tiap-tiap peyeknya agar peyek tidak terlalu tebal dan tetap kriuk.
3. Setelah tiriskan peyek dengan serokan, taruh peyek di atas tisu/kertas koran agar minyaknya tidak telalu banyak menempel pada peyek.
4. Simpan di dalam toples kedap udara jika peyek sudah betul-betul dingin.

Semoga bermanfaat, keep wiriting stay blogging, Wassalamu'alaikum.

Senin, 15 Februari 2016

RESEP KAKAP GORENG TEPUNG ASAM MANIS

Assalamu'alaikum.
Hai dear kali ini saya pengen save sekaligus share resep praktis dan ekonomis. Semoga bisa dipraktekkan di rumah ya. Ini dia kakap goreng tepung asam manis ala saya :


Bahan :
3 ekor ikan kakap
Tepung terigu secukupnya
Minyak untuk menggoreng secukupnya
Garam, air, merica bubuk, dan kaldu bubuk secukupnya


Cara Membuat :
1. Bersihkan sisik, fillet, kemudian cuci bersih.
2. Rendam fillet ke dalam air yang sudah ditambahkan garam, kaldu bubuk, merica bubuk selama kurang lebih 10menit agar bumbu meresap.
3. Tuang terigu ke dalam piring, guling-gulingkan ikan ke dalamnya.
4. Goreng hingga kuning keemasan.
5. Sajikan bersama saus asam manis.


Saus Asam Manis
Bahan :
1sdm mentega
1butir bawang bombay
5sdm saus tomat
2sdm saus cabe
Gula pasir, garam, kaldu bubuk, air secukupnya.


Cara Membuat :
1. Iris tipis bawang bombay. Kemudian tumis ke dalam dengan mentega yang terlebih dahulu sudah dicairkan.
2. Masukkan saus tomat, saus cabe, garam, gula, kaldu bubuk dan air.
3. Koreksi rasa. Saus Asam manis ini siap menemani hidangan apa pun yang berbalut tepung lho.


Note :
1. Ini resep tanpa telur ya dear, hemat biasa pikiran emak-emak serba ekonomis. Kalau menggunakan tepung bumbu mungkin lebih praktis dan lezat. Tetapi penggunaan garam dan penyedapnya tidak bisa kita kontrol.
2. Resep ini sudah saya uji cobakan pada ayam dan usus. Kalau pada saat membuat usus crispy saya menambahkan soda kue dan tepung maizena pada tepung terigunya. Serta menambahkan sedikit tepung pada larutan rendaman. Hasilnya kriuk sekali.
3. Bentuknya mrempul-mrempul kaya pakai tepung bumbu juga kok, tapi lebih hemat.
4. Dicoba di rumah ya dear.

Semoga bermanfaat, keep writing stay blogging. Wassalamu'alaikum.

Sabtu, 13 Februari 2016

RESEP 'JANGAN' SOP SEGER ALA MA'E


Assalamu'alaikum, alhamdulillah saya lagi rajin posting dan jualan semoga istiqomah dan jadi salah satu yang temasuk ibada, Aamiin. Pernah nggak sih kalian ngerasa malas makan? pastinya pernah donk. Ya, beberapa hari ini perut saya sampai mules menahan lapar karena malas makan (makan nasi gitu). Ya salah satu solusinya sih saya banyak ngemil aja daripada sakit, minum susu, makan buah dan cemilan sehat lain, asli ini bukan dalam rangka diet apalagi food combining. Gini nih ceritanya  saya punya resep soto yang rasanya seger dan saya jadikan andalan buat teman makan nasi. Termasuk salah satu dari mood booster saya ini, asli ini bukan soto khas daerah mana pun. Awalnya sih kepengen bikin Soto Pekalongan (Tauto), tapi karena saya tak juga kunjung menemukan tauco di Mang sayur jadilah saya minta pengarahan Ma'e saya. What should i do? Lets cooking with love, check this one please :

Bahan :

2 Ikat Mi So'un
Sayuran secukupnya  (bisa kol, atau caisin pilih salah satu saja)
2 buah tomat
Bawang goreng (taburan)
Irisan daun bawang (taburan)
1 ons ayam rebus kemudian, goreng dan suwir. Jika ada sisa kaldu maka bisa dimanfaatkan.
Cabe rawit iris (bisa diganti dengan sambal)
Kecap manis secukupnya

Bumbu kuah :
2 butir Bawang putih
2 buah Kemiri
3 cabe merah (rebus)
Irisan daun bawang secukupnya
Garam, gula, penyedap (bila suka) secukupnya

Cara membuat :
1. Haluskan bawang putih, kemiri dan cabe merah.
2. Tumis bumbu halus hingga harum dan masukkan irisan daun bawang, tumis bersamaan hingga matang.
3. Siapkan panci yang berisi air mendidih yang telah dicampur dengan sisa kaldu kuah tadi, kemudian masukkan bumbu yang telah ditumis, koreksi rasa. Rebus hingga air sedikit berkurang dan taburkan bawang goreng agar menambah cita rasa harum.
4. Susun so'un, sayuran, tomat, suwiran ayam, taburi dengan irisan seledri, daun bawang, irisan rawit serta bawang goreng. Masukkan kecap sesuai selera.
5. Siram dengan kuah soto yang sudah mendidih.
6. Soto seger ready to serve, hidangkan bersama kerupuk.

Sederhana dan mudah bukan? Berani mencoba?Alhamdulillah selama saya dua bulan di kota ini saya sudah mencobanya sebanyak empat kali. Bisa dijadikan alternatif sayur dan jajan sekaligus lho. Dan yang perlu diingat adalah hemat. Ini bisa jadi empat porsi kecil, Selamat mencoba ya :)

CURHAT : GHIBAH ATAU FITNAH


Assalamu'alaikum shalihat, beberapa hari ini saya kurang merasa fit, mungkin hawa dingin yang membuat tulang-belulang saya menjadi sakit dan enggan sekali beraktifitas yang positif (mengerjakan pekerjaan rumah, memasak, dan konco-bolonya). Harus dipaksa gitu, ah semoga bukan karena saya sedang malas saja. Beberapa hari yang lalu  pada saat saya berbelanja ?(kebetulan agak kesiangan jam 07.00) kalau nggak salah, saya berpapasan dengan tetangga saya yang berprofesi sebagai guru, nah terjadi percakapan singkat antara saya dengan beliau. Kurang lebih seperti ini :

Saya : "Pagi bu, kabarnya gimana sehat? *sambil ngajak main anak tetangga saya itu*
Si Ibu : "Pagi bu Yoga, alhamdulillah sehat. Mau masak apa hari ini?"
Saya : "Masak sayur bening sama pepes tahu bu."
Si Ibu : "Oh iya bagus, nggak kebanyakan minyak ya."
Saya : "Lho Ibu kok di rumah?Nggak ngajar?atau memang sedang libur?"
Si Ibu : "Memang tidak ada jadwal mengajar bu, seharusnya sih harus tetap berangkat, tetapi kalau tidak ada keperluan mengajar malah suka pada ngrumpi di kantor gitu. Makanya mending saya di rumah saja."
Saya : "Oh gitu *manggut-manggut sambil senyum manis*
Dan Si Ibu mengakhiri perbincangan singkat dengan saya  seraya berpamitan terlebih dahulu karena tugas  belanjanya telah usai.

Nah, teman-teman blogger kira-kira bisa mencerna ya inti dari perbincangan singkat tadi?Ya, kurang lebih adalah tetangga saya menghindari rekan kantornya karena jika tidak ada kesibukan mengajar (dalam konteks ini)maka obrolan mereka menjadi tidak berkualitas (menjurus ke ghibah atau fitnah). Alhamdulillah teman-teman saya tinggal di kawasan perumahan yang sangat heterogen, individualistis (pastilah ada), tapi masih ada rasa sosial  kok dengan menengok tetangga yang sakit, baru melahirkan, sedang terkena musibah kematian dan sejenisnya. Kelompok Dasa Wisma (Dawis) dan PKK juga berjalan lancar walaupun tidak seluruhnya anggota terlibat. Enaknya lagi saya tinggal di jalur utama, yang terkenal ramai hanya oleh kendaraan saja (tidak ada kumpul-kumpul atau ngobrol santai seperti yang saya temukan di desa) jadi saya terhindar dari keinginan langsung untuk berbuat ghibah terhadap tetangga saya. Semoga juga tidak di media sosial, dan media lain Aamiin.

Kira-kira gihibah itu bentuknya apa sih?definisi menurut saya adalah demikian "kebenaran tentang suatu hal yang menyangkut diri seorang yang kita bicarakan demi kepentingan diri kita sendiri". Bumbunya biasanya sedikit iri dan cemburu atas kebaikan orang lain, atau justru sebaliknya bisa berupa cibiran dan hujatan tentang kejelekan orang lain. Termasyhur dengan sebutan GOSIP. Nah, jika itu benar (baik kejelekan atau kebaikan) yang dibicarakan itu disebut dengan ghibah. Bagaimana dengan Fitnah?ia adalah perwujudan dari ghibah yang salah - dalam subyek yang kita bicarakan sama sekali tidak melakukan atau tidak mengalaminya (atau semacam sangkaan, tuduhan dan dugaan) yang kita bicarakan namun kebenarannya salah. Lalu pilih yang mana?jangan pilih dua-duanya dear. Itu sama sekali tidak memberikan manfaat buat kita. Mengacu pada larangan tentang dua hal itu harusnya membuat hati, pikiran dan lisan kita lebih berhati-hati dalam menilai, berpikiran, atau sekedar 'mbatin' tentang orang lain. Apalagi sampai kelepasan ngomongin orang lain. Naudzubillah ya dear, yuk saling mengingatkan dalam kebaikan.

Dalilnya sepertinya sudah pada paham ya, tapi demi melengkapi tulisan saya kali ini ijinkan saya mengutipnya kembali ya. Begini isinya :

“Ketika saya dimi’rajkan, saya melewati suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga sedang mencakar wajah dan dada mereka. Saya bertanya: “Siapakah mereka ini wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan melecehkan kehormatan mereka.” [HR Abu Daud (4878). Hadits shahih.]

"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang dalam bulan Haram. Katakanlah : "berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya lebih besar (dosanya) dari sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."(QS. Al Baqoroh (2) : 217)

Nggak bisa kita sepelekan ya dear ternyata. Emang kadang mulut suka 'gatel' kalau belum cari cela-nya orang lain, apalagi kalau pas kumpul sama teman-teman. Tapi yuk jadilah kita sebagai orang yang membawa dan mengingatkan bukan justru kita yang terbawa dan turut menikmati apalagi mengucilkan atau justru menilai si do'i sok alim dan julukan lainnya hanya karena teman kita merasa malas ketika diajak rumpi cantik sambil ngopi cantik. Mungkin itu semua karena semata mereka sedang berusaha menjaga diri dari ke dua dosa itu. Sekian dari saya, mohon maaf jika ada kekurangan. Keep writing, stay blogging. Wassalamu'alaikum ^^

Note : ditulis dalam rangka reminder diri sendiri bukan untuk orang lain, but terimakasih sekali kalau sudah berkenan baca :)

Kamis, 11 Februari 2016

RESEP PEPES TAHU KEMANGI

Assalamu'alaikun, karena bingung nggak ada bahan tulisan dan saya kepengen nulis yasudah kali ini saya akan 'melestarikan' resep asli Indonesia dan memamerkannya kepada pemirsa di rumah. Kali ini saya lagi penasaran sama yang namanya bikin pepes. Dari yang paling mudah, Pepes tahu dulu. Simak ya :-)
Bahan :
5 buah tahu putih/kuning tanpa kulit
Segenggam daun kemangi
1 butir telur
Daun pisang untuk membungkus

Bumbu Yang Dihaluskan :
2 butir bawang putih
2 siung bawang merah
1/2 sdt ketumbar
1/2 sdt merica
3 cabe merah
3 cabebrawit (optional)
Garam, penyedap (bila suka) secukupnya

Cara Membuat :
1. Haluskan tahu, masukkan bumbu dan kemangi, aduk hingga merata.
2. Masukkan telur, aduk kembali hingga merata.
3. Bungkus dengan daun, semat dengan lidi/staples.
4. Kukus selama kurang lebih 30 menit dengan api sedang.
5. Setelah diangkat, panggang diatas teflon. Tunggu hingga tercium bau harum daun.
6. Pepes tahu kemangi siap dihidangkan.

Note : 
1. Ini aslinya saya memanfaatkan sisa daun pisang pembungkus mendoan yang bertekstur mulus yang jarang bisa saya jumpai di kota.
2. Menggunakan staples karena alasan kepraktisan, masa iya pakai lidi sapu sedangkan saya nggak punya tusuk gigi.
3. First time to cook this menu, but rasanya beneran cetar. Yaiyalah kan masaknya penuh cinta :-p
4. Dicoba dirumah ya dear, buat referensi hidangan sehat (no fried) insyaAllah.

Sekian, semoga teman-teman bisa praktek di rumah. Keep writing, stay blogging. Wassalamu'alaikum.

Rabu, 10 Februari 2016

OPINI : MAKNA SUKSES

Assalamu'alaikum shalihat, semangat pagi ya dimana pun dan apa pun aktivitas kita. Semoga bukan sekedar rutinitas saja, semoga kita selalu ingat untuk menyisipkan niat baik dalam setiap pekerjaan kita. Hawa yang dingin karena sisa hujan bulan Januari masih 'menularkan' semangat mengucurnya hingga Februari. Semoga semangat kita juga selalu mengucur deras, tak mengapa pasang surut, tak mengapa jatuh asal kita terus mencari tau cara untuk bangun. Aamiin ^^

Terlepas dari pekerjaan saya sebagai seorang bankir yang itu artinya saya lepas dari target perusahaan sempat membuat saya seperti orang yang tidak memiliki daya saing dan daya juang lho *curhat*, but sekarang saya nggak bisa seperti itu lagi karena saya sedang berjuang untuk meraih target penjualan pada Online Shop yang saat ini saya kelola. Karena apa?untuk menjadi seorang reseller dan dropshiper bahkan agen di sebuah kota banyak sekali syarat yang harus dipenuhi lho. Mulai dari pendaftaran, pembelian minimal di awal dan omset setiap bulan, belum lagi harus terus berjuang agar omset tetap stabil agar hak keagenan tidak hilang. Lalu apa bedanya dengan ketika bekerja dengan perusahaan?Mungkin hampir sama, tetapi kali ini saya harus berjuang demi target pribadi saya. Yuk Semangat selalu huhuhu...

Saya sekarang sedang 'menggilai' buku-bukunya Ayah Edy, banyak sekali alasannya. Penasaran?boleh pinjam buku saya kok asal ongkir pas balikkin mau teman-teman tanggung. Sangat mendidik dan mudah dipahami menurut saya. Ilmiah tetapi insyaAllah bisa dibaca oleh semua kalangan kok. Nah saya menemukan sebuah kutipan yang terus-menerus membuat saya berkali-kali berpikir (terus menerus pakai berkali-kali pula...hihi). Ini dia bunyi kutipannya :

"Seringkali SUKSES diidentikkan dengan profesi-profesi yang dianggap bisa menghasilkan banyak uang dan hidup berkecukupan secara MATERI." - Ayah Edy


Bener nggak sih kutipan diatas?kalau menurut saya bener pakai banget, yang nggak sependapat nggak apa-apa kok #justopini. Nah coba saja tanyakan kepada anak-anak kecil (TK, SD kelas 1-3) tentang apa cita-cita mereka?Pasti jawaban mereka adalah Pilot, Presiden, Dokter, Polisi, Guru dan posisi 'mentereng' lain yang sering mereka temukan pada buku bergambar yang pernah mereka baca. Memang tidak semua beralasan karena materi, tapi saya yakin itu lebih kepada prestisius-nya sebuah profesi yang mereka impikan. Sedikit saja yang bercita-cita menjadi (dokter misalnya) dengan tujuan luhur untuk membantu sesama dan menggratiskan biaya berobat misalnya. Pun sama halnya dengan guru, banyak dari mereka bercita-cita menjadi guru karena melihat sosok guru mereka, belum terbersit apa sih yang harus guru lakukan agar melahirkan generasi unggul dan semacamnya. Tidak masalah, karena itu adalah pemikiran anak-anak. Lalu bagaimana dengan kita?wahai (calon) orang tua dan orang tua?apakah sama pemikiran kita sesederhana mereka?atau justru hanya MATERI (belaka) yang menjadi orientasi kita untuk mendorong anak cucu kita menyandang sebuah profesi sesuai kutipan di atas. Na'udzubillah, semoga tidak.

Belajar dari ini semua apa sih sebetulnya yang salah dengan pendidikan dan pola pikir bangsa kita? Yuk mari sama-sama belajar. Tidak semua yang orangtua, guru, dan tayangan televisi ajarkan itu salah. Pun tidak semua harus kita turunkan kepada anak cucu kita karena ketidaktahuan yang disebabkan oleh keengganan kita belajar. Mari ajarkan kepada anak cucu kita (kelak) agar mereka bersikap kooperatif. Apa sih maksudnya?Jangan lantas marah ketika anak cucu kita kelak 'membantah' atas perintah kita. Mungkin mereka hanya ingin melanjutkan pertanyaan ke jenjang berikutnya, yaitu kenapa  mereka harus melakukan ini?lalu mengevaluasinya dan jika memang mereka yakin itu benar mereka akan sangat dengan bersemangat melakukan perintah kita. Patuh itu baik, tetapi kooperatif itu luar biasa.

Nah kembali ke makna SUKSES diatas, perbedaan yang mencolok antara pendidikan di Indonesia dan di luar negeri adalah tentang penerjemahan kata SUKSES itu sendiri. Masih menurut Ayah Edy bahwa pendidikan di Indonesia mengejawentahkan SUKSES sebagai suatu hasil yang diwujudkan dengan materi. Sedangkan di luar negeri para orang tua dan guru mengartikan SUKSES sebagai jalan untuk menggapai materi. Permisalahannya adalah "jadilah dokter agar menjadi kaya."(versi Indonesia), "jadilah tenaga ahli (pakar) di bidang kesehatan agar dengan sendirinya materi itu menghampirimu". Terlihat serupa ya tapi silakan cermati baik-baik. Sekian dari saya, mohon maat atas segala kekurangan. Keep writing, stay blogging. Wassalamu'alaikum.



Selasa, 09 Februari 2016

CATATAN : SYARAT MENJADI COSTUMER SERVICE (CS)

Assalamu'alaikum sahabat, tidur siang terlalu lama tenyata bisa membuat malam jadi terasa panjang karena kantuk tak kunjung menyapa. Oia, daripada bengong isenglah saya buka buku suami berjudul "Pemasaran Bank - Edisi Revisi" yang ditulis oleh Kasmir pada 2010, saya menemukan isi dari satu bab yang kiranya sangat bermanfaat (buat teman-teman yang berkeinginan menjadi CS). Sepertinya profesi atau job desk Costumer Service atau CS sering menjadi incaran bagi para job seeker khususnya wanita dan fresh graduate karena bermacam-macam alasan. Selain menjadi cover atau 'garda depan' dalam sebuah instistusi, CS juga sering melakukan pekerjaan sampingan yaitu marketing. Canggih bukan?. Nah apa saja sih syarat atau kriteria menjadi Costumer Service (CS) menurut Kasmir dalam bukunya? Simak ya :

1. Persyaratan Fisik
Seorang  CS harus memiliki ciri-ciri fisik yang menarik seperti tinggi yang ideal dengan berat badan, misalhnya seorang wanita minimal 160cm dan untuk laki-laki 165cm. Kemudian, harus memiliki wajah yang menarik dan menawan. Petugas CS juga harus memiliki jiwa yang sehat. Artinya seorang CS harus sehat secara jasmani dan rohaninya. Disamping itu, petugas harus memiliki penampilan yang menarik, badan, dan pakaian yang rapi dan bersih, serta mempunyai bdan yang seimbang antara berat dan tinggi.

2. Persyaratan Mental
CS harus memiliki perilaku yang baik seperti : sabar, ramah dan murah senyum. Hindarkan petugas CS yang mudah marah/emosi dan cepat putus asa. CS juga harus memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi, tidak minder, punya inisiatif, teliti, cermat, rajin, jujur, serius, hati-hati, dan bertanggungjawab. 

3. Persyaratan Kepribadian
Syarat lain, CS harus memiliki kepribadian yang baik seperti murah senyum, sopan, lemah lembut, simpatik, lincah, enerjik, menyenangkan, berjiwa bisnis, memiliki rasa humor, dan ingin maju. Dalam melayani nasabah kesan pertama yang mengesankan (first impression) perlu ditonjolkan. CS juga harus mampu mengendalikan diri (self control) seperti : tidak mudah marah, tidak terpancing untuk berbuat dan berkata kasar, tidak sabaran dan rasa tidak puas. Kemudian CS harus mampu mengendalikan gerak tubuh (gesture) yang mengesankan serta tidak terpancing untuk berbicara hal-hal yang bersifat negatif.

4. Persyaratan Sosial
CS harus memiliki jiwa sosial yang tinggi, bijaksana, memiliki budi pekerti luhur, pandai bergaul, pandai bicara, dan fleksibel. CS juga harus cepat menyesuaikan diri dan mudah bekerjasama dengan berbagai pihak.

Hanya ada empat syarat yang dikemukakan oleh Kasmir dalam bukunya. Nah ijinkan kali ini saya dengan segala keterbatasan saya menambahkan beberapa poin yang turut menyumbang andil untuk menjadi seorang CS :

5. Syarat Pendidikan
Biasanya di tiap institusi memiliki standar masing-masing dalam menentukan kriteria calon kandidat CS-nya. Tetapi lazimnya adalah berpendidikan sekurang-kurangnya D3 (Diploma 3) atau S1 (Sarjana). Selain itu CS juga harus menguasai bahasa asing. Bahasa yang sekarang ini sedang digencarkan adalah bahasa Inggris dan Mandarin, tentu saja setelah Bahasa Nasional Negara kita. Walaupun tidak menjadi syarat mutlak, tetapi akan sangat mendapat nilai tersendiri untuk 'mencuri hati' para interviewer institusi tersebut dalam merekrut karyawan baru.

6. Syarat Tambahan
Mungkin ini bisa dipelajari sambil jalan, tetapi syarat yang juga harus dipenuhi oleh seorang CS adalah mampu memahami materi dengan baik  yang nantinya akan berkaitan dengan Product Knowledge institusi tersebut. Karena CS pula yang nantinya akan langsung berhubungan dengan nasabah (dalam kasus ini adalah Perbankan) sehingga CS harus mampu menjelaskan teori yang sudah ia pelajari menjadi sesuatu yang mudah dipahami oleh nasabah.

7. Syarat Nilai
Nilai disini bukanlah nilai secara akademis, tetapi lebih kepada attitude seseorang yang siap melayani nasabah dengan segenap kelebihan yang ia miliki. Merasa diri Cantik? Menarik?Berpendidikan?Cerdas?namun juga harus memiliki jiwa 'pelayan'. Jika tidak tentu saja yang kita jumpai adalah sosok 'angker' yang justru membuat kita tidak nyaman berlama-lama berhadapan dengan sosok tersebut. Dan sudah menjadi jargon dimanapun bahwa sesuatu yang disampaikan dengan hati akan sampai ke hati pula bukan?

Dirimu merasa memenuhi kriteria diatas?jangan ragu untuk mencoba mendaftar ya. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk teman-teman. Sekian, Keep witiring stay blogging. Wassalamu'alaikum.




Senin, 08 Februari 2016

OPINI : NOVEL VERSUS FILM ADAPTASI NOVEL

Assalamu'alaikum shalihat, yey kali ini saya sedang berusaha sekali menuntaskan untuk membaca novel saya yang masih bersegel (Ronggeng Dukuh Paruk - Ahmad Tohari dan Zahir - Paulo Coelho) hihihi...lumayan berat buat saya yang lebih mencintai teenlit daripada buku non fiksi yang sangat berbobot seperti ini :-D, but dua pekan ini saya berusaha keras sekali lho *percaya ya plis*. Ronggeng Dukuh Paruk sudah done, tinggal Zahir yang masih menanti untuk saya selesaikan. Kali ini saya belum berani untuk mereview kedua buku itu, sungguh :D, Semoga lain kali Allah mengilhami diri saya dengan secercah keberanian dan kecerdasan serta kebiasaan yang membuat saya terbiasa dengan kegiatan manis macam itu, Aamiin.

Saya ingin share tentang sebuah kutipan yang saya temukan pada buku Zahir karya penulis besar Paulo Coelho. Kutipan ini terdapat dalam paragraf dua halaman 160, begini bunyinya :

"... Sampai saat itu, setiap kali ada orang menyebut-nyebut kemungkinan memfilmkan buku-bukuku, jawabanku selalu, "Tidak, aku tidak tertarik." Aku percaya setiap pembaca menciptakan filmnya sendiri di dalam pikiran, memberi wajah pada tokoh-tokohnya, membuat setiap adegan, mendengar suara-suara, mencium baunya. Itu sebabnya, setiap kali seorang pembaca menonton film yang dibuat berdasarkan novel yang disukainya, dia kecewa dan berkata, "Bukunya jauh lebih bagus daripada filmnya."

Saya mengiyakan statement beliau dalam kutipan diatas. Beberapa kali saya pun mengalami hal itu (bahwa novelnya jauh lebih mengesankan daripada filmnya) Karena saya bukan pakar, saya hanya penikmat buku dan sesekali berusaha menikmati film maka ijinkan saya kali ini untuk menyampaikan opini pribadi saya mengenai beberapa alasan yang menjadikan tulisan lebih menarik daripada sebuah film. Simak ya :

1. Pemilihan Aktor/Aktris
Sering ya mendengar casting yang berkali-kali dilakukan oleh sutradara dan penulis novel, bahkan dilakukan di berbagai kota demi penggarapan sebuah film yang diadopsi dari sebuah novel. Tujuannya untuk apa?yap, tentu saja untuk mendapatkan kandidat terbaik guna memerankan peran (baik pemeran utama maupun figuran) dalam sebuah film yang diadopsi dari sebuah novel. Terkadang ada yang saya nilai terlalu cantik, kurang 'greng', dan entah kenapa saya menilai kurang pas dengan novelnya. Mungkin itu karena otak saya sudah terlanjur memiliki bayangan sendiri tentang bagaimana seharusnya sang aktris/aktor itu bermain. Seperti contohnya : pemeran Merry Riana dalam film Mimpi Sejuta Dollar yang saya rasa kurang luwes dalam memerankan tokoh tersebut.

2. Alur Cerita
Bisa dibayangkan ya novel yang kira-kira tebalnya 300-an halaman memiliki berapa ribu kata yang jelas saja menyita banyak energi sang penulis demi lahirnya sang 'mahakarya'. Pemilihan kata, kalimat, bahkan ungkapan sangatlah apik karena disampaikan dengan bahasa tulisan yang tertata sedemikian rupa sehingga sering saya sendiri merasa jatuh cinta kepada istilah atau ungkapan yang digunakan dalam sebuah novel. Nah bedanya dengan film adalah keterbatasan waktu atau durasi yang mengharuskan sang sutradara memotong adegan di sana sini sehingga sering detail kecil yang di tunggu-tunggu oleh penonton (yang sudah terlebih dahulu sudah membaca novelnya) justru tidak tersampaikan. Tentu saja detail tidak bisa disampaikan dalam sebuah film yang diadopsi dari sebuah novel, namun inti dari novel itu yang jelas akan menjadi 'pegangan' bagi sang sutradara. Seperti film Jendral Sudirman yang durasi aslinya adalah empat jam ditayangkan hanya dua jam saja. Nah berapa banyak adegan yang terpotong?bisa separuh detail ya ternyata.

3. Sponsor
Nah, ini mengacu pada tahun diterbitkannya novel dengan tahun dibuatnya sebuah film. Ini terjadi jika jarak antara penulisan novel dan pembuatan sebuah film terlalu jauh. Terkadang novel bersetting tahun sekian yang belum ada produk yang mensponsori pada saat film itu dibuat menyisipkan iklan sebuah produk pada tahun ketika film itu digarap. Contoh : Pada film Habibie Ainun yang disisipkan sebuah iklan produk pada saat jelas setting waktu di novel belum ada produk tersebut. Tetapi demi kepentingan banyak pihak, maka disisipkan lah sebuah iklan produk yang justru membuat kita merasa 'lucu' ketika melihatnya. Detail tidak penting bukan?tetapi tetap saja membuat kita jauh lebih menikmati novel ketimbang filmnya jika saja banyak iklan berseliweran nantinya.

4. Detail Penokohan
Saya menemukan ini pada film 99 Cahaya Di Langit Eropa. Ada seorang aktris yang berperan sebagai salah satu agen muslim di negara asing. Dalam sebuah scene aktris tersebut makan menggunakan tangan kiri (padahal dalam agama Islam kita dilarang menggunakan tangan kiri kecuali alasan syar'i) , entah disadari atau tidak adegan sekecil itu bisa mencederai sebuah film karena nilai ideologi yang seharusnya dipegang dengan baik tidak disampaikan dengan semestinya.Ya, sekali lagi bahwa menuangkan novel ke dalam sebuah film sepertinya lebih sulit daripada membuat film yang berdiri sendiri.

5. Pemilihan Setting Tempat
Mengacu pada film 30cm yang novelnya ditulis oleh Donny Dirgantara dan dalam syutingnya yang mungkin betul-betul dilakukan di gunung Bromo sih Asli ya?tetapi bagaimana jika gambaran yang diberikan dalam novel itu jauh lebih indah dari film yang diadopsi? atau bahkan setelah mengetahui melalui 'behind the scene'-nya itu adalah 'tipuan' kamera belaka?Ah, akan sangat mengecewakan bukan. Ada beberapa film yang membuat penonton kecewa karena itu lho, termasuk saya.

Tulisan ini murni pendapat saya pribadi. Semoga tidak menjadikan pihak mana pun merasa 'direndahkan' atau membuat saya tinggi hati. Sekian dari saya. Mohon maaf atas kesalahan saya pribadi yang awam ilmu dan minim pengetahuan mengenai film dan novel. Wassalamu'alaikum, keep writing stay blogging.