Selasa, 03 Oktober 2017

Masa MpASI : Saya tak berani coba-coba

Masa MPasi kerap menjadi momok bagi sebagian ibu muda, begitu juga saya. Belum apa-apa para 'imud' a.k.a ibu muda ini sudah menduga-duga. Jangan-jangan nanti anak saya alergi, nggak doyan atau parahnya GTM. Padahal belum juga dijalani. Hehe, memang begitu kok bu. Ibarat kita masih kelas satu mencoba menerka-nerka ujian untuk kelas tiga. Hasilnya pasti tak terbayangkan bukan?

Perkenalkan saya adalah seorang ibu dari batita berusia 14 bulan. Anak saya cukup unik karena sesekali saja makan dengan sendok. Ya, selebihnya dia minta disuapi menggunakan tangan. Bahkan ketika dia makan dengan sayur. Mungkin orang berfikir,  nggak higienis, 'kemproh' dan lain sebagainya. Tapi saya pikir nggak apa-apa sih, toh dia belum makan bakso. Asalkan tangan saya dan dia bersih selama prosesi makan, why not? Tadinya betul-betul ketika dia melihat sendok, dia akan langsung geleng-geleng bahkan menangis. Alhamdulillah, sekarang sudah lebih kooperatif. Kadang mau, kadang hanya diminta sendoknya untuk mainan.

Sarapan, saya lebih suka memberinya cemilan berat semacam arem-arem, biskuit, kue atau buah. Untuk makan siang dan sore saya membuat menu yang sama. Sesekali dia makan makanan keluarga, tetapi saya lebih sering memasakkan sendiri untuknya karena makanan keluarga cenderung memiliki rasa yang lebih strong seperti pedas, beraroma tajam, dan lebih berbumbu. Untuk bumbunya masih minimalis, bawang merah-putih, garam, dan gula. Sesekali saya juga menggunakan minyak goreng, santan, dan kecap juga, walaupun hanya dalam porsi kecil.

Usia enam hingga delapan bulan dia hanya mengkonsumsi pisang lho. Kebayang nggak gimana paniknya saya ketika nggak ada pisang di tukang sayur? Sunpride Every Day lah jawabannya. Mudah dicari, dan terjamin. Hehe, ada pikiran nggak sih takut anaknya kurang gizi hanya karena mengkonsumsi pisang? Ada, tentu saja ada. Menginjak usia ke sembilan ia sudah mau makan nasi tim saring. Saya berpikir karena saya mengenalkannya pisang yang notabene manis, sehingga ketika beralih ke nasi tim pun tidak instan.

Setiap saya membuat makanan untuknya, saya selalu mencicipi makannya. Dan setelah berkali-kali percobaan. Saya lebih banyak mengkombinasikan menu makannya dengan jagung manis sebagai sumber makanan pokok, pengganti nasi. Saya juga sesekali memberinya kentang lumat atau mashed potato. Selain lebih mudah memasaknya, penggunaan jagung manis sebagai makanan pokok tidak memakan wartu terlalu lama. Hanya mengukus semua bahan, lalu melumatkannya diatas saringan. Saya sudah pernah dicoba memakai blender, tetapi dia tidak terlalu berselera. Selain itu rasanya pun tidak seenak ketika saya lumatkan secara manual. 

Saya mencoba Mengkombinasikan segala jenis sayur, tetapi saya hanya sedikit mencoba makanan yang tinggi potensi alergi untuk protein hewaninya. Saya memang tergolong ibu yang tidak kreatif, maafkan ibu ya nak. Duh kalau melihat bagaimana ibu-ibu bereksperimen dengan MPasinya rasanya pengen ikutan, tapi lagi-lagi saya hanya 'mencari aman'.

Menginjak usia sebelas bulan, saya menilai ia tidak terlalu lahap makan. Saya pikir mungkin mau tumbuh gigi, saya naikkan teksturnya tetap saja dia tak mau. Awalnya, ketika saya makan saya masukkan sedikit nasi ke dalam mulutnya, dan anehnya dia seolah menagih "mana jatah saya bu?" setiap ia habis mengunyah. Jadilah mulai usia sebelas bulan ia mengkonsumsi nasi lembek, dengan sayur dan lauk yang dikukus. Simpel ya? 

 Sebaiknya jangan terlalu stres ketika anak tidak mau makan sesuatu yang menurut kita baik. Memang sih capek, tetapi kalau dia lahap, kita juga puas bukan? Karena pada dasarnya ia hanya belum tau manfaat yang terkandung dalam makanan yang kita pilihkan untuknya. Kelak, ketika ia sudah bisa diajak komunikasi dua arah kita bisa mengajaknya untuk belajar memilih dan menyukai makanan sehat, setuju ya. Sejauh ini alhamdulillah anak saya tidak pernah mengalami GTM parah. Dan saya belum pernah memberinya bubur instan sekalipun dalam kondisi travelling, memang bukan suatu kebanggaan. Tetapi itu menjadi catatan perjalanan saya selama MPASI. Kuncinya hanya perlu bersabar dan terus mengganti menu makannya agar ia tidak bosan. Sama seperti kita yang makan nasi, sesekali kita juga ingin makan bakso bukan?

Semarang, 3 November 2017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar