Jumat, 06 Oktober 2017

Tips Agar LDR/LDM Menjadi Lebih Berkesan

"||...Seandainya, jarak tiada berarti akan ku arungi ruang dan waktu dalam sekejap saja||
Seandainya sang waktu dapat mengerti, takkan ada rindu yang terus mengganggu|| Kau akan kembali bersamaku..." (LDR - Raisa)

Siapa yang masih terbawa perasaan (baper) melihat kemesraan babang hamish dan raisa? Hahaha...saya salah satunya. Belum tuntas kebaperan sama precious moment -nikahan- mereka. Ditambah harus menyimak foto dan video prewedding yang justru booming setelah mereka sah alias nikah. Dan lagi-lagi, beredar foto yang 'unch' banget ketika mereka honeymoon di eropa. Duh pothek hati emak.

By the way, kali ini saya pengen bahas soal LDR, eh LDM lebih tepatnya. LDM alias long distance married. Istilah ini saya pinjam dari owner label Ummu Balqis yang empunya akun instagram @baby_hijaber. LDR berakhir kandas saya pernah lho, curhat mak? Alhamdulillah, LDR yang terakhir sampai ke pelaminan. Bahkan setelah menikah sudah dua kali ini LDR-an, lebih tepatnya LDM-an.

Saya sih belum bisa dibilang pakar LDR atau pun LDM ya karena juga baru beberapa kali dan terhitung dalam waktu yang tidak lama. Saya yakin banyak para pejuang LDR/LDM yang jauh lebih mumpuni daripada saya. Tapi boleh ya kali ini saya share beberapa tips melewati LDR/LDM dengan gilang gemilang, cerah ceria dan cetar membahana. Yuk simak mak :

1. Berpikir Rasional
Namanya ciwik, hati melulu kan ya yang dipikirin. Sesekali coba yuk rasional. Pikir baik-baik tujuan LDR/LDMan itu untuk apa. Studi-kah, kerja kah atau sekedar happy-happy kah. Saya salut banget sama adik tingkat saya. Sebut saja namanya Jundi. Dia rela resign dari pekerjaan di Indonesia, demi membersamai sang istri (muth) yang menempuh studi di Inggris sana. Masyaa Alloh love you both dears. Barokalloh. Lho, kok jadi OOT? Nggak sih. Itu adalah contoh pemikiran rasional laki-laki menurut saya, mengingat waktu sang istri sedang hamil dan harus merantau, jauh pula.

2. Bertenggat Waktu
Hehehe, saya juga adalah 'korban' resign karena waktu itu pernah memutuskan mengikuti suami. Bukan sekedar emosi sesaat sih, banyak orang yang meyanyangkan tapi saya bawa happy saja. Pasalnya apa? Tidak ada yang tau dari kami sampai kapan LDMan kami itu berakhir. Karena suami terikat pekerjaan, saya pun demikian. So, kalau memang tenggat waktunya kurang jelas berapa lama harus LDR/LDMan yuk lah dikaji ulang atau betulan kalian sudah siap dengan segala konsekuensinya?

3. Komunikasi Lancar
Mak yang namanya komunikasi itu nggak harus tiap hari telponan, video call-an, saling berbalas pesan ketika berjauhan. Yang terpenting dari komunikasi adalah adanya kesadaran dari dua belah pihak untuk menginfokan 'whats the news?' Misal, hari ini saya melakukan sebuah kegiatan penting (misal : spa di salon hihi)boleh diinfokan kepada pak suami. Disertai bertanya kabar, dan atau info lain. Nah, jika respon dari si do'i slow, jangan langsung ngamuk, calm down aja lah. Mengingat suami saya itu tipe slow pula kalau urusan berbalas pesan, maka saya sudah jadi jagonya cooling down. Jago ciye, jago.

4. Jaga kepercayaan
Sosial media sekarang ini menjadi salah satu pintu untuk kita mencari teman, dan tanpa batas. Batas usia, gender, suku, agama, bahkan RAS. Sosmed bahkan menjadi ajang untuk mencari jodoh, dan yang tadi saya tonton di televisi cukup eng-ing-eng. Why? Menurut data pengadilan negeri bekasi, kasus perceraian beberapa tahun ini mengalami kenaikan, alasannya adalah salah satu dari para pelaku perceraian tersebut melakukan perselingkuhan via sosmed. Naudzubillah, semoga kita semua bisa menjaga diri ya mak. Aamiin.

5. Menekan Pengeluaran
Siap LDM harus siap menanggung istilah 'beda dapur'. Pengeluaran lebih banyak? Sudah pasti. Jadi be a wise dalam menggunakan uang ya mak. Atau memilih seperti saya, numpang di PIM residence alias Pondok Rumah Mertua haha..#becandainimah. Tapi betulan lho saya berusaha menekan budget semenjak LDM-an kali ini karena LDM-an dua tahun lalu saya masih berpenghasilan tetap, sedangkan saat ini tidak.

6. Quality Time
Jarang ketemu, sekalinya ketemu sama-sama lelah. Yang satu lelah di perjalanan pulang satunya lelah menjadi single fighter mengurus rumah dan anak. But quality time itu keharusan lho mak. Nggak harus jalan-jalan ke eropa, cukup ngeteh sembari nyemil pisang goreng sambil ngobrol berdua. Intinya harus sama-sama pengertian kalau satu pihak sedang lelah maka jangan memaksakan kehendak. Misal suami saya lelah, saya ngebet ngajak jalan-jalan. Jatuhnya malah nggak enjoy, satunya nggak enak, satunya manyun. Semoga sih saya tidak demikian, atau kalau demikian pun suami saya mengerti hihi.

Buat para pejuang LDR/LDM tetap semangat ya. Semoga akan ada rasa manis, ketika LDR/LDM sementara waktu ini kurang 'gurih' rasanya. Semua tidak akan terasa, jika kita menikmatinya. Ibarat makan indomie, makannya dikit-dikit sampai kuahnya tandas. Apa sih gueh? Ah sudah, happy Friday night.

Semarang, 06-10-2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar