Kamis, 28 Desember 2017

Tinggal bersama mertua, ini dia beberapa manfaatnya.

Hallo, alhamdulilah ya nggak terasa saya sudah tinggal di semarang hampir tiga bulan. Beginilah rasa tinggal di bumi indah mertua hahaha. Banyak bersyukur karena punya mertua yang baik, OK? #nasihatbuatsaya

Well sebelum saya tinggal disini tetangga saya yang hubungan dengan mertuanya kurang 'anget', ngasih wejangan ke saya tanpa diminta. Ada lagi tetangga yang dengan keponya chat, enak dimana tinggal sendiri apa sama mertua. Etdah nasib seleb mah gini ya, IG dibajak. Kehidupan pribadi dikepoin xixixi.

Stop halu plis deh emaknya dzakir. Ini beberapa hal yang saya pelajari dari bumer saya ya. Sedikit saya bagi, siapa tau kapan lagi ada hal lain yang bisa saya bagi. Cekidot :

1. Ngulik Resep Masakan
Siapa yang penganut paham masakan ibu adalah masakan paling enak di dunia? Wkwkwk saya mah bukan. Saya bilang masakan ibu saya enak, tapi bukan yang paling enak di dunia. Kalau saya ngaku penganut paham itu nanti saya bohong dan jatuhnya dosa wkwk.

But asli ya, setelah saya kompare masakan ibu saya mertua saya enakan mertua saya. Ini bukan soal gimana-gimana ya bu. Kan niatnya emang saya lagi belajar masak jadi selain mbahnya segala bangsa alias mbah google, ibu mertua saya bisa saya jadikan guru masak di cooking class yang saya ikuti secara otodidak.

Beuh, dari mulai kecap-kecapan. Rempah-rempah sampai goreng lele biar kriuk. Dari mulai cara ngolah udang biar nggak amis dan bau sampahnya, sampai hasil olahannya. Banyak hal yang betul-betul saya pelajari dari beliau. Many thanks ibu, terimakasih sudah mau dibawelin sama menantu ibu yang masaknya cuma itu-itu aja.

2. Belajar Memiliki Keluarga Besar

Terbiasa dengan tiga anggota keluarga kemudian menjadi lima anggota, bahkan enam jikalau suami datang membuat saya harus lebih tangguh dalam 'manajemen cucian'. Salah satu alasan kenapanya adalah karena banyaknya cucian yang harus saya 'sulap' menjadi baju bersih siap pakai lagi. Wah, ini betul-betul harus dimanajemenkan secara profesional lho #plak. Kalau tidak gunung cucian tak pernah kenal kompromi, dan lagi saya tipe yang kurang suka melaundry kecuali untuk dry clean.

Jangan menunda mencuci selagi ada waktu luang toh tinggal cemplung bukan? Usahakan selalu pisahkan cucian yang harus di hand wash, atau boleh dicuci dengan mesin. Jangan lupa tanya juga kepada ibu mertua mengenai hal ini. Agar kita tidak membuat beliau sedih karena baju kesayangan beliau menjadi rusak karena salah prosedur.

Belajar hal lain adalah tentang berbagi makanan. Terbiasa makan sendiri dan nggak bagi-bagi harus membuat saya lebih mendisiplinkan perut dan tangan agar mereka selaras ketika memiliki keluarga besar. Berbagi itu indah kok, apalagi kalau ada indomie goreng #apasih. Yap, kalau misal masih lapar karena busui itu dikit-dikit lapar yasudah indomie gorenglah solusinya. Betul?

3. Belajar Menghandel Komplain

Capek-capek masak, nggak dimakan. Atau cuma diicip. Atau dimakan tapi tidak sepenuh hati alias dikritik dan dibandingkan dengan masakan warung. Jangan mutung ya buibu wkwkwk.

Ibu mertua saya itu termasuk pinter masak tapi sering sekali 'ditampar' sama kebiasaan bapak dan anak-anaknya yang suka jajan di luar lho. Nah, jangankan komplain soal rasa makanan, bolak-balik ngangetin makanan juga sering. Dari beliau saya juga akhirnya belajar kelak ketika saya harus menghadapi kritik dan konsistensi memasak untuk keluarga.

4. Belajar Ilmu Parenting Dan Ilmu Keluarga

Meskipun ibu mertua saya tidak suka membaca, pengalaman beliau dalam mengasuh tiga anak tentu saja pengalaman yang amazing to share dong. Dari beliau pula saya belajar bahwa menjadi ibu rumah tangga dengan pendidikan tinggi itu tidak akan merugi. Asal apa? Tidak melulu melihat pencapaian orang lain untuk terus kita jadikan standar.

Memang sih kalau boleh memilih kita tinggal dimana, kita tentu akan memilih tinggal di tempat lapang, mandiri dan cukup. Tetapi ketika kita dihadapkan pada posisi yang berkebalikan, jangan melulu mengeluh karena keadaan. Cari potensi yang bisa kita gali, cari ilmu yang bisa kita dapat dan cari berkah yang kita tidak tau dimana dan kapan ia akan menyertai.

Jumat, 17 November 2017

Tips Mencari Bacaan Asyik di Whatpad

Hallo teman, kalian pernah dengar kan istilah stereotipe kah? Hehe saya menemukan kembali istilah itu di whatpad lho. Saya ingat pernah mendapat mata kuliah tentang perilaku organisasi, yang notabene sangat teoritis, dan betul-betul membutuhkan banyak sekali literatur. Mungkin istilah stereotipe ini masuk dalam frame mata kuliah saya yang satu itu seharusnya.

Kali ini saya bukan mau sharing tentang stereotipe-nya, tapi tempat dimana saya menemukan istilah itu (kembali). Yap, whatpad atau 'platform orange' begitu orang kebanyakan menyebutnya. Satu dari sekian teman saya bilang "hari gini masih main whatpad?". Saya sih cuek aja, Selama saya enjoy why not? dan saya berpikir whatpad nggak seburuk itu kok. Kalau whatpad seburuk itu, mana ada akun penerbit mayor yang rela bikin akun disana coba. Nge-share novel yang mau di launching secara free, walau pun nggak kelar. Lumayan bisa icip duluan kan, Hahaha...

Nah buat kalian yang merasa selalu gagal nyari novel kece di whatpad. Saya mau bagi tips biar kalian bisa nemuin novel yang lumayan. Kenapa hanya lumayan? Karena novel di whatpad yang biasanya akan naik cetak, belum melalui proses editing jadi mungkin ada beberapa typo, kalimat tidak efektif dan faktor lain yang membuatnya menjadi 'kurang kece'. Tapi sudah layak terbit lho ya, buktinya banyak juga kok yang melakukan self publishing dan laku keras. Bagi saya sih masih OK, asalkan packaging ceritanya masuk akal dan nggak cuma jualan adegan 'ehem-ehem'. Ngerti kan maksud saya? Kalau nggak ngerti silakan japri saya, hihihi...okay lets check :

1. Masuk ke menu Home (icon rumah) dan klik rekomendasi.

Disitu biasanya akan muncul beberapa novel yang sedang in atau disebut dengan what's hot. Ikuti tanda tagar contoh : (#1 in chicklit). Ini bisa jadi salah satu opsi cara memilih novel yang cukup banyak pembacanya. Baca blurbnya terlebih dahulu, then kalau memang suka masukkan  saja novel itu ke library kalian. Kalau tidak cocok tinggal say good bye. Saya biasanya membaca setidaknya 3 bab baru memutuskan add to library atau tidak. Ada juga kok bacaan yang banyak pembacanya tapi saya nggak masukkan library, ya karena selera saja sih.

2. Cari akun seleb whatpad.

Bukan tanpa tujuan ya, biasanya para selebpad(begitu saya sebut mba kece di whatpad yang followernya sudah banyak dan produktif) akan memfollow akun-akun kece lain. Atau bisa juga para selebpad ini akan membuat reading list yang bisa kita intip, dan kita contek bacaannya. Jangan sungkan untuk sekedar nyontek bacaan para mba selebpad ini, karena bisa jadi selera bacaan kita sama dengan mereka lho.

3. Whatpad walking.

Bagi kalian yang sibuk, ini bisa dikerjakan pas lagi senggang ya. Saya biasanya melakukan ini ketika saya mau tidur, sekedar mencari bacaan buat tambahan library saya. Hehehe, emang sekurang kerjaan itu saya. Karena membaca buku sudah terlalu mainstream, dan bacaan yang sudah habis biasanya saya ngubek-ubek whatpad. Ini sih semacam lempar dadu ya, kalau 'bejo' ya nemu cerita bagus kalau nggak ya udah nggak saya ambil pusing.

4. Minta rekomendasi teman.

Akhirnya setelah kurang lebih enam bulan saya main di whatpad saya nemu partner juga. Siapa dia? Jeng...jeng my sister in law. Beda usia dengan saya sepuluh tahun sih, tapi saya dan dia sesekali colek-colekan kalau pas sharing bacaan. Seru juga lho, hehehe. Nah kalau kalian butuh teman atau sekedar referensi buat cari bacaan di whatpad sini boleh banget colek saya. Balik lagi ke selera sih ya, tapi saya nggak sesesat itu kok kalau ngasih rekomendasi jadi don't worry to much baby.

Akhirnya pecah telur juga sis, alusin aja shay hahaha. Setelah sekian bulan ngedekem dan aja aja alasannya. Nulis ya nulis aja, kalau banyak baca nggak nulis ntar takutnya jadi gampang kesemutan atau mudah emosi shay. Wis me luck. Semangat lagi :)

Kamis, 26 Oktober 2017

3 Tips Bermanfaat Membeli Cake Seleb Yang Kekinian

Saat ini, kemajuan bisnis kuliner menjadi 'ladang emas' bagi sebagian orang. Bagaimana tidak? Selain keuntungan yang cukup fantastis, perputaran uang dalam bisnis ini terbilang lebih cepat dibanding bisnis di bidang lain. Sebut saja pedagang mendoan. Di tempat tinggal saya, -Purwokerto- mendoan (mentah) dijual ecer Rp 250,-/slice. Katakanlah itu harga retail, menurut dugaan saya jika yang membeli sesama pedagang, dan akan dijual kembali harga belinya akan menjadi lebih murah. Nah, katakanlah harga pokok mendoan(matang)per slice adalah Rp 500,-, sedangkan harga jualnya bisa menjadi Rp 1.000,-. Maka keuntungan berjualan mendoan bagi seorang pedagang gorengan adalah kurang lebih 50% dari jumlah modalnya. Cukup menggiurkan ya?

Tak ketinggalan, para selebriti tanah air banyak yang 'melirik' bisnis di bidang kuliner. Sebut saja pasangan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, selain memiliki brand baju sendiri, pasangan ini juga memiliki jaringan resto bakmi yang memiliki beberapa cabang dan cukup populer. Belum lagi brand snack yang sudah masuk ke jaringan retail di Indonesia. Nah, baru-baru ini Gigi -panggilan Nagita Slavina- juga melaunching Gigieat Cake. Diikuti oleh seleb lain, sehingga cake-cake besutan seleb ini bertebaran bahkan hampir di seluruh pelosok tanah air. Baru-baru ini saya mencoba RoRu Cake milik Ruben Onsu dan cake milik Arief Muhammad, seorang blogger sekaligus aktor. Rasanya? Hehe...Ya gitu. Cuz cobain (sendiri) lah. Nah, biar ada kenang-kenangan, karena mencicipi kue seleb adalah moment yang cukup langka buat saya. Saya 'meramu' tiga tips ini agar para kuliner lover tidak lupa-lupa terhadap deskripsi dan rasanya. Selain  bisa berbagi pengalaman dengan para netter, juga tidak akan terlupakan begitu saja. Simak yuk gaes :

1. Jangan Berekspektasi Terlalu Tinggi

Yap, demam kue seleb membuat saya semacam mengalami 'fear of missing out' gitu deh. Apaan sih? itu lho takut dikatakan nggak kekinian. Demi apa coba? Lidah donk. Strategi marketingnya, gambarnya, antriannya membuai banget kan ya? Seolah-olah kalau nggak ikutan nyicip dunia ini akan berakhir, hahaha lebay.
But plis sebelum icip jangan berekpektasi terlalu tinggi karena lidah nggak bisa bohong kan? Nggak perlu jadi ahli pattieseri kok untuk komentar rasa kue. Kalau saya sih, rasanya masuk atau nggak. Itu aja, cukup.

2. Patungan
Hehehe...harus banget ya? Nggak kok. Ini berlaku buat emak irit macam saya. Katakanlah harga cake itu Rp 80.000,-/kota. Kalau belinya di luar kota, kita bisa kena jastip plus ongkir. Kalau hanya untuk membeli rasa penasaran biasanya nggak perlu makan banyak kan biar puas? Cukup icip sedulit, dan udah puas. Setuju? Jadi patungan adalah jalan bijak buat kamu yang penasaran terhadap rasa kue seleb yang kekinian namun peduli terhadap kantong.

3. Ceritakan/review di Media Sosial
Yang pertama, kita bisa menyajikan gambar as a kuliner reviewer. Kalau gambar yang disajikan oleh penjual/selebnya sendiri sudah pasti menarik karena tujuan mereka memang komersial. Nah, kita sebagai pemakai kamera biasa/ non pro bisa menyajikan real picture (seperti kata emak-emak fans olshop), "Real Pic donk Sis" =D. Dengan tidak ada maksud menjelelekkan ya mak tentu saja.

Yang kedua, kita bisa mendeskripsikan produk, menceritakan rasa secara objektif, boleh juga mencantumkan harga, size kue dan cara mendapatkan produk misal : by gojek atau jastip.

As a sample saya dapat satu potong cake kekinian dari adik saya. Ia membelinya melalui sebuah jastip di Jakarta. Kue kekinian itu adalah milik seorang youtuber, Arief Muhammad. Deskripsi kuenya ya : Paduan antara cake (mirip sponge cake, tapi lebih berat), potongan wafer, dan chocolate rice crispy. Jadi ada tiga lapis dalam satu gigit. Rasanya manis dan crunchy (seharusnya), karena saya mendapatkan ini sudah dalan kedaaan tidak utuh jadi melempem lah komponen yang seharusnya crunchuly itu. May be ini lebih enak dimakan langsung setelah order karena ada tekstur cruchy yang tidak harus kita pertahankan : layaknya sebuah hubungan :p

Semoga tiga tips tadi bisa membantu meredakan gundah gulanannya mak-mak semua karena ngidam cake kekinian. Selamat icip-icip, duh gratis apalagi hihihi. Jangan lupa reviewnya mak. Itu penting demi menyelamatkan lidah dan juga kantong emak yang lain tentu saja.

Jumat, 06 Oktober 2017

Tips Agar LDR/LDM Menjadi Lebih Berkesan

"||...Seandainya, jarak tiada berarti akan ku arungi ruang dan waktu dalam sekejap saja||
Seandainya sang waktu dapat mengerti, takkan ada rindu yang terus mengganggu|| Kau akan kembali bersamaku..." (LDR - Raisa)

Siapa yang masih terbawa perasaan (baper) melihat kemesraan babang hamish dan raisa? Hahaha...saya salah satunya. Belum tuntas kebaperan sama precious moment -nikahan- mereka. Ditambah harus menyimak foto dan video prewedding yang justru booming setelah mereka sah alias nikah. Dan lagi-lagi, beredar foto yang 'unch' banget ketika mereka honeymoon di eropa. Duh pothek hati emak.

By the way, kali ini saya pengen bahas soal LDR, eh LDM lebih tepatnya. LDM alias long distance married. Istilah ini saya pinjam dari owner label Ummu Balqis yang empunya akun instagram @baby_hijaber. LDR berakhir kandas saya pernah lho, curhat mak? Alhamdulillah, LDR yang terakhir sampai ke pelaminan. Bahkan setelah menikah sudah dua kali ini LDR-an, lebih tepatnya LDM-an.

Saya sih belum bisa dibilang pakar LDR atau pun LDM ya karena juga baru beberapa kali dan terhitung dalam waktu yang tidak lama. Saya yakin banyak para pejuang LDR/LDM yang jauh lebih mumpuni daripada saya. Tapi boleh ya kali ini saya share beberapa tips melewati LDR/LDM dengan gilang gemilang, cerah ceria dan cetar membahana. Yuk simak mak :

1. Berpikir Rasional
Namanya ciwik, hati melulu kan ya yang dipikirin. Sesekali coba yuk rasional. Pikir baik-baik tujuan LDR/LDMan itu untuk apa. Studi-kah, kerja kah atau sekedar happy-happy kah. Saya salut banget sama adik tingkat saya. Sebut saja namanya Jundi. Dia rela resign dari pekerjaan di Indonesia, demi membersamai sang istri (muth) yang menempuh studi di Inggris sana. Masyaa Alloh love you both dears. Barokalloh. Lho, kok jadi OOT? Nggak sih. Itu adalah contoh pemikiran rasional laki-laki menurut saya, mengingat waktu sang istri sedang hamil dan harus merantau, jauh pula.

2. Bertenggat Waktu
Hehehe, saya juga adalah 'korban' resign karena waktu itu pernah memutuskan mengikuti suami. Bukan sekedar emosi sesaat sih, banyak orang yang meyanyangkan tapi saya bawa happy saja. Pasalnya apa? Tidak ada yang tau dari kami sampai kapan LDMan kami itu berakhir. Karena suami terikat pekerjaan, saya pun demikian. So, kalau memang tenggat waktunya kurang jelas berapa lama harus LDR/LDMan yuk lah dikaji ulang atau betulan kalian sudah siap dengan segala konsekuensinya?

3. Komunikasi Lancar
Mak yang namanya komunikasi itu nggak harus tiap hari telponan, video call-an, saling berbalas pesan ketika berjauhan. Yang terpenting dari komunikasi adalah adanya kesadaran dari dua belah pihak untuk menginfokan 'whats the news?' Misal, hari ini saya melakukan sebuah kegiatan penting (misal : spa di salon hihi)boleh diinfokan kepada pak suami. Disertai bertanya kabar, dan atau info lain. Nah, jika respon dari si do'i slow, jangan langsung ngamuk, calm down aja lah. Mengingat suami saya itu tipe slow pula kalau urusan berbalas pesan, maka saya sudah jadi jagonya cooling down. Jago ciye, jago.

4. Jaga kepercayaan
Sosial media sekarang ini menjadi salah satu pintu untuk kita mencari teman, dan tanpa batas. Batas usia, gender, suku, agama, bahkan RAS. Sosmed bahkan menjadi ajang untuk mencari jodoh, dan yang tadi saya tonton di televisi cukup eng-ing-eng. Why? Menurut data pengadilan negeri bekasi, kasus perceraian beberapa tahun ini mengalami kenaikan, alasannya adalah salah satu dari para pelaku perceraian tersebut melakukan perselingkuhan via sosmed. Naudzubillah, semoga kita semua bisa menjaga diri ya mak. Aamiin.

5. Menekan Pengeluaran
Siap LDM harus siap menanggung istilah 'beda dapur'. Pengeluaran lebih banyak? Sudah pasti. Jadi be a wise dalam menggunakan uang ya mak. Atau memilih seperti saya, numpang di PIM residence alias Pondok Rumah Mertua haha..#becandainimah. Tapi betulan lho saya berusaha menekan budget semenjak LDM-an kali ini karena LDM-an dua tahun lalu saya masih berpenghasilan tetap, sedangkan saat ini tidak.

6. Quality Time
Jarang ketemu, sekalinya ketemu sama-sama lelah. Yang satu lelah di perjalanan pulang satunya lelah menjadi single fighter mengurus rumah dan anak. But quality time itu keharusan lho mak. Nggak harus jalan-jalan ke eropa, cukup ngeteh sembari nyemil pisang goreng sambil ngobrol berdua. Intinya harus sama-sama pengertian kalau satu pihak sedang lelah maka jangan memaksakan kehendak. Misal suami saya lelah, saya ngebet ngajak jalan-jalan. Jatuhnya malah nggak enjoy, satunya nggak enak, satunya manyun. Semoga sih saya tidak demikian, atau kalau demikian pun suami saya mengerti hihi.

Buat para pejuang LDR/LDM tetap semangat ya. Semoga akan ada rasa manis, ketika LDR/LDM sementara waktu ini kurang 'gurih' rasanya. Semua tidak akan terasa, jika kita menikmatinya. Ibarat makan indomie, makannya dikit-dikit sampai kuahnya tandas. Apa sih gueh? Ah sudah, happy Friday night.

Semarang, 06-10-2017.

Selasa, 03 Oktober 2017

Masa MpASI : Saya tak berani coba-coba

Masa MPasi kerap menjadi momok bagi sebagian ibu muda, begitu juga saya. Belum apa-apa para 'imud' a.k.a ibu muda ini sudah menduga-duga. Jangan-jangan nanti anak saya alergi, nggak doyan atau parahnya GTM. Padahal belum juga dijalani. Hehe, memang begitu kok bu. Ibarat kita masih kelas satu mencoba menerka-nerka ujian untuk kelas tiga. Hasilnya pasti tak terbayangkan bukan?

Perkenalkan saya adalah seorang ibu dari batita berusia 14 bulan. Anak saya cukup unik karena sesekali saja makan dengan sendok. Ya, selebihnya dia minta disuapi menggunakan tangan. Bahkan ketika dia makan dengan sayur. Mungkin orang berfikir,  nggak higienis, 'kemproh' dan lain sebagainya. Tapi saya pikir nggak apa-apa sih, toh dia belum makan bakso. Asalkan tangan saya dan dia bersih selama prosesi makan, why not? Tadinya betul-betul ketika dia melihat sendok, dia akan langsung geleng-geleng bahkan menangis. Alhamdulillah, sekarang sudah lebih kooperatif. Kadang mau, kadang hanya diminta sendoknya untuk mainan.

Sarapan, saya lebih suka memberinya cemilan berat semacam arem-arem, biskuit, kue atau buah. Untuk makan siang dan sore saya membuat menu yang sama. Sesekali dia makan makanan keluarga, tetapi saya lebih sering memasakkan sendiri untuknya karena makanan keluarga cenderung memiliki rasa yang lebih strong seperti pedas, beraroma tajam, dan lebih berbumbu. Untuk bumbunya masih minimalis, bawang merah-putih, garam, dan gula. Sesekali saya juga menggunakan minyak goreng, santan, dan kecap juga, walaupun hanya dalam porsi kecil.

Usia enam hingga delapan bulan dia hanya mengkonsumsi pisang lho. Kebayang nggak gimana paniknya saya ketika nggak ada pisang di tukang sayur? Sunpride Every Day lah jawabannya. Mudah dicari, dan terjamin. Hehe, ada pikiran nggak sih takut anaknya kurang gizi hanya karena mengkonsumsi pisang? Ada, tentu saja ada. Menginjak usia ke sembilan ia sudah mau makan nasi tim saring. Saya berpikir karena saya mengenalkannya pisang yang notabene manis, sehingga ketika beralih ke nasi tim pun tidak instan.

Setiap saya membuat makanan untuknya, saya selalu mencicipi makannya. Dan setelah berkali-kali percobaan. Saya lebih banyak mengkombinasikan menu makannya dengan jagung manis sebagai sumber makanan pokok, pengganti nasi. Saya juga sesekali memberinya kentang lumat atau mashed potato. Selain lebih mudah memasaknya, penggunaan jagung manis sebagai makanan pokok tidak memakan wartu terlalu lama. Hanya mengukus semua bahan, lalu melumatkannya diatas saringan. Saya sudah pernah dicoba memakai blender, tetapi dia tidak terlalu berselera. Selain itu rasanya pun tidak seenak ketika saya lumatkan secara manual. 

Saya mencoba Mengkombinasikan segala jenis sayur, tetapi saya hanya sedikit mencoba makanan yang tinggi potensi alergi untuk protein hewaninya. Saya memang tergolong ibu yang tidak kreatif, maafkan ibu ya nak. Duh kalau melihat bagaimana ibu-ibu bereksperimen dengan MPasinya rasanya pengen ikutan, tapi lagi-lagi saya hanya 'mencari aman'.

Menginjak usia sebelas bulan, saya menilai ia tidak terlalu lahap makan. Saya pikir mungkin mau tumbuh gigi, saya naikkan teksturnya tetap saja dia tak mau. Awalnya, ketika saya makan saya masukkan sedikit nasi ke dalam mulutnya, dan anehnya dia seolah menagih "mana jatah saya bu?" setiap ia habis mengunyah. Jadilah mulai usia sebelas bulan ia mengkonsumsi nasi lembek, dengan sayur dan lauk yang dikukus. Simpel ya? 

 Sebaiknya jangan terlalu stres ketika anak tidak mau makan sesuatu yang menurut kita baik. Memang sih capek, tetapi kalau dia lahap, kita juga puas bukan? Karena pada dasarnya ia hanya belum tau manfaat yang terkandung dalam makanan yang kita pilihkan untuknya. Kelak, ketika ia sudah bisa diajak komunikasi dua arah kita bisa mengajaknya untuk belajar memilih dan menyukai makanan sehat, setuju ya. Sejauh ini alhamdulillah anak saya tidak pernah mengalami GTM parah. Dan saya belum pernah memberinya bubur instan sekalipun dalam kondisi travelling, memang bukan suatu kebanggaan. Tetapi itu menjadi catatan perjalanan saya selama MPASI. Kuncinya hanya perlu bersabar dan terus mengganti menu makannya agar ia tidak bosan. Sama seperti kita yang makan nasi, sesekali kita juga ingin makan bakso bukan?

Semarang, 3 November 2017


Jumat, 29 September 2017

Tips Memilih Sepatu Anak

Malam ini semarang cukup sejuk karena hujan turun beberapa saat lalu. Dulu jaman saya SMP saya cukup stres jika malam turun hujan. Kenapa? Karena saya harus menempuh perjalanan kurang lebih selama 30 menit dengan berjalan kaki untuk sampai ke sekolah saya. Melewati areal persawahan dan jalan becek yang membuat alas kaki saya kotor ketika sampai sekolah. Jika musim hujan tiba, bertambah pula nestapa hati ini hihi. Berpayung daun ketika lupa membawa payung, membeli kantong plastik untuk melapisi tas yang tidak waterproof, memanggang (istilah ibu saya : nggarang) sepatu yang lembab. Duh-duh, indahnya masa-masa itu.

Sejak jaman kuliah saya memilih sepatu karet sebagai koleksi wajib alas kaki saya. Selain harganya terjangkau, mudah dikeringkan, dan bisa tetap menerjang air sepatu karet juga memiliki variasi lucu-lucu lho. Ciwik-ciwik kan suka sama namanya barang lucu kan? *kedip-kedip mata*. Untuk sekarang saya juga demikian. Selain memilih sepatu karet, saya juga memilih warna basic agar sepatu-sepatu saya bisa di mix-match kan dengan baju saya. Misal : black, navy, cream. Cukup mewakili semua baju-baju donk dengan tiga warna itu?

Nah selesai urusan alas kaki si emak, pindah lah tugas saya sebagai ibu negara untuk memilihkan alas kaki terbaik buat buah hati saya. Saya bukan tipe ibu fashionable, dan tipe praktis namun tetap ekonomis. Mengedepankan kebersihan, kenyamanan dan kerapian bagi saya cukup. Misalnya : kenapa anak saya selalu saya pakaikan piyama ketika sore hari, setelah mandi? Pikiran simpel saya karena dia hendak tidur. Ya, sekali pun saya mengajaknya jalan-jalan sore keliling komplek itu belum merubah pakem saya untuk merubah style anak saya. Kan suka ada ya ibu yang mendandani anaknya, dari atas sampai bawah setiap selesai mandi, walau pun tidak ada acara khusus (semisal : bepergian, arisan atau posyandu). Nah, tanpa bermaksud menjustifikasi orang itu, hanya saja saya bukan orang yang demikian.

Saya sering lho mendapat belas kasihan dari orang-orang karena tidak memakaikan alas kaki untuk si kecil. Tapi saya tidak terlalu ambil pusing soal itu. Alasan saya waktu itu adalah karena anak saya belum belajar jalan. Sekali pun ada istilah prewalker shoes, saya tidak repot membudget untuk membelikannya sepatu yang jatuhnya hanya akan bermanfaat sebagai aksesoris belaka. Dua kali saya membelikannya sepatu, tidak terlalu mahal sih tetapi jatuhnya mubadzir. Nah, jadi menurut saya kapan sih bu kita harus mulai memikirkan sepatu anak? Jawaban simpel saya adalah setelah ia belajar berjalan. Nah, dibawah ini saya akan menjabarkan beberapa pertimbangan membeli sepatu untuk buah hati saya. Monggo bisa disimak, siapa tau suatu saat bermanfaat :

★ Bahan

Bahan disini saya memilih yang ringan. Kualitas jahitan kuat, bahan kainnya tidak panas agar kaki si kecil tidak lembab. Sekali pun nanti harus dipakaikan kaos kaki.

★ Desain

Saya memilih desain seperti gambar dibawah (terbuka bagian depan) karena pertumbuhan kaki si kecil cukup cepat. Lebar bagian samping agar tetap nyaman dipakai. Pilih warna yang cukup netral agar bisa masuk jika dipasangkan dengan koleksi baju si kecil.

★ Harga

Ada keuntungan khusus yang bisa kita dapatkan dengan tidak buru-buru membelikan si kecil sepatu. Apakah itu? Kita bisa menyisihkan uang budget sepatu semenjak ia berusia enam bulan, misal Rp 20.000,-/bulan misalnya. Dimana pada saat itu mungkin orang lain akan berlomba-lomba membelikan sepatu hingga berpasang-pasang bagi si buah hati. Nyatanya itu hanya demi memenuhi hasrat belanja sang ibunda. Bagi saya alas kaki untuk buah hati sebelum berjalan adalah kaos kaki. Simpel ya? Memang. Nah, jadi ketika kelak membelikannya sepatu dengan sedikit merogoh kocek agak dalam tak masalah karena sudah saving money bu.

★ Merk

Penting nggak? Buat saya tidak terlalu penting asal ketiga syarat di atas terpenuhi.Ceritanya Si kecil mendapat 'lungsuran' sepatu dari tetangga. Merknya cukup komersil lho tetapi setelah saya bandingkan dengan yang baru saya beli, spesifikasinya cukup jauh ternyata. Balik lagi ya, bagi saya harga pun tak jadi masalah asalkan itu sesuai kantong saya. Kenyamanan bahan dan desainlah yang terpenting buat saya.

I think enough. Terimakasih bagi yang sudah berkenan mampir. Silakan tinggalkan jejak ya :)

Semarang, 29-09-207

Kamis, 28 September 2017

Kelebihan Kereta Api Yang Membuat Saya Enggan Berpaling

Duh, saya terlambat memenuhi #3DAYS1POST kali ini. Pasalnya semalam saya ketiduran, hp mati, dan saya lelah hahaha...
Sebagai hukuman atas ketidak konsekuenan saya terhadap apa yang sudah saya janjikan, maka saya menetapkan hukuman. What? Saya akan mengepost dua hari berturut-turut dan kembali pada aturan 3 hari 1 posting lagi. Semangat! *bawa pom-pom*

Untuk kali ini perkenankan si emak dzakir a.k.a saya sendiri bercerita sedikit alasan kenapa saya suka berkereta api. Baru dua kali sih perjalanan berdua, seringnya bertiga. Dan yang terakhir adalah kemarin pas pulang semarang. Jeng...jeng...ransel, travel bag, dan goody bag melengkapi perjalanan kami bersama kereta kamandaka - Purwokerto Semarang-. Simak ya mak :

1. Adanya Jalur Khusus
Sudah sering dengar ya kecelakaan di palang perlintasan kereta api. Rada serem gimana gitu dengernya. Sebagai pedistrian, atau pengguna jalan kita wajib hati-hati jika dekat rel atau palang pintu. Sebagai penumpang kereta kita diistemewakan karena jalur khusus membuat perjalanan kita nyaman, waktu tempuh lebih bisa diprediksi, dan tentu saja tidak macet. Kalau jalur busway bisa diserobot, maka kira-kira siapa yang berani menyerobot jalur kereta?

2. Tempat Duduk 2-2
Pelayanan transportasi darat dengan kereta api sangat pesat perkembangannya akhir-akhir ini. Two thumbs up buat pihak pengelola, semoga bisa diikuti oleh fasilitas layanan publik yang lain. Tempat duduk 2-2 baru saya nikmati kemarin, dimana space menjadi lebih lega. Sekali pun menggunakan kereta ekonomi jangan khawatir karena seat akan tetap 2-2.

3. Terdapat Lorong Yang Bisa Dimanfaatkan
Mengajak bayi yang sedang aktif belajar jalan, tentu lebih membutuhkan ruang gerak yang cukup luas. Karena itu saya memilih kereta api. Selain pemandangan yang kece abis, saya bisa memanfaatkan lorong untuk mengajak bayi saya berjalan-jalan. Baik saya gendong, atau saya titah untuk berjalan sendiri. Sangat bermanfaat, sekedar untuk melakukan streching bagi orang dewasa pun OK.

4. Tepat Waktu
Selain jadwak keberangkatan yang tepat waktu, waktu tempuh pun selalu diumumkan di awal. Hal ini membuat nyaman ketika akan menginfokan kepada pihak keluarga kapan kita akan sampai di stasiun akhir. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan suatu saat kereta terlambat, karena satu dua hal yang pasti urgensinya sangat tinggi.

5. Ekonomis
Kalau untuk hal satu ini relatif ya mak. Kalau mau ekonomis ya naik kereta ekonomi, pesan jauh-jauh hari dan pilih gerbong yang paling depan. Hehe, pengalaman banget ini mah. Tapi worth it kok mak, sekali naik eksekutif berasa gimana gitu *uhuk*. Menurut saya sih masih murah, dengan fasilitas segambreng itu.

6. Restorasi
Cukup menolong buat yang terburu-buru. Karena kepepet itu sering terjadi, maka sesekali boleh lah kita bisa manfaatkan restorasi. Hehe, saya pernah baca ulasan seorang teman tentang harga mi cup dan air mineral di kereta. Dia nggak setuju banget kenapa harganya jadi berlipat-lipat. Well, sesekali saja boleh ya mak. Kalau tiap hari naik kereta dan tiap hari kita jajan ya resiko ditanggung penumpang.

7. Powder Room
Eng ing eng, plis jangan dibandingin sama toilet mall yang biasa buat selfie ya mak. Sekedar mengosongkan kantong kemih alias BAK itu bikin plong lho. Duh kebelet pipis bakal aman kalau di kereta. Walau nggak nyaman-nyaman banget tapi menolong sekali.

8. Fasilitas Tiket Online
Booking tiket lewat aplikasi hand phone, bayar lewat m-banking, datang setengah jam sebelumnya, print tiket, beres deh. Mudah, cepat, simpel, aman, nyaman. Tempat duduk pun nggak bisa diserobot. Hati tenang, wajah berbinar karena bisa selonjoran kalau pas seat sebelah dan depannya kosong. Jaman canggih begini ojek aja online, apalagi beli tiket. Katanya bisa beli buat setahun lho, sedep ya. Iya sedep juga duitnya haha.

Fyi :
(-) Kemarin setelah di atas kereta nggak ada pengecekan tiket lagi seperti yang sudah-sudah. Yang ada hanya teguran buat seorang Bapak-bapak yang entah gimana caranya bisa beli tiket 8 seat, dan hanya terpakai 3 seat saja. Dan lagi si bapak-bapak dengan bebas berkelakar, berseru-seru, dan ujung-ujungnya kena penertiban. Jadi buat mak-mak yang kelebihan uang tetap bijak ya mak. Berapa yang berangkat, berapa tiket yang dibeli. Siapa tau ada penumpang lain yang bisa memanfaatkan kursi yang kita pesan tapi tidak kita tempati.

(-) Saya naik kereta Kamandaka start dari Purwokerto-Semarang. Kebetulan saya duduk di Bangku 3D Gerbong 1. Posisi mundur, dekat dengan jendela sisi out line (baca : sisi kiri). Nah, sekedar info ya yang biasanya pusing-pusing jika berjalan mundur maka jika kita berangkat dari Purwokerto maka pilih no Genap dan Abjad D. Jika ada penawaran seat maka manfaatkan itu ya mak. Nah, jika sebaliknya (Semarang Ke Purwokerto) maka pilih no Ganjil dengan huruf A. Jika ingin menikmati pemandangan sisi terluar kereta api.

Selamat berkereta api :)

Semarang, 28-09-2017.

Minggu, 24 September 2017

Memperkenalkan Dunia Literasi Sejak Dini

Semarang sore ini mendung temans, tadi siang bahkan sempat hujan dan di beberapa titik terdapat genangan. Btw, siang tadi saya dan duo macan (baca : mama cantik) mengadakan city tour dadakan. Ceileh, cuma semalam kami rencanakan dan alhamdulillah hari ini bisa juga kesampaian.

Nggak jauh sih, seputaran semarang saja dan mengunjungi teman semasa kuliah sebagai agenda utama. Nah, dua teman saya itu (whini dan ocha) suka sekali membaca dan menulis. Whini adalah seorang penulis, sedangkan ocha adalah seorang blogger. Saya? Hehe sedang memperjuangkan keduanya.

Saya mengagumi sosok whini yang bisa mengajarkan ke dua buah hatinya merasa happy dengan dunia literasi. Mereka asyik sekali bercerita tentang buku. Bahkan mereka girang dan riang ketika whini bilang akan mengajak mereka ke gramedia. Toko buku besar, begitu kata kedua putri si ibu mungil itu.

Saya mencoba meneladani sosok whini, turut mengenalkan dunia literasi kepada buah hati saya sejak dini. Salah satu caranya adalah dengan membacakan buku-buku bergambar kepada  buah hati saya, hampir setiap hari. Mencoba berkomunikasi dengannya melalui buku.

Saya memiliki program khusus yang sedang saya galakkan. Whats new? setiap bulan saya harus membeli setidaknya satu eksemplar buku khusus untuk buah hati saya. Tidak harus mahal kok, hanya kisaran 30 ribuan. Mungkin terkesan mahal dan berlebihan ya? Semoga sih tidak. 

Begini,  saya pikir dengan uang jajan Rp 1.000,-/hari, yang sekarang hanya bisa digunakan untuk membeli dua butir cilok bisa lho digunakan untuk membeli sebuah buku. Karena anak saya tidak jajan cilok, apalagi setiap hari. Bagaimana caranya? Ya uang Rp 1.000,- itu saya kumpulkan dan saya belikan buku di akhir bulan atau di awal bulan berikutnya.

Seringkali ya, kita merasa boros untuk membeli buku tetapi tidak untuk hal lain. Misal : jajan, makan di luar, membeli baju, hijab atau bahkan kosmetik. Karena apa? Tentu saja mind set. Buku itu hampir sama dengan investasi jangka panjang bagi saya. Sedangkan makanan dan jajan itu sekedar kebutuhan atau keinginan yang sementara.

Mari membaca, merubah dunia melalui mindset kita. Mari cintai dunia literasi, agar waktu luang menjadi lebih terisi. Mari mengajarkan anak-anak mencintai buku, agar kelak mereka mencintai pengetahuan dan ilmu.


Semarang, 24-09-2017

Rabu, 20 September 2017

Mengkomunikasikan Hobi Bersama Pasangan

Menikah bukan saja soal menyatukan visi dan misi, tetapi juga seluruh packaging yang ada dalam diri pasangan. Baik-buruknya, kurang-lebihnya, dan warna-warni lain yang membuat kehidupan rumah tangga menjadi lebih berwarna. Nah salah satu contoh yang akan saya bahas kali ini adalah menyikapi hobi pasangan.

Usia pernikahan saya hampir berjalan tiga tahun, dan saya adalah seorang istri. Nah kira-kira apa saja sih hobi pasangan -suami- yang sering sekali menjadi keluhan? Sepak bola, memancing, memelihara burung, mengkoleksi batu akik, sampai hobi-hobi lain yang mengharuskan pecintanya mengeluarkan uang yang tidak sedikit.

Apa sih yang membuat istri terkadang merasa kesal dengan hobi para suami? Saya ambil contoh real saja ya. Hobi suami saya adalah menonton film baik itu di bioskop, televisi berlangganan, maupun internet. Yang sering membuat saya kesal adalah beliau sering lupa waktu jika sudah menonton. Entah itu mandi, makan dan hal lain yang semestinya lebih diprioritaskan.

Bagaimana saya menyikapi dan mengkomunikasikannya? Pada awalnya saya memang kesal dan sedikit merajuk bahkan marah ketika lagi-lagi beliau menonton film. Tetapi lambat laun saya akhirnya mengerti dan mencoba melihat dari sudut pandangnya. Saya setuju beliau menjalankan hobinya asalkan tanggung jawabnya di rumah dan di kantor sudah clear. Bonusnya adalah saya akan menagih cerita tentang film yang sudah ia tonton. Yang akan saya dapatkan adalah binar mata ketika ia mencoba meretelling apa yang sudah ia tonton. Suami saya merasa lebih dihargai, itu yang dapat saya tangkap.

Yang sering menjadi ganjalan di hati para ibu adalah suami melancarkan aksinya tanpa mempedulikan kebutuhan keluarga dan kurang bisa bertanggung jawab terhadap hobinya. Hal itu lah yang sebetulnya dapat memicu pertengkaran atau sekedar memercikkan konflik. Misal : hobi memelihara burung tetapi membuang kotoran burung dengan sembarangan. Contoh lagi hobi merakit elektronik tetapi malas untuk merapikan alat-alat setelah selesai melakukan praktikum. Ada lagi? Silakan bisa di sebutkan ya.

Asalkan para suami memahami kebutuhan dan skala prioritas rasanya tak akan lagi kita menemukan status-status di media sosial yang mengeluhkan soal hobi suami yang 'antik'. Poin pertama adalah kita sebagai istri harus berani mengutarakan maksud dan tujuan kita secara baik. Harapannya para suami akan lebih bisa menerima input yang telah berusaha kita utarakan kepadanya. 

Selanjutnya adalah utarakan juga apakah yang selama ini menjadi ganjalan terhadap hobi suami yang dirasa tidak sepaham dengan kita. Dengan demikian hal yang kurang sreg itu dapat suami mengerti dan ke depannya bisa diperbaiki/ diminimalisir. Sehingga, suami tidak hanya menerima 'omelan' saja tetapi juga input positif dari kita para istri tercinta.

Nah dengan itu rasanya suami akan merasa lebih dimengerti. Setiap pasangan memiliki keunikan dan perbedaan masing-masing. Tidak perlu membanding-bandingkan satu dengan yang lain. Hal terindah adalah ketika kita tau kekurangan pasangan kita, tetapi kita mencoba menerimanya dengan segala kelebihan diri kita.

Semarang, 21-09-2017

Senin, 18 September 2017

Menjawab pertanyaan tentang Me Time

Hallo temans, how about your monday? Saya cukup bahagia hari ini pasalnya saya bisa tidur siang - atau pagi lebih tepatnya-. Mengingat semalam saya packing dan mengerjakan pekerjaan rumah sampai pukul dua dini. Akhirnya saya bisamenemani si kecil tidur dari pukul 09.00-11.00 (baca : modus), padahal biasanya begitu si kecil tidur saya 'memulai aksi'. Happy monday, have a sleppy day deh ya : buat saya.

Selama hampir dua bulan saya resmi menjadi single fighter dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Walau pun selama ada suami juga saya terbiasa dengan hal itu. Tetapi rasanya suami bisa saya perbantukan untuk sekedar menemani si kecil bermain jika beliau di rumah.

Saya harus belajar urusan per-gas-an (memasang gas) yang suka rewel tiba-tiba, mengatasi listrik anjlok, menangani anak sakit, sampai remeh-temeh lain. Pencapaian saya yang cukup berani adalah ketika saya kembali mencoba mengendarai sepeda motor bersama si kecil. Kenapa saya sangat mengapresiasi kembalinya saya menyetir? Karena pasca pindah ke Bandung Agustus 2015 saya sudah tak lagi menyetir kalau tidak mendesak.

Si kecil terkadang memiliki jam tidur yang tidak bisa diprediksi. Bisa setelah magrib sudah tidur, bisa sampai jam 10 malam. Hari ini saja pukul setengah 9 malam ini, dia masih sibuk minta saya menurunkan apa-apa yang tergantung di rumah, mencari cicak, minta dititah. Ada hanger, mukena, tas, gendongan dan pernak-pernik lain berserakan di lantai dan sekarang hal itu sudah saya anggap lumrah. Walaupun rasanya sudah serapi mungkin, tetap saja tak rapi-rapi.

Ada kalanya di malam hari,  sekedar membuat mi rebus saya bisa nikmati karena saya merasa membutuhkan me time. Seperti semalam saya menyantap seblak pukul 10, terpaksa melupakan diet sementara waktu. Sekedar membaca buku, atau konsen bertilawah. Sekedar mandi, bahkan -maaf- BAB. Me time buat saya mah receh, remeh dan nggak mahal kok.

Saya pernah menjadi istri bekerja -bukan ibu bekerja- ya, bahkan jam kerja saya bisa dikatakan 24 jam stand by. Saya bukan security lho by the way. Bergerak gesit, kesana-kemari, sebagai analis, debt collector, sekaligus eksekutor di sebuah lembaga instistusi perbankan. Rasanya jika boleh saya bandingkan, kok masih capek sekarang ya. Sekali pun sekarang saya belum bisa 'ngisi kantong', justru bikin kantong bolong. But saya menikmati peran saya.

Nah, untuk itu sebisa mungkin jika ada suami saya meminta beliau untuk bergantian menjaga si kecil. Ada dua tujuan sebetulnya, untuk bonding antara si ayah dan anak. Serta manfaat lainnya adalah saya bisa ber me time. Seperti yang sudah saya bilang bahwa me time itu tidak mahal, dan pada dasarnya adalah kebutuhan dasar. Jadi jangan biarkan diri kita stres akut karena merasa kurang me time ya :)

Sesekali coba pakai masker, luluran dan merawat diri. Boleh juga ngemil coklat, es krim atau makanan yang selalu jadi penghalang diet kita. Bisa juga dengan menabung untuk berbelanja baju, hijab atau buku yang kita idam-idamkan. Atau melakukan hal yang bersifat meng-entertain diri kita sendiri. Jadi bahagia itu pilihan, dan eksekutornya adalah diri kita sendiri bukan? Jadilah bahagia dengan hal simpel bernama -me time-.

Purwokerto, 18-09-2017

Jumat, 15 September 2017

Pisang Coklat Simpel

Memasak adalah salah satu poin yang menjadi nilai lebih seorang ibu rumah tangga. Akan tetapi seorang ibu tidak lantas menjadi spesial di semua bidang bukan? Memasak pintar, menjahit pintar, mengurus rumah pintar, mengurus anak dan suami pintar. In my opinion : kalau bisa segala hal mungkin iya, tapi kalau semuanya bisa sempurna rasanya ibu akan menjadi sosok yang tanpa cela. Dan itu bukan saya, orang lain mungkin iya.

Siang ini saya menyelesailan membuat cemilan yang cukup simpel - pisang coklat. Tapi tidak sesimpel kelihatannya. Karena ada bayi satu tahun yang berusaha mencari-cari perhatian saya ketika saya sedang asyik sendiri. Lalu, ketika saya berhasil menenangkannya saya berpamitan untuk kembali ke dapur dia pun menyusul dengan riang. Mencoba meraih-raih kompor letaknya memang bisa ia jangkau. Dan itu kembali membuat saya terhenti beberapa saat.

Sebetulnya saya membeli kulit lumpia (instan) di mamang sayur sejak kemarin. Namun karena banyak hal yang harus saya kerjakan baru siang tadi saya eksekusi. Wah, cukup membuat kulit lumpia menjadi keras dan akhirnya harus saya kukus sebentar agar kembali lembut dan bisa saya gulung. Bermodal kulit 10pcs seharga Rp 1.500,- pisang kepok 4pcs Rp 2.000,- serta meses dan minyak goreng yang memang sudah tersedia membuat saya cukup bahagia. Sekali pun itu saya nikmati sendiri.

Semua pasti sudah bisa membuatnya bukan? Tinggal memotong pisang menjadi beberapa bagian, lalu mengisikannya kedalam kulit, menaburi dengan meses, menggulungnya, merekatkannya dengan tepung yang diencerkan. Kemudian finishing, goreng dalam minyak panas. Fyi, minyak goreng menjadi kecoklatan dan ada endapan coklat dibawahnya. Saya kemudian menyaringnya agar minyak itu bisa saya gunakan kembali.

Saya termasuk orang yang akan memasak jika mood saya baik. Oleh karenanya saya selalu mengupayakan mood saya baik ketika memasak. Kalau sudah lelah, saya akan memutuskan membeli. Bukan karena tidak mencintai keluarga melalui masakan, tentu saja saya mengupayakan hal lain. Misalnya : membaca buku kemudian membagikan cerita kepada suami saya. Bermain bersama anak saya sebagai bayaran mahal karena tidak memasak. Iya, saya seremeh itu.

Tempo hari, saya kena bully di sebuah grup karena saya bertanya hal remeh -menempelkan tepung roti ke risoles-. Ada mbak-mbak yang kemudian menasehati saya panjang lebar di forum, dan saya hanya mengiyakannya. Bagi saya memasak hanya sebagian yang perlu saya perhatikan. Ada bagian lain yang perlu saya perhatikan misalnya kebersihan rumah, kesehatan saya dan anak mengingat kami hanya tinggal berdua. Jadi untuk memasak hal sesimpel piscok bagi saya itu tidak simpel. Memasak harian iya, dan yang utama untuk si kecil. Jikalau saya lapar dan terpaksa tidak memasak, maka warung sebelah rumah menjadi jurus pamungkas saya.

Hidup itu simpel, sesimpel membuat piscok. Tetapi terkadang sudut pandang yang membuatnya tak simpel. Pengen makan piscok anak masih kecil dan belum memahami komunikasi dua arah yang saya bangun? Belilah jika memang ada uang. Jikalau tidak maka tahanlah beberapa saat, dan saat malam tiba eksekusi. Itu akan menjadi hal yang membuat kita bilang "worth it lah...". Menjadi ibu tidak semudah melahap sepiring makanan bertabur cabe bagi pecinta pedas.

Ini semacam self healing karena beberapa hari ini saya cukup lelah dan merasa butuh mengeluarkan uneg-uneg saya. Maaf jikalau tulisan ini sama sekali tidak bermanfaat. Ini sebagai jejak rekam bahwa saya sedang berusaha menyalurkan emosi saya melalui sebuah tulisan. Dan ini saya tulis guna memenuhi #3DAYS1POST saya. Terimakasih sudah berkenan membaca.

Selasa, 12 September 2017

Antara Raisa, LCB dan Mbak Tari

Hai, apakah salah satu dari temans mengalami kebaperan akut belakangan ini? Hehe...saya cukup sedikit terselamatkan walau pun beranda stori IG pecah sama berita pernikahan Hamish-Raisa dan juga LCB-Engku Emran. Pasalnya apa? Alhamdulillah saya sudah menikah. Coba kalau belum, beuh pasti terpotek-potek hati ini.

Well kali ini saya pengen bahas tentang konsep make up yang disorot banget sama netizen. Kalau buat saya Raisa dan LCB termasuk seleb yang memang bisa saya bilang cantik dari sononya. So, nggak di make up pun bakalan cakep. Tau kan ya kata bebas bisa disematkan sama siapa aja? (1) orang kaya (2) orang cakep (3) orang gila. Untuk Raisa dan LCB masuk kategori 1 dan 2 so saya bakal bilang "orang cakep plus kaya mah bebas."

Ketika para netter sibuk komen Raisa kenapa ya di hari pernikahannya malah dandan biasa aja? Nggak manglingi? Dan jawabannya adalah karena memang itu request dari sang suami. Karena hamish meminta Raisa tampil seperti biasa, jangan sampai kelihatan berbeda sekali karena make up. Pilihan jatuh kepada kedua mempelai bukan? So what :) Raisa tetap memukau kok menurut saya. Simpel, elegan dan bahagia. Bertambah-tambah lah kecantikannya.

Nah, untuk LCB yang justru manglingi adalah ketika dia di touch up dengan kesan bold. Dan warnanya bukan LCB banget, begitu kata para netter. Alis tebal, make up agak pucat dan lisptik warna gelap. Cantik kan tapi? Tetep cantik kok menurut saya. Terlepas dari banyak yang kecewa atas make up LCB pada saat akad, saya yakin LCB tidak sembarangan dalam mengajukan konsep make up kepada MUAnya donk. So, biarlah LCB tampil beda -cantik- dengan caranya sendiri. Kita sebagai penikmat tak perlu lah banyak nyinyir seperti akun lambe-lambean.

Yang terakhir adalah salah satu sahabat saya yang menikah hampir bersamaan dengan kedua seleb diatas dan dia bisa 'disulap' secantik barbie ala-ala. Ketika saya tanyakan ke mbak tari -nama sahabat saya itu- dia cuma bilang pasrah sama MUAnya lho. Beuh, kebetulan yang luar biasa ya. Berarti mbak MUAnya memang memiliki sense of art yang tinggi. Mbak tari manglingi banget. Amazing.

Terlepas dari manglingi atau tidaknya si pengantin sebisa mungkin kita perlu berkomunikasi dengan pihak MUA. Ah, saya pernah mengalami kekecewaan karena hal tersebut. Saya sudah mengajukan konsep make up yang saya mau,but ditolak mentah-mentah sama MUAnya. Saya merasa tidak percaya diri lho ketika saya ber-make up di hari bahagia saya itu. Dan saya merasa ini bukan saya banget. But, semua tak bisa diulang. So buat temans yang belum dan akan menikah memilih MUA termasuk hal krusial yang harus dipertimbangkan baik-baik. Banyak mencari referensi dan selalu berkomunikasi dengan MUA pilihanmu agar kamu tak kecewa kelak. Menikah hanya sekali bukan? So jadilah cantik tapi dengan versimu dan jangan justru kehilangan something yang prinsipal.

Ditulis dalam rangka memenuhi target pribadi #3DAYS1POST

Purwokerto, 12-09-2017.

Jumat, 18 Agustus 2017

Resep Seblak Bakso Sederhana

Saya bukan pecinta seblak dan makanan yang menurut saya nggak familiar di lidah. Tapi entah kenapa kemarin malam saya ingin bereksperimen. Karena bahan sudah saya siapakan sebetulnya, maka jadilah pukul 22.00 saya melampiaskan hasrat memasak. Rasanya cukup menghibur, meskipun tanpa tambahan MSG/kaldu bubuk. Saya simpan disini biar saya nggak lupa, dan biar jadi bukti bahwa saya pernah memasaknya. Cekidot :)

Bahan :
Segenggam kerupuk
1 butir Telur
5 butir Bakson, potong-potong
Minyak untuk menumis
Gula secukupnya
Garam secukupnya

Bumbu Halus :
1pcs bawang putih
2pcs cabe rawit
1 ruas jari kencur

Cara Membuat :
1. Kerupuk direbus. Bagian ini opsional saja ya, ada yang suka langsung dimasukkan didalam tumisan bumbu ada yang hanya direndam air hangat. Saya prefer merebusnya.
2. Tumis bumbu halus, biarkan sampai wangi, masukkan telur kemudian orak-arik.
3. Masukkan rebusan kerupuk dan bakso, tambahkan air sedikit demi sedikit.
4. Setelah hampir mengering masukkan gula garam, aduk-aduk, koreksi rasa.
5. Masuk hingga tercampur rata, karena kerupuk saya sudah setengah matang jadi tidak perlu terlalu lama agar tidak overcook.
6. Ready to serve.

Nah membuat makanan sendiri selain bisa berhemat tentu saja ada sensasi tersendiri bukan? Kalau saya hitung-hitung 1 porsi seblak ini hanya senilai Rp 5.000,- ini cukup untuk dua orang sebetulnya, dan kalau beli bisa sampai Rp 10.000,- seperti kata pepatah tak ada hasil yang menghianati usaha. Mau enak tapi harus hemat, ya harus mau usaha kan? Worth it kok, masak cuma kurleb 20 menit. Dan rasanya lebih 'ramah' ketimbang beli yang rata-rata mengedepankan micin. Berani coba? :)

Minggu, 13 Agustus 2017

Menghalau keinginan berbelanja produk diskon dengan 4 hal ini

Stok mi instan saya tiba-tiba menumpuk teman, bukan karena tanggal tua kemarin ya. Tapi karena pak suami kalap membelinya. "Di minimarket sedang ada promo bu, beli 5 pcs dapet sekian ribu." begitu katanya ketika sampai rumah. Padahal ya kalau dihitung-hitung diskonnya hanya 300 rupiah per pcs. Hihi, tapi yasudah karena sudah terlanjut juga. Mau nggak mau saya harus masak bukan?

Sebagai emak rempong, saya cek expired date dari makanan berbumbu 'ajaib' tersebut satu per satu. Gimana nggak ajaib? Bumbu sedulit, rasa selangit =D. Alhamdulillah ternyata ada yang dua bulan lagi expired. Jeng-jeng, putar otak. Fix, saya kudu googling biar 'mood booster' ini bisa dinikmati dengan lebih 'manusiawi'. Nggak boleh keseringan sih sebetulnya, cukup sepekan sekali atau kalau pas pengen banget.

Nah by the way soal diskon, ada jugakah teman yang suka kalap dengan diskon? Saya juga lho *ketawa miris*. Eh tapi rasanya  sekarang saya lebih banyak berfikir panjang jika ada diskon. Salah satu alasan saya mungkin karena saya harus berhemat, mengingat saya belum bisa menghasilkan 'receh' sendiri. Semoga kelak ketika Allah ijinkan saya bisa menghasilkan pun, perlakuan saya pun terhadap uang tak jauh beda ya.

Be a wiser :), just think "duit gue terbatas , apa yang gue pengen nggak ada batasnya." Setuju? :) Nah beberapa hal ini sekarang jadi acuan saya jika ada diskon besar di super/minimarket. Yuk simak ya, siapa tau ada hal bermanfaat disini :

1. Asas manfaat
Yup, mengacu pada case diatas sebetulnya mie instan itu berfaedah ngga sih? Oh banget, apalagi kalau kepepet ya. But yang musti diinget juga adalah itu makanan, ada tanggal kadaluarsanya dan kurang sehat. So, kalau ada diskon makanan yang sepertinya terlalu sayang dilewatkan adalah diskon buah-buahan. Hehe...betul betul? Yang nggak setuju boleh menyingkir =D

2. Expired Date
Ada apa dengan expired date?penting sekali lho ini temans, apalagi kalau makanan dan produk perawatan yang langsung berkenaan dengan tubuh. Contoh : shampo, sabun, lotion dkk. Salah-salah ketika kita menumpuk yang masih ada justru nggak keburu buat menghabiskan produk kosmetik (misalnya) yang sudah terlanjur kita beli karena satu kata ajaib, DISKON.

3. Produk Subtitusi
Yeah, saya termasuk seorang evangelist costumer wkwkwk. Apalagi soal detergen misalnya, kudu merk itu. Jadi kalau pun ada diskon segambreng tetapi hanya produk subtitusi produk yang saya cintai itu, saya memilih untuk say goodbye. Kalau kalian gimana temans?

4. Keterdesakan
Ceileh bahasanya coy. Iyap, butuh ; lumayan butuh ; atau sangat butuh. Jadi semacam pengkategorian daily need berdasarkan waktu. Saya termasuk yang sangat happy ketika ada sale diapers dan toilet ball, bisa saya simpan dan selalu terpakai.

Hm, target menulis jauh meleset dan melenceng dari target. Semoga ada angin segar menerpa wajah saya untuk kembali menorehkan curhatan bermutu. See you on next post.

Purwokerto, 13-08-2017.

Kamis, 10 Agustus 2017

Ngidam Ayam Bakar? Cobain Menu Ayam di Memory Garden Deh

Pengen jalan tapi nggak pengen jauh-jauh dari kota Purwokerto. Mana tanggal tua, dan nggak ada tujuan pula. Hehehe...kemana kami? Yes akhirnya kami bertiga berakhir pekan dengan nge-swipping jalan purwokerto-tegal. Jauh amat cuy? Nggak kok.

Karena memang situ namanya jalan purwokerto menuju tegal, jadi ya belum sampai tegal. Cuma baru sampai perbatasan aja. By the way saya cukup tertarik sama kecamatan Ajibarang, Banyumas. Kapan-kapan kesana deh, nanti oleh-olehnya saya share disini.

Kali ini saya ingin berbagi info tempat makan yang ramah kocek dan lidah di Purwokerto. Konsep tempat makan ini semacam warung penyet gitu. Tadinya tempat makan ini ada di daerah Gor Satria Purwokerto, but entah sejak kapan jadi pindah ke sini. Lokasinya ada di jalan raya karanggude, banyumas. Tepatnya setelah pabrik susu milba, kiri jalan arah tegal.
Kalau kurang jelas, bisa donk pakai bantuan 'si mbah'.

Sebetulnya ada menu ikan, tetapi saya dan suami merekomendasikan ayam kampung bakarnya. Bumbunya khas banget, beda dan sangat kuat rempahnya. Ayamnya lembut, padahal ayam kampung lho. Kalau saya beri nilai saya berani ngasih 8.5/10. Untuk harga cukup realistis kok cuma 18K saja. Untuk teman makannya pesan saja cah kangkung atau jamur, sekali pun kalau pesan ayam bakar ini juga sudah dapat lalapan. Silakan mencoba ^^

Tempat makan dengan kursi 

Taman bersih dan terawat

Mushola nyaman dan bersih

Price list dan Menu

Sabtu, 22 Juli 2017

Tak memakai make up? Jangan lupakan 4 hal ini ya :)

Hai girls, pernahkah kalian ngerasa nggak pede karena nggak pakai make up? Pasti pernah donk. Unch-unch mari kita berhigh five dulu deh. Kalau saya pas jalan mah pede-pede aja, giliran liat hasil 'jepret asyik' nggak sesuai ekspektasi barulah nyadar. Kemana aura cantik saya? Kok nggak memancar? Bahkan memudar*xixi plis jangan muntah ya =D* Kalau kalian gimana?

Oke-oke, kenapa sih saya cukup pede tanpa make up? Wajah nggak cakep-cakep amat, malas make up pula. Ih, apa kata suami? Nah ini poin penting banget. Kata suami saya justru saya sangat 'mengundang tawa' kalau bermake up. Jadi saya tak terlalu ambil pusing soal ini. Mungkin belum menemukan warna dan gaya make up yang saya banget kali ya. Jadi it's no problemo.

Pengen nggak sih sesekali kece pakai make up walau tipis biar makin manis? Pengen banget lah. Tapi bukan sekarang saatnya. Pengennya sih saya les make up dulu, biar jatuhnya nggak bikin suami terkekeh pas saya praktek. Ayo pak suami, Bayarin! Modal dikit nape! *siap-siap dibalang bakwan*

Salah satu alasan saya menunda pembelian make up adalah karena saya sadar saya belum suka hal itu. Em, paket seserahan make up dari jaman 2015 bahkan jatuh expired begitu saja di tahun ini. Ngenes nggak? Banget lah! Masih tersegel pula! Tahu gitu mah mending saya kasih ke orang ya. Biar jadi amal jariyah saya. Tapi yasudah, toh nasi sudah jadi kerak gosong tak bisa lagi diselamatkan.

Oke, kenapa sih saya nyaman gitu aja walau tanpa make up? Pasti ada alasannya donk. Yup, ada empat item standar kecantikan ala kadarnya menurut saya. Dan nggak boleh terlewatkan. Why? Karena ini bukan make up, tapi produk perawatan. Saya lebih suka merawa daripada memoles atau menambah alias make up. Selain nggak ribet, juga memberikan efek jangka panjang. Apa aja sih empat item itu? Simak ya :)

1. Deodoran
Sejak kuliah saya memutuskan untuk memakai deodoran. Mengapa? karena kala itu saya merasa kurang nyaman dengan aroma alami yang saya hasilkan. Saya saja tak nyaman, bagaimana saya harus berdekatan dengan banyak teman? Jadi saya memutuskan deodoran adalah alat perang pertawa yang wajib saya miliki.

2. Lotion
Memakai hijab lantas enggan memakai lotion? Hal itu tak berlaku buat saya. Sekali pun kulit bersih karena tak terpapar langsung oleh sinar matahari, kulit saya menjadi kering dan kurang sehat. Jadi sekali pun hanya di rumah dan tak bepergian lotion cukup sering saya gunakan sehabis mandi.

3. Krim Wajah/Pelembab
Fungsinya hampir sama dengan lotion, hanya saja ini untuk wajah. Dulu ketika saya SMA, karena tak memiliki cukup uang, saya memakai lotion sekaligus untuk krim wajah. Hihi, please don't try at home. Alhamdulillah sekarang saya bisa membeli krim (siang dan malam), tinggal rajin atau nggak nih. Tidak harus mahal kok, yang penting aman dan cocok.

Sharing saja ya saya pernah melakukan perawatan di sebuah klinik kecantikan yang cukup ternama. Hal itu saya lakukan karena tuntutan pekerjaan dan hasutan teman =D. Hasilnya memang saya akui, cukup berbeda ; wajah saya menjadi lebih glowing. Tetapi kelemahannya adalah ketika saya terlambat konsultasi, dan membeli perlengkapan kecantikan di klinik tersebut, wajah saya menjadi lebih 'menuntut' dari sebelum saya melakukan perawatan.

Puncaknya adalah ketika saya memutuskan untuk berhenti melakukan perawatan. Kurang lebih sebulan wajah mulai bruntusan kecil, rasanya pedih dan gatal. Saya berpositif thinking bahwa itu proses detoksifikasi obat. Alhamdulillah, semenjak saat itu saya tidak lagi memakai skin care yang di keluarkan oleh klinik tertentu. Saya cukup puas dengan produk perawatan yang di jual bebas di pasaran. Mungkin tidak se-instan perawatan klinik, tetapi yang terpenting dompet dan kulit saya nyaman.

4. Lip Balm/ Lip Gloss
Berfungsi melembabkan kulit bibir yang notabene lebih sensitif dari area sekitar. Hehe, melihat sekarang teman-teman pada ngehits karena lipstick. Saya cukup puas dengan lip balm. Mungkin karena belum menemukan yang cocok, dari segiwarna dan merk. So, biarkan saya tetap jadi emak yang kurang warna dan cetar. Mempertahankan orisinalitas, asal kulit bibir terawat. Saya senang, suami tak menahan ledakan tawa.

Demikian teman-teman sharing saya kali ini. Bagaimana dengan keseharian kalian? Amunisi apa hayo yang tak boleh kalian siapkan sebelum ke medan perang? Silakan share ya :)

Rabu, 19 Juli 2017

Saya dan Ibu Mertua : Diskusi Tentang Anak

Kalau kata mba fitra wilis menulis baginya adalah salah satu cara menasihati diri, maka bagi saya menulis adalah salah satu cara untuk melakukan self healing. Topik kali kali rada apa ya, ah yasudahlah sebut saja topik laris manis. Yak, topik menantu perempuan dan ibu mertua adalah topik obrolan yang tak akan habis jika dibahas, melibatkan ego sesama perempuan, point of view dan kesamaan-kesamaan lain yang justru kadang menimbulkan percik-percik konflik yang rasanya mirip mojito *asem-asem seger dan bikin nagih* =D. Semoga ini bukan curhat yang bikin sebah ya, anggap saja ini adalah sharing. Dan saya akan senang sekali jika sharing ini bermanfaat.

Mbak santi helmy faishal adalah salah satu selebgram favorit saya karena beliau suka sekali berbagi mengenai ilmu pengasuhan anak. Beliau dan pasangan dikarunia buah hati di usia pernikahan mereka yang ke delapan tahun. Beliau dengan segala kelebihannya pun tak luput dari sorot mata mama mertua yang lebih senior dalam pengasuhan kala bertatap muka. Saya menyimpulkan demikian berdasarkan  sharing catatan seputar mudik dan kesibukan twins (delapan tahun menunggu Allah langsung kasih mereka dua putri cantik). Apalagi saya, dengan segala keterbatasan ilmu, waktu, dan kemampuan finansial tentu saja harus lebih tangguh dalam menjawab pertanyaan seputar anak ketika bertemu langsung dengan ibu mertua bukan? Dan ini contoh kasus yang baru-baru ini saya hadapi dan cara saya menyikapinya. Yuk, simak.

Kasus pertama : Saya mencoba memahami bahwa makan adalah salah satu kebutuhan dasar, pun demikian saya mengajarkan kepada baby saya. Saya membuat makan menjadi interaksi yang menyenangkan antara ibu dan anak. Saya berusaha menanamkan kepada baby saya bahwa nasi bukan satu-satunya makanan pokok. Sampai saat ini kalau saya sudah melihat dia memalingkan muka, saya menganggap bahwa dia sudah kenyang atau tak cocok dengan masakan yang saya buat meskipun baru beberapa suap. Saya pernah memaksa baby saya untuk menghabiskan makannya, walhasil beberapa hari dia justru tak mau membuka mulut. Jadi untuk saat ini saya tak mau lagi memaksanya membuka mulut untuk sekedar menghabiskan makanannya, toh masih ada saya yang jadi tempat pembuangan terakhir agar makanan tak mubadzir bukan? Terkesan santai dan slengekan ya? Memang. Fyi usia baby saya adalah 1tahun dengan berat badan 11.4kg.

Ibu : Duh-duh anakmu mbok dibikinkan apa gitu, minum susunya kok banter sekali, apa kamu makannya kurang banyak? Atau dia yang kurang gizi.

Saya : :) :) :) :) :):) :). Baca : senyum dan tarik nafas selalu, yang panjang sebelum menjawab. Demikian jawaban saya "in syaa Alloh nggak kurang gizi bu meskipun dzakir tidak makan makanan seperti teman-temannya(misal ikan salmon atau yang lain) yang memang bisa saya subtitusi dengan makanan lokal maka akan saya subtitusi jikalau harganya memang agak mahal. Semoga nutrisi dzakir tercukupi, begitu juga pertumbuhan dan kesehatannya bagus. Mohon doanya ya bu."

Kasus kedua : Saat itu kami sedang berjalan-jalan di suatu mall, dan tibalah saat jam makan siang dengan baby D pulas di gendongan saya.

Ibu : "Kamu kuat puasa kemarin? Ibu nggak pernah kuat puasa dan selalu nge-drop ketika menyusui sambil berpuasa."

Saya : "Alhamdulillah kuat puasa bu, hutang tujuh hari karena menstruasi. Alhamdulillah selama puasa saya dan dzakir juga bisa istirahat siang agak lama dengan tidur bersama. Aktivitas hanya saya balik saja menjadi malam hari."

Ibu : "Wah, tidur terus jangan-jangan dehidrasi."

Saya : :) :) :) :) *tinggal saya cek saja frekuensi pee sama poopnya, dan alhamdulillah baik-baik saja, hanya saja saya menambah porsi makan dzakir agar dia tetap merasa kenyang* - Itu adalah jawaban dalam hati saya mengingat posisi kami saat itu sedang berada di tempat makan. Dan saya tidak menyesal karena tidak menjawab pertanyaan beliau karena saya mengedepankan etika, menghindari menyebut BAB dan BAK di meja makan sekali pun dari bayi yang masih imut-imut tetep saja tabu bagi sebagian orang bukan?

Kasus ketiga : Kami memasuki sebuah counter baju ternama untuk baby, sebut saja namanya c*rt*r's dan *sk*sh. Saya sih sekedar sweeping, melihat price tag, dan stay calm aja karena sadar dompet. Dan pilihan saya tetap pada online shop! =D (olshop lover mana suaranya cakakakaka) Mbahti dzakir membelikan kaos untuk dzakir yang harganya cukup amazing menurut saya. Tapi Alhamdulillah dzakir jadi punya kaos branded walau kalau dipakai saya yakin takkan terlihat karena kaos itu terlalu biasa dengan harga segitu, lagi-lagi menurut saya ya. Begini kira-kira percakapan yang terjadi antara saya dan ibu.

Ibu : "Dulu sekali pun ibu nggak punya uang, ibu selalu membelikan baju bagus (baca : branded) untuk yoga dan dimas."

Saya : :) :) :)

Ibu : "Pas ulang tahun juga ibu dandanin macem-macem walau pun anaknya belum mudeng."

Saya : :) :) :)

Kenapa saya diam? Karena saat ini fokus saya bukan kepada brand baju buat anak saya. Saya fokus menabung agar tetap bisa berbelanja, makan layak 30hari, bayar kontrakan, bisa menabung, membeli mainan dan buku serta baju buat dzakir sekali pun tidak branded dan well karena saya belum bisa menghasilkan materi setiap bulannya. Sebetulnya ah, ada rasa yang tak bisa saya ungkapkan yang ah yasudahlah. Cukup ini saja yang saya bagikan, semoga bisa sedikit berbagi dan menjadi pembelajaran dalam bersikap.

Kasus keempat - the last : Pulang ke kampung halaman saya membawa serta mainan dzakir. Hal itu juga tak luput dari pengamatan ibu.

Ibu : "Mainan dzakir dikit ya, ayahnya dulu banyak sekali mainannya. Ada bebek-bebek karet yang biasa dibawa mandi (salah satu contoh yang beliau sebutkan). "

Saya "Oh, iya bu saya membelikan mainan yang saya rasa bisa menambah atau menstimulus motorik dzakir saja. Dan sekarang ini kalau beli di baby shop juga ada chart usia yang memperbolehkan dan tidak karena ada spare part kecil, atau bahan yang belum boleh digunakan untuk anak usia 3 tahun ke bawah. Dan setau saya bebek-bebekan termasuk yang bahannya kurang safe untuk anak seusia dzakir."

Ibu : "Oh dari jaman dulu juga ada, ibu kalau beli juga di baby shop. Beli lho yang bahan-bahan karet."

Saya : :) :) :)

Demikian ya sharing saya kali ini. Saya tahu saya bukan kompetitor bagi beliau. Saya juga sangat tahu saya adalah junior yang akan selalu dinilai. Dan semoga penilaian kepada saya suatu saat bisa membawa saya ke batas ambisi saya, seperti tagline dari sebuah bank kenamaan "Lampaui batas ambisimu". Tetap semangat menggalakkan diri, menjadi ibu baik tidak semudah mencari gorengan di tukang pecel. Menjadi ibu yang baik adalah menjadi pribadi yang baik, mengungkapkan sesuatu dengan cara baik, berkata baik, berprasangka baik, dan membagikan hal-hal baik. Stay humbble, keep struggle.

Minggu, 02 Juli 2017

Galau Tak Bisa Mudik? Semoga Tulisan Ini sedikit Menjawab

Lebaran masih terasa ya? iya banget kalau ditempat saya saat ini. Secara masih H+3 kan, rumah ber-14 berjejer yang ada orangnya cuma 3 butir *telor kali ah*. Sedih nggak bisa pulang kampung, nggak munafik iya lah. Mamang sayur belum aktif jualan lagi, toko-toko jarang yang udah buka, abang-abang jualan masih jarang yang lewat. Duh tambah nestapa hati ini. Tapi saya mencoba happy dengan berhaha hihi, sapa sana sini. Mau tahu kegiatan emak rempong satu ini dan jurus ampuh menangkal galau karena mupeng pengen mudik?Simak ya, cekidot =D

1. Bersyukur
Bukan mau menggurui atau sejenisnya tapi ini sih murni based on kelakuan penulis sendiri. Suka mengeluh dan membanding-bandingkan dengan semua derita ini #lebay. Mau adem ayem?kurangi mengeluh dan stop membanding-bandingkan. Hari pertama lebaran kami bertiga jalan-jalan keliling kota. Sepi, enak, nggak macet (secara lewat ring road). Masuk kota beuh mall yang masih anget-angetnya itu bikin antrian lumayan juga coy. Di tengah jalan kami bertemu dengan sebuah keluarga (sepertinya kakek nenek dan cucunya yang  kebetulan seusia dzakir) mereka duduk bertiga di pick up - bak terbuka padahal posisi rintik, mereka bisa bahagia dan tak mengeluh. Kenapa saya tidak? Ah Bersyukur itu mudah bukan? dimulai dari hal terkecil saja.

2. Sillaturrahim
Di tanah rantau ngga punya sanak saudara? Jadikan teman sebagai saudara, yup saudara sesama muslim. Kunjungi satu per satu tetangga dan teman kita yang berada satu kota dengan kita. Bonus bisa icip-icip cemilan di tiap rumah yang kita kunjungi hihi, bonus dari Allah jangan ditanya.




3. Bersih-bersih
Lebaran identik sekali dengan mudik dan kesan menunda pekerjaan rumah. Duh padahal sehabis muter-muter, badan pasti kerasa remuk kalau saya. So sebisa mungkin saya melakukan bersih-bersih seperti biasa. Hasilnya? Worth it lah. Ketika orang lain sibuk mencari laundry yang sudah buka, setidaknya saya tinggal nyetrika garapan cucian saya yang sudah kering.

4. Jalan-jalan
Memanfaatkan momentum lebaran untuk jalan-jalan adalah salah satu hal langka kalau kita tidak di tanah rantau. Acara open house, belum lagi menyambangi saudara yang bahkan sampai ke luar kota. Kapan lagi tanpa rasa bersalah ngider sejenak dan jalan-jalan sekedar menikmati lengangnya jalanan? Ya momen lebaran ini, kalau wisata kuliner tak bisa diandalkan mungkin ngadem di mall cukup menghibur. Fyi, di Purwokerto mall dibuka pukul 10.00 pas hari H lebaran lho. Kalau di tempat kalian gimana? :)

Tulisan yang terbengkalai karena sedikit hal yang dilebih-lebihkan sehingga membuatnya terasa berat, padahal kalau nggak di post juga ngendon doank di draft. Ish-ish kurang-kurangin deh tuh ngendonin tulisan di draft. Selamat lebaran ya teman-teman. Taqobalallahu minna wa minkum :)


Minggu, 18 Juni 2017

Tips Hemat Dalam Mengelola Pengeluaran Belanja Makanan Di Bulan Ramdhan

Sebagai seorang manajer keuangan sekaligus koki di rumah tentu saja seorang ibu harus hemat dan bijak dalam mengelola keuangan. Ramadhan adalah momen yang jika kita tela'ah lebih jauh seharusnya menjadikan kita lebih bijak (baca : hemat) dalam berbelanja makanan karena jelas intensitas makan kita yang semula bisa 3 atau 4 kali sehari menjadi 2 atau 3 kali sehari saja. Yuk kita ingat, apa yang langsung kita serbu ketika berbuka puasa? Iya, dengan segelas air putih saja rasanya stamina kita yang sempat loyo langsung segar kembali hanya dengan segelas air putih. Lalu sebetulnya lebih lapar mana dengan riwayat kita berbelanja makanan yang tak cukup satu jenis hanya untuk takjil? mata atau perut kita? Let's check. Berikut tips yang saya praktekkan di rumah di Ramadhan kali ini :

1. Membuat Menu Harian Selama Satu Pekan

Membuat menu harian akan menjadi dasar dalam membuat list to buy yang tentu saja akan sangat membantu kita agar tidak berlama-lama ketika berbelanja. Menu harian favorit saya adalah makanan awet (dalam arti bisa saya simpan di kulkas hingga 1-2hari) yang bisa saya hangatkan kembali/goreng. Contohnya : Semur, bacem, ungkep. Karena kurang menyukai frozen food ketiga menu diatas merupakan favorit wajib bagi saya. Jika tak sempat memasak sayur (sop, bening, asem dll) maka saya akan memilih timun atau sayuran segar lain sebagai teman makan ketiga menu tersebut. Jika bosan dengan lalapan maka saya akan merebus sayuran dan membuat sambal sebagai teman makannya. Mudah, simpel dan cepat bukan?

2. Membuat List To Buy

Karena kita sudah memiliki menu harian sebagai dasar pembuatan list to buy tentu akan lebih mudah dalam mengambil bahan-bahan makanan yang kita butuhkan selama sepekan bukan? Misal kita akan berbelanja di pasar maka kita tinggal mendatangi satu penjual sayur yang sudah lengkap dengan segala dagangannya. Lalu dilanjutkan berburu daging, ayam, tempe atau ikan di tempat lain. Hilang sudah judgment terhadap ibu-ibu yang hobinya 'thawaf' di pasar ketika berbelanja. Ramadhan saat yang tepat menghemat energi dengan tidak membuang banyak waktu di satu tempat.

3. Mengganti Konsumsi Kudapan Manis Dengan Buah.

Konsumsi gula berlebihan ketika sahur dan buka justru akan membuat kita cepat merasa haus tak berkesudahan. Hidangan wajib kala bulan Ramadhan tiba adalah kolak, es buah, teh manis atau yang sering kita sebut "berbukalah dengan yang manis" dan kebanyakan dari itu semua adalah makanan dengan kadar gula cukup tinggi. Fruktosa dalam buah saya rasa lebih aman untuk dikonsumsi selama jarak kurang lebih 30hari selama Ramadhan. Buah kurma adalah buah favorit yang menjadipilihan takjil andalan. Selain buah kurma, saya juga membeli buah musiman yang harganya ekonomis seperti pisang, pepaya dan jeruk. Pilih saja salah satu buah musiman yang sedang banyak ditemui di daerahmu, dijamin kantong tak akan jebol.

Selamat menuntaskan ibadah Ramadhan. Semoga 3 tips diatas bermanfaat.

Jumat, 02 Juni 2017

KLAIM JHT BPJS-TK?APA SAJA SIH DOKUMENNYA?INI DIA :-)

Ramadhan ke-7 puasa udah bolong 5 hari aja, it's amazing!Alhamdulillah hoho...aslinya sih *ngenes*. Semoga ngga kena depan belakang biar ngga makin ngenes bayar utang puasanya *ngarep banget*. Semoga teman2 masih semangat puasanya ya apa pun aktifitas teman2 semua :-) ganbatte!

Malam ini aku mau share sedikit (baca : soalnya banyak banget drama kalau mau dicritain disini mah) poin penting dari drama panjang yang akhirnya berbuah manis itu. Iya, semoga JHTku lekas cair biar bisa buat beli sirup sama nastar kan mau lebaran walau ngga bisa pulang kampung pas hari H-nya  wkwk. Baca : JHT (jaminan hari tua).

Aku pernah bekerja kurang lebih selama tiga tahun (2012-2015). Aku resign per 30 agustus 2015. Nah, karena dulu aku termasuk pemegang kartu jamsostek (sekarang : BPJS-TK) jadi pihak perusahaan dan aku sendiri secara rutin membayar premi asuransi bukan? Nah baru kemarin hari Rabu (31/05/2017) proses pengajuan JHTku clear. Semoga sih lekas cair ya karena menurut pihak BPJS sendiri akan dibayarkan maksimal 5 hari kerja (minus tanggal merah dan sabtu minggu off course). Nah buat teman2 yang mau klaim berikut ya syarat2 yang dibutuhkan untuk klaim JHT BPJS-TK :

1. KTP Asli dan Fotocopy 2 Lembar
2. Kartu Keluarga Asli dan Fotocopy 1 Lembar
3. Kartu kepesertaan Jamsostek/BPJS-TK Asli dan Fotcopy 1 Lembar
4. Surat Keterangan Pernah Bekerja (Paklaring) Asli dan Fotocopy 1 lembar
5. Buku Tabungan Asli dan Fotocopy 2 lembar
6. Bagi yang berhenti kerja (resign) setelah 01 September 2015 maka harus dilengkapi dengan surat keterangan berhenti bekerja yang di laporkan perusahaan ke Disnaker setempat dan tembusan ke BPJS Ketenagakerjaan.

Minggu, 28 Mei 2017

SMALL WORLD PURWOKERTO

Hari Rabu kemarin tepatnya tanggal  24/05/2017 saya dan keluarga kecil saya piknik ala-ala gitu ceritanya. Jalan-jalan tapi nggak bawa bekal sih *skip buah buat si kecil* karena saya memang kangen sama bakso hoho, jadi sebelum puasa request sama pak suami kalau mau makan ayo kita nge-bakso aja . Nggak sengaja napak tilas lokawisata batur raden, dan tak bermaksud masuk ke obyek tetapi kami mencoba jalan yang belum pernah kami coba sebelumnya. Jeng-jeng di tengah jalan yang nggak lain adalah arah jalan menurun (arah pulang) kami menemukan semacam spot yang terlihat seperti pusat oleh-oleh atau tempat makan yang cozy, dan dengan gapura nyentrik dan bermaterial kayu. Sebetulnya sudah terlewat, tetapi demi menuntaskan rasa penasaran kami  berputar balik. Sejenak memicingkan dan that's right ini dia "SMALL WORLD PURWOKERTO".

Menurut sumber, loka wisata ini dibangun atas prakarsa Ibu Sri Banowati yang menuangkan buah pikirnya dalam miniatur-miniatur bangunan unik di dunia yang tepikirkan sejak 15 tahun lalu. Why miniatur dunia?karena beliau memiliki cita-cita untuk membuat sarana edukasi sekaligus berbagi pengalaman ketika beliau diberi kesempatan berkeliling di dunia. Luas dari SMALL WORLD itu sendiri kurang lebih 14.2 hektare. Rencana awalnya taman ini ingin dibangun di Pandanaran, kemudian kebumen (daerah asal Ibu Sri) namun atas dasar pertimbangan strategis dan kepopuleran Purwokerto-lah yang akhirnya menjadi pilihan terakhir dibuatnya taman edukasi ini.

Nah, miniatur apa saja sih yang bisa kIta lihat disini?ini dia ya kurang lebih listnya :

Luar Negeri :
Patung Liberty                        
Rumah kincir
Gedung Putih
Colloseum
Menara Pisa
London Bridge
Piramid
Menara Eiffel
Petronas Twin Tower
Patung Merlion
Big Ben  
Opera House
Taj Mahal 
Bangunan Bangsa Aztec
dll (yang sedang saya cari namanya karena tak ada papan keterangan)

Dalam Negeri :
Tugu Monas
Rumah Honai
Tugu Selamat Datang
Rumah Gadang
Rumah Tana Toraja
Keterangan : Beberapa Gambar hasil jepretan bisa dilihat dibagian akhir tulisan ini ya :-)

Nah, selain miniatur itu sendiri ada juga ornamen-ornamen hits yang mendukung banget untuk kita berselfie ria. Hoho jaman sekarang kudu deh namanya selfiable dan instagramable, cekrek upload deh pokoknya *LOL*. Ornamen ini diantaranya adalah : jembatan berwarna merah berpagar hati, payung-payung yang digantung, dan juga gapura berbentuk hati. Ada juga tanaman artifisial seperti tanaman tulip belanda, daun-daun maple ala-ala dan bunga sakura khas jepang. Untuk mendukung penampilanmu biar berasa betulan di luar negeri ada juga tempat persewaan pakaian (hanbook contohnya) yang bisa disewa dengan membayar sebesar Rp 15.000,- saja. Untuk tiket masuknya sendiri hanya Rp 15.000,- (untuk weekend dan libur) serta Rp 10.000,- (untuk hari biasa). Disini juga menyewakan tempat pre-wedding. Untuk paket pre-wedding sendiri kita harus membayar sebesar Rp 200.000,- (maksimal 6 orang) dan untuk waktu 2 jam saja, selanjutnya akan dikenakan charge standar. Cukup terjangkau ya?

Tempat ini buka dari mulai pukul 08.00-21.00 lho. Katanya, kalau malam tempat ini makin indah lho. Hoho, tapi kalau saya pribadi tidak terlalu merekomendasikan hal ini karena alasan? (1) Udara yang dingin mengingat lokasinya berada di kaki gunung slamet (2) Menjelang sore hari sering turun hujan untuk wilayah Purwokerto bagian atas sekali pun bukan musim hujan (3) Di lokawisata ini belum ada pagar memadai yang mengelilingi jadi view lampu-lampu tamannya emang 'dapet', tapi rasanya kurang nyaman saja langsung berbatasan dengan sawah-sawah (4) Jalan menuju lokasi cukup berliku dan sempit jadi harus lebih hati-hati jika ingin kesini pada malam hari
 (5) Tidak bisa menikmati view yang justru terlihat keren di siang hari yaitu pemandangan bukit menghijau yang berkabut, ini asli indah banget.

Kemudahan di tempat ini yang langsung bisa kita nikmati antara lain : (1)Tiketing dengan sistem stamp, boleh keluar dan boleh masuk lagi dalam hari yang sama (unlimited) (2) Kalau mau ngafe (makan popmie, sekedar ngopi, nge-mendoan) ada juga kok yang langsung on the spot

Yang masih harus dibenahi dari lokawisata ini saya rangkum sebagai berikut : (1) Parkir yang diperluas (2) Penamaan dan keterangan pada tiap-tiap miniatur mengingat tujuan dari dibangunnya tempat ini salah satunya adalah sebagai sarana edukasi (3) Pagar pembatas yang lebih memadai dengan areal persawahan sekitar (4) Himbauan untuk tidak menginjak rumput belum ada

Nah semoga informasi ini sedikit membantu teman-teman yang ingin beranjang sana ke kota Mendoan dan bermaksud mengunjungi tempat ini ya. Tempat ini mudah sekali kok ditemukan, cari saja di Google Map : Desa Ketenger, Kecamatan Batur Raden. Teman saya yang dari Medan saja bisa langsung menemukan tempat ini lho walau pun tanpa touris guide. Kalian kapan mau kesini?