Sabtu, 19 Desember 2015

CURHAT : TEMAN JANGAN MARAH YA KALAU AKU TAK DATANG

Assalamu'alaikum dear shalihat...today is so cloudy like my face :-P. I want yo talking about something...this is it...
Ingat beberapa bulan lalu sohib saya curhat. "Kak, aku ngerasa didiemin dia ieg gara-gara nggak datang ke syukuran nikahannya dia." Saya hanya bisa berusaha menghibur dan ngasih solusi biar si sohib saya ini ngontak si sohibul hajat terlebih dahulu. Gimana reaksinya? Alhamdulillah belum jauh berbeda dengan setelah walimah. Masalahnya sih kalau dari awal sebelum walimah biasa aja dan nggak akrab sih nggak masalah ya. But kerasanya itu gegara dulunya 'plek' gitu istilahnya. Dengan sendirinya si dia sembuh dan kembali akrab dengan sohib saya. Memang, terkadang kita tidak bisa memahami semua isi hati dan pikiran semua orang. Bahkan orang terdekat kita sekali pun. Waktu juga yang mungkin akhirnya menyadarkan dan menyembuhkan. Entah siapa yang sadar, dan sembuh.
Saya juga lagi kena sindrom ngerasa dijutekin gegara nggak datang ke walimahan seseorang, but saya segera istighfar saja. Semoga hanya perasaan saya karena dia sedang malas melayani chat saya. Begitu hibur saya untuk diri saya sendiri. Semoga suatu hari dia bakal kembali baik, demi kebaikan dirinya sendiri. Well, ironis ya. Saya sudah pernah merasakan hal serupa. Dimana saya berharap teman-teman saya datang ketika saya undang ke acara saya. Namun apa yang terjadi? Ini bukan masalah berapa besar sumbangan yang saya terima. Tetapi prioritas mereka kepada saya dan kembali kepada kepentingan masing-masing dari mereka. Bukankah acara walimah sengaja dilakukan pada akhir pekan atau libur agar para saudara dan teman bisa sekedar menyempatkan hadir dan memberikan ucapan selamat secara langsung?
Jawabnya beragam lho ternyata. Banyak yang optimistis sekali bisa datang dan janji manis ke saya bersedia datang. Tapi tidak bisa datang. Saya maklum sekali, barangkali teman saya mendadak ada acara di tempat lain, atau (bukan bermaksud mendoakan) dia sedang udzur entah sakit atau terkena musibah. Entah memang rejeki mereka sedang tidak berlebih. Bayangkan dear misalkan seseorang dengan gaji 2-3 juta sebulan. Dalam hari itu ada tiga buah undangan yang datang. Dan nyata-nyata kenal baik semua. Ada yang diluar kota ada yang di dalam kota. Kira-kira sumbangan untuk tiap orang seratus ribu saja, dibuat minimal. Sudah tigaratus ribu, belum lagi jika kita ada di luar kota dan mengharuskan ia membayar uang transport lebih dari biaya sumbangan?masih setega itukah kita berprasangka kurang baik terhadap teman kita sendiri?Mari sama-sama beristighfar dear.
Belum lagi mereka yang sudah berkeluarga, bahkan memiliki anak dan belum punya kendaraan yang nyaman untuk mengajak serta keluarganya untuk sekedar menyambangi tempat kita. Apakah kita akan tetap memaksa mereka naik transportasi umum yang membuat mereka kepayahan? Lalu pikirkan juga mereka yang bekerja dan sabtu minggu adalah quality time bagi mereka dan keluarga. Harus mudik atau apa pun yang hanya mereka bisa lakukan di weekend. Masih mau berbahagia di atas upaya keras orang lain bahagia demi kita?
Sudahi ya dear. Semoga kita lekas dewasa dalam segala hal. Setidaknya ketika orang tidak datang, nominal atau bingkisan datang. Setidaknya jika nominal atau bingkisan tidak datang, doa terbaik (dalam diam) itu datang. Setidaknya jika dia tidak datang, tidak mampu memberikan apa pun, atau doa terbaiknya. Jangan lah kita melakukan hak yang sama hanya karena dendam atau hanya balas budi. Ini benar-benar murni catatan pribadi dan reminder untuk saya yang masih sering merasa belum lapang untuk datang ke walimahan. Maafkan segala ketiadaberdayaan ini teman-teman. Semoga bukan hanya di lisan dan hanya menjadi sebuah catatan. Semoga ada hikmah di dalam perenungan ini. Aamiin.
Wassalamu'alaikum...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar